AS Bakal Umumkan Inflasi Besok, Pasar Ramal Naik
Washington, 10 September 2025 – Bureau of Labor Statistics Amerika Serikat (AS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi bulan Agustus pada Kamis (11/09) malam waktu Indonesia. Sejumlah analis dan pelaku pasar meyakini angka inflasi akan mengalami kenaikan, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan sentimen pasar global. Prediksi ini muncul di tengah ketegangan perdagangan dan ketidakpastian geopolitik yang terus membayangi ekonomi dunia.
Melansir Tradingeconomics, konsensus pasar memperkirakan inflasi AS akan naik ke 2,9%. Sementara itu, proyeksi platform keuangan tersebut meyakini kenaikan lebih moderat ke 2,8%. Prediksi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Juli 2025 yang tercatat sebesar 2,7%. Setali tiga uang, Investing.com juga meramal inflasi naik ke 2,9%, sementara Bloomberg mencatat bahwa core CPI (inflasi inti, tidak termasuk makanan dan energi) diperkirakan naik 3,2% tahun-ke-tahun, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Data inflasi ini menjadi krusial karena The Fed sedang mempertimbangkan pemangkasan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Meskipun inflasi naik tipis, pasar masih yakin The Fed akan memangkas suku bunga. Menurut CME FedWatch, peluang pemangkasan 25 basis poin (bps) pada September mencapai 74%, sementara pemangkasan 50 bps memiliki probabilitas 26%. "Inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi bisa memperkuat kasus pemangkasan suku bunga," kata Jan Hatzius, ekonom Goldman Sachs, seperti dilansir Reuters.
Dampak Inflasi terhadap Ekonomi AS
Inflasi AS yang stagnan pada Juli memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter. Menurut U.S. Bureau of Labor Statistics, CPI naik 0,2% secara bulanan pada Juli, sedikit di bawah ekspektasi 0,3%. Core CPI naik 0,2%, juga lebih rendah dari prediksi 0,3%. Namun, kenaikan tahunan tetap di atas target The Fed sebesar 2%, yang membuat bank sentral hati-hati. Jerome Powell, Ketua The Fed, dalam pidato Jackson Hole, menyatakan, "Kami akan menyesuaikan kebijakan berdasarkan data, bukan tekanan eksternal."
Analis dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa jika inflasi Agustus naik ke 2,9%, The Fed mungkin menunda pemangkasan suku bunga hingga Oktober. Namun, jika angka lebih rendah, pemangkasan 50 bps bisa terjadi segera. "Pasar saham akan bereaksi positif terhadap pemangkasan, tapi kenaikan inflasi bisa memicu volatilitas," kata analis dari JPMorgan, seperti dilansir CNBC.
Dampak terhadap Pasar Global dan Indonesia
Prediksi kenaikan inflasi ini juga memengaruhi pasar global. Di Asia, IHSG naik tipis 0,2% ke 7.550, sementara Nikkei Jepang turun 0,5% karena kekhawatiran inflasi AS memengaruhi ekspor. Harga emas naik 0,3% ke US$3.350 per ons sebagai aset lindung nilai, menurut Kitco News.
Di Indonesia, rupiah melemah ke Rp16.150 per dolar AS, menurut Bloomberg. "Kenaikan inflasi AS bisa memperkuat dolar, menekan rupiah," kata ekonom Faisal Basri dari UI. Namun, pasar tetap optimis karena The Fed kemungkinan besar akan pangkas suku bunga, yang bisa mendorong aliran modal ke emerging markets.
Proyeksi Inflasi dan Suku Bunga The Fed
Data CPI inti Juli naik 3,2%, lebih rendah dari 3,3% Juni, menurut BLS. CPI non-inti turun karena harga energi dan makanan stabil. Goldman Sachs memprediksi CPI Agustus naik 2,6% yoy, sedikit lebih rendah dari Juli, memberikan ruang pemangkasan. JPMorgan memperkirakan pemangkasan 25 bps pada September, dengan total 75 bps hingga akhir 2025.
Pasar saham AS seperti S&P 500 naik 0,5% usai data inflasi, menurut MarketWatch, didorong harapan pemangkasan. Bitcoin juga naik ke US$122.000, menurut CoinDesk, karena aset berisiko mendapat dorongan dari ekspektasi suku bunga rendah.
Dampak terhadap Aset Berisiko
Pemangkasan suku bunga diharapkan positif bagi aset berisiko. "Suku bunga rendah mendorong likuiditas, naikkan saham & kripto," kata analis Ted Pillow di X. Namun, jika inflasi naik lebih tinggi dari prediksi, The Fed mungkin tunda pemangkasan, picu koreksi pasar.
Di Indonesia, BI bisa ikuti pemangkasan The Fed dengan potong BI Rate 25 bps pada Oktober, menurut Mandiri Sekuritas, untuk dukung pertumbuhan 5,2% 2025.
Kesimpulan
Data inflasi AS yang stagnan memberikan harapan pemangkasan suku bunga The Fed, meski pasar tetap yakin dengan prediksi naik tipis ke 2,9%. Ini bisa picu reli aset berisiko, tapi ketidakpastian global jadi risiko. Investor tunggu pengumuman besok untuk arah pasar.