Angin Segar bagi Tenaga IT, Bos Google Pastikan Buka Loker Walau AI Menjamur


Jakarta, 6 Juni 2025 – Di tengah gelombang kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan manusia, CEO Alphabet Inc., Sundar Pichai, memberikan harapan baru bagi para profesional teknologi informasi (IT). Dalam wawancara eksklusif dengan Bloomberg, Pichai menegaskan bahwa Google akan terus membuka lowongan pekerjaan (loker), khususnya di bidang teknik, setidaknya hingga akhir tahun 2026. Pernyataan ini menjadi jawaban atas pertanyaan yang mengemuka tentang masa depan tenaga kerja di era AI yang semakin mendominasi berbagai sektor.
Pichai: Pekerja Manusia Tetap Jadi Tulang Punggung Inovasi
Pichai menyoroti bahwa meskipun AI telah mencapai kemajuan luar biasa, peran manusia dalam industri teknologi tetap tak tergantikan. "Saya berharap kami akan berkembang dari basis teknik kami saat ini bahkan hingga tahun depan, karena hal itu memungkinkan kami berbuat lebih banyak dengan peluang yang ada," ujarnya. Ia menambahkan, "Saya hanya melihat hal ini sebagai cara untuk membuat teknisi jauh lebih produktif, menghilangkan banyak aspek yang membosankan dari apa yang mereka lakukan."
Menurut Pichai, AI berfungsi sebagai pendamping yang membantu teknisi fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas dan pemikiran strategis. Sebuah studi dari McKinsey & Company (2024) mendukung pernyataan ini, menyebutkan bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 40% di sektor teknologi dengan mengotomatisasi tugas-tugas repetitif. Namun, studi itu juga mencatat bahwa adaptasi keterampilan menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi ini.
Kelemahan AI dan Ketergantungan pada Manusia
Meskipun AI menunjukkan keunggulan dalam pengodean dan analisis data, Pichai mengakui bahwa teknologi ini masih memiliki keterbatasan. "AI tetap unggul dalam pengodean, tetapi teknologi tersebut masih terus membuat kesalahan mendasar," katanya. Oleh karena itu, Google masih sangat membutuhkan teknisi komputer manusia untuk memverifikasi, mengoreksi, dan meningkatkan hasil kerja AI.
Pandangan ini diperkuat oleh laporan Gartner (2025), yang memperkirakan bahwa 70% perusahaan teknologi akan mengadopsi model kolaborasi antara AI dan manusia dalam lima tahun ke depan. "AI bukan pengganti, melainkan alat yang memperkuat kemampuan manusia," tulis laporan tersebut.
Investasi Besar Google di AI dan Tenaga Kerja
Sebagai salah satu raksasa teknologi dunia, Google terus memperkuat posisinya di bidang AI melalui pengembangan model bahasa besar (LLM) seperti BERT dan teknologi machine learning lainnya. Laporan tahunan Alphabet Inc. (2024) menyebutkan bahwa perusahaan mengalokasikan lebih dari $30 miliar untuk riset dan pengembangan AI pada tahun lalu. Namun, Pichai menegaskan bahwa investasi dalam sumber daya manusia tetap menjadi prioritas utama.
Pada 2024, Google merekrut lebih dari 15.000 karyawan baru, dengan mayoritas di bidang teknik dan pengembangan produk. "Kami percaya bahwa kombinasi kecerdasan manusia dan AI adalah resep terbaik untuk inovasi yang berkelanjutan," kata Pichai. Komitmen ini juga terlihat dari ekspansi fasilitas Google di berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, yang menjadi pusat talenta teknologi yang berkembang pesat.
Dampak Global dan Lokal di Pasar Tenaga Kerja
Pernyataan Pichai membawa optimisme bagi pasar tenaga kerja IT global. Survei LinkedIn (2025) menunjukkan bahwa 62% profesional IT khawatir pekerjaan mereka akan hilang akibat AI. Namun, World Economic Forum (WEF) dalam laporan "Future of Jobs 2025" memprediksi bahwa AI justru akan menciptakan 12 juta pekerjaan baru hingga akhir dekade ini, terutama di bidang pengembangan teknologi dan analisis data.
Di Indonesia, dampaknya juga signifikan. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kebutuhan tenaga kerja terampil di sektor teknologi diperkirakan mencapai 1 juta orang pada 2030. Dengan kehadiran Google yang semakin kuat di kawasan ini, termasuk melalui program pelatihan digital, talenta lokal memiliki peluang besar untuk bersaing di panggung global.
Tantangan: Adaptasi dan Pendidikan
Meski penuh harapan, Pichai tidak menutup mata terhadap tantangan yang ada. "Kami harus memastikan tenaga kerja kami memiliki keterampilan yang relevan untuk bekerja bersama AI," katanya. Untuk itu, Google telah meluncurkan program pelatihan internal yang intensif, termasuk kursus tentang pengembangan AI dan data science.
Di luar perusahaan, Google juga memperluas inisiatif Google for Education, yang bertujuan meningkatkan akses ke pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) di seluruh dunia. Pada 2024, program ini menjangkau lebih dari 10 juta pelajar dan pendidik, termasuk di Indonesia, melalui kemitraan dengan universitas dan lembaga pendidikan lokal.
Pandangan ke Depan
Pernyataan Sundar Pichai menegaskan bahwa AI tidak harus menjadi ancaman, melainkan peluang bagi tenaga kerja IT. Dengan pendekatan yang seimbang antara teknologi dan manusia, Google menunjukkan bahwa inovasi sejati lahir dari kolaborasi, bukan penggantian. Bagi para profesional IT, pesan ini jelas: masa depan ada di tangan mereka yang mampu beradaptasi dan berkembang bersama AI.
Image Source: Bloomberg