Apa yang Terjadi Jika Ternyata The Fed Kembali Tahan Suku Bunga?
Surakarta, 18 September 2025 – Pasar keuangan global tengah menanti keputusan The Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (18/09) dini hari waktu Indonesia, di mana suku bunga acuan diproyeksikan dipangkas sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,00%-4,25%. Namun, jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25%-4,50%, seperti yang telah dilakukan sejak Desember 2024, dampaknya bisa signifikan, terutama bagi aset berisiko tinggi seperti cryptocurrency. Keputusan ini akan menjadi ujian bagi pasar, yang telah mengalami volatilitas tinggi sepanjang 2025 akibat ketegangan perdagangan dan geopolitik.
Menurut data dari CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga mencapai 96%, dengan sebagian kecil memperkirakan pemangkasan lebih agresif hingga 50 bps. Namun, jika The Fed memilih untuk menahan suku bunga, ini bisa menjadi kejutan yang memicu penurunan sentimen investor. Pasar aset crypto, yang sering kali bereaksi sensitif terhadap kebijakan moneter, diharapkan menjadi yang paling terpukul. "Dengan suku bunga yang tetap tinggi, likuiditas akan terbatas, dan aset berisiko seperti crypto bisa mengalami koreksi tajam," ujar analis kripto Ted Pillow dalam unggahan di X.
Dampak jika The Fed Tahan Suku Bunga
Jika The Fed mempertahankan suku bunga, ini bisa diartikan sebagai sinyal bahwa inflasi masih menjadi ancaman atau ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan. Menurut Bloomberg, hal ini akan memperkuat dolar AS, yang telah naik 0,28% ke level 98,1 pada Agustus 2025, menekan mata uang negara berkembang seperti rupiah. Di Indonesia, rupiah bisa melemah lebih lanjut ke kisaran Rp16.500 per dolar AS, memperburuk inflasi impor dan memengaruhi daya beli masyarakat.
Di pasar crypto, dengan banyak koin yang berdenominasi dolar AS, suku bunga tinggi akan menghambat arus masuk likuiditas ke altcoin atau token DeFi. Menurut CoinDesk, Bitcoin sempat anjlok 4% ke US$98.242 pada Juli 2025 akibat ketidakpastian suku bunga, sebelum pulih ke US$113.000. Dengan suku bunga yang ditahan, investor institusi cenderung menarik dana dari aset berisiko ini dan mengalihkannya ke obligasi atau emas, yang dianggap lebih aman.
Dari perspektif historis, The Fed pernah menunda pemangkasan suku bunga pada 2019, meskipun pasar sangat optimis. Hasilnya, pasar saham AS mengalami volatilitas tinggi, dengan S&P 500 turun hingga 6% dalam sebulan. "Keputusan The Fed sering kali tidak sesuai kehendak pasar, dan ini bisa menjadi skenario yang sama," ujar ekonom Nouriel Roubini dalam wawancara dengan CNBC.
Perbandingan dengan Bank Indonesia (BI)
Di Indonesia, BI justru memangkas suku bunga acuan ke 4,75% pada RDG September, kontras dengan sikap The Fed yang hati-hati. Keputusan BI ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, dengan inflasi Juli di 2,37% yang masih terkendali. Namun, dengan The Fed yang kemungkinan menahan suku bunga, BI menghadapi risiko aliran modal keluar, yang bisa memperlemah rupiah lebih lanjut.
Menurut Reuters, perbedaan kebijakan ini bisa memicu ketidakstabilan di pasar emerging markets, termasuk Indonesia, di mana IHSG naik tipis 0,23% ke 7.976 pada hari ini. "Keputusan The Fed akan memengaruhi aliran modal ke Indonesia. Jika mereka tahan suku bunga, rupiah bisa tertekan," kata analis dari Mandiri Sekuritas.
Dampak pada Pasar Aset dan Ekonomi
Dengan suku bunga yang ditahan, arus likuiditas ke sektor crypto akan terhambat, karena investor lebih memilih aset dengan imbal hasil tetap. "Dalam skenario ini, Bitcoin bisa turun ke bawah US$100.000," ujar Pillow. Selain itu, dengan sedikitnya pemangkasan, ini akan menghambat pertumbuhan altcoin atau token DeFi yang bergantung pada likuiditas tinggi.
Di sisi ekonomi, suku bunga tinggi bisa memperlambat pertumbuhan AS, dengan risiko resesi meningkat. Menurut Goldman Sachs, jika The Fed tahan suku bunga, PDB AS bisa turun 0,2% pada Q4 2025. Ini juga memengaruhi pasar global, dengan rupiah Indonesia melemah ke Rp16.454 dan emas naik ke US$3.462 per ons sebagai safe-haven.
Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian
Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan untuk diversifikasi portofolio. "Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang; alihkan sebagian ke emas atau obligasi jika The Fed tahan suku bunga," kata ekonom Faisal Basri dari UI. Untuk crypto, strategi dollar-cost averaging bisa menjadi pilihan untuk mengurangi risiko volatilitas.
Secara keseluruhan, keputusan The Fed akan menjadi penentu arah pasar. Jika pemangkasan terealisasi, aset berisiko bisa naik; jika tidak, koreksi pasar kemungkinan besar.