Anggota Kongres AS Usulkan Donald Trump Jadi Tampilan Baru di Uang Kertas US$100

3/8/20251 min baca

a one hundred dollar bill with a picture of a man's face on it
a one hundred dollar bill with a picture of a man's face on it

Seorang anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik, Brandon Gill, mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang kontroversial. Usulan ini ingin menggantikan wajah Benjamin Franklin pada uang kertas US$100 dengan wajah mantan Presiden Donald Trump. RUU yang dinamakan Golden Age Act ini bertujuan untuk memberikan penghormatan atas kontribusi Trump selama masa kepresidenannya.

Alasan di Balik Usulan

Menurut Gill, Trump layak mendapat pengakuan ini karena sejumlah pencapaian selama menjabat, di antaranya:

  • Memperkuat perbatasan: Upaya untuk meningkatkan keamanan perbatasan AS.

  • Memperbaiki hubungan dagang: Negosiasi ulang kesepakatan perdagangan untuk kepentingan AS.

  • Kemandirian energi: Kebijakan yang mendorong AS menjadi lebih mandiri dalam produksi energi.

Gill juga menyoroti dedikasi Trump kepada negara, bahkan setelah menghadapi percobaan pembunuhan saat berkampanye, sebagai alasan kuat untuk menghormatinya melalui simbol mata uang nasional.

Langkah Selanjutnya Jika Disetujui

Jika RUU ini lolos di Kongres, proses berikut akan dijalankan:

  • Desain awal: Departemen Keuangan AS diminta merancang uang kertas baru pada akhir 2026.

  • Peredaran: Uang kertas dengan wajah Trump ditargetkan mulai berlaku pada 2029.

Pro dan Kontra

Usulan ini memicu reaksi beragam:

  • Pendukung: Menganggap ini sebagai penghormatan simbolis atas pencapaian Trump yang dianggap signifikan.

  • Pengkritik: Menilai langkah ini sulit direalisasikan karena hambatan legislatif dan hukum.

Salah satu kendala utama adalah undang-undang AS saat ini yang melarang gambar orang yang masih hidup dicetak pada mata uang. Untuk mewujudkan Golden Age Act, perubahan hukum besar-besaran diperlukan, yang kemungkinan akan menghadapi perlawanan keras di Kongres.

Analisis: Kontroversi dan Tantangan

Usulan ini bukan hanya soal desain uang, tetapi juga mencerminkan polarisasi politik di AS. Mengganti Benjamin Franklin—tokoh pendiri bangsa yang dihormati—dengan Trump, yang masa kepresidenannya penuh dengan perdebatan, bisa dilihat sebagai langkah partisan. Meski begitu, peluang RUU ini disetujui tampak kecil mengingat proses legislatif yang rumit dan aturan hukum yang ada. Lebih dari itu, usulan ini mungkin lebih berfungsi sebagai pernyataan politik ketimbang rencana yang realistis.

Kesimpulan

RUU Golden Age Act telah menambah warna dalam dinamika politik AS. Meskipun ide menampilkan wajah Donald Trump di uang kertas US$100 menarik perhatian, tantangan hukum dan politik membuatnya sulit tercapai. Publik dan dunia kini menanti apakah ini akan menjadi kenyataan atau hanya sebatas wacana yang memancing diskusi.