Aset Keuangan Negara-Negara BRICS Telah Lampaui US$60 Triliun

7/6/20253 min baca

Aset Keuangan Negara-Negara BRICS Telah Lampaui US$60 Triliun: Momentum Baru untuk Investasi Infrastruktur dan Inovasi Teknol
Aset Keuangan Negara-Negara BRICS Telah Lampaui US$60 Triliun: Momentum Baru untuk Investasi Infrastruktur dan Inovasi Teknol

Jakarta, 6 Juli 2025 – Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, mengumumkan bahwa aset keuangan gabungan dari negara-negara BRICS—Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, serta negara-negara berkembang seperti Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA)—telah melampaui US$60 triliun. Angka ini menandai tonggak penting dalam pertumbuhan ekonomi global, mengingat aset keuangan BRICS kini mewakili lebih dari 50% dari total aset keuangan dunia. Siluanov menyampaikan pernyataan ini dalam pertemuan Dewan Gubernur New Development Bank (NDB) di Rio de Janeiro, Brasil, pada awal Juli 2025.

“Kita melihat bahwa populasi negara-negara di belahan bumi selatan hampir mencapai 70% dari populasi dunia dan pangsa mereka dalam produk domestik bruto dunia hampir mencapai 60%. Total volume aset keuangan mencapai lebih dari US$60 triliun,” ujar Siluanov, melansir laman resmi NDB.

Pernyataan ini menegaskan peran semakin dominan dari negara-negara BRICS dalam perekonomian global, yang didukung oleh pertumbuhan populasi dan kontribusi ekonomi yang signifikan. Dengan posisi ini, BRICS tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi baru tetapi juga penggerak utama dalam mengubah lanskap keuangan dunia.

Pentingnya Investasi Infrastruktur dan Aset Keuangan Digital

Siluanov menyoroti pentingnya meningkatkan investasi di bidang infrastruktur sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ia sangat yakin bahwa pendekatan baru untuk menarik dana, seperti penggunaan aset keuangan digital, akan memastikan arus masuk modal yang stabil ke proyek-proyek strategis.

“Kami membahas langkah-langkah pembayaran lintas batas, pengembangan interaksi antar-penyimpanan, pembentukan kapasitas reasuransi, dan peluncuran metodologi pemeringkatan kredit,” lanjutnya.

Menurutnya, langkah-langkah ini akan memperkuat infrastruktur keuangan global, khususnya di negara-negara berkembang. Penggunaan aset digital, seperti mata uang digital bank sentral (CBDC) atau tokenisasi aset, diperkirakan akan meningkatkan efisiensi transaksi lintas batas dan mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan tradisional yang didominasi oleh mata uang seperti dolar AS.

Peran Kunci New Development Bank (NDB)

Sebagai bagian dari strategi BRICS, New Development Bank (NDB), yang didirikan pada tahun 2015, telah menjadi tulang punggung pendanaan proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan. Sejak beroperasi, NDB telah menyetujui proyek senilai lebih dari US$30 miliar, dengan fokus pada peningkatan konektivitas, energi terbarukan, dan pembangunan perkotaan di negara-negara anggota dan mitra.

Proyek-proyek yang didanai NDB mencakup pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan pembangkit listrik tenaga surya, yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB. Keberhasilan NDB menunjukkan bahwa BRICS memiliki kapasitas untuk menciptakan alternatif terhadap institusi keuangan multilateral tradisional seperti Bank Dunia atau IMF.

Tren Investasi di Negara Berkembang

Laporan dari Bank Dunia memperkirakan bahwa investasi infrastruktur di negara-negara berkembang akan mencapai US$1 triliun per tahun hingga tahun 2030. Tren ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan pembangunan infrastruktur untuk mendukung urbanisasi, industrialisasi, dan konektivitas global. Negara-negara BRICS, dengan populasi besar dan ekonomi yang berkembang pesat, berada di posisi strategis untuk memanfaatkan peluang ini.

Siluanov menegaskan bahwa untuk mewujudkan potensi tersebut, negara-negara di Global South perlu membangun pasar keuangan yang kuat dan menciptakan infrastruktur yang memungkinkan aliran modal yang lancar. Kerjasama dalam pembayaran lintas batas dan pengembangan metodologi pemeringkatan kredit menjadi langkah penting untuk menarik investor global dan memastikan stabilitas ekonomi.

Kecerdasan Buatan (AI) dalam Transformasi Keuangan

Selain investasi infrastruktur, Siluanov juga menekankan perlunya mengikuti tren teknologi baru, khususnya kecerdasan buatan (AI). AI telah menjadi kekuatan transformatif dalam industri keuangan, dengan aplikasi yang mencakup analisis data, manajemen risiko, deteksi penipuan, dan layanan pelanggan yang dipersonalisasi.

Menurut laporan McKinsey, AI berpotensi meningkatkan produktivitas industri keuangan sebesar 10-15% pada tahun 2030. Teknologi ini memungkinkan bank dan lembaga keuangan untuk mengoptimalkan operasi, mengurangi biaya, dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada nasabah. Namun, Siluanov juga memperingatkan tentang risiko ketimpangan yang dapat muncul jika teknologi ini tidak dikembangkan secara inklusif.

“Kami perlu bekerja sama di bidang AI seaktif mungkin, dan NDB harus menjadi pemimpin dalam hal ini, mengumpulkan upaya negara-negara kami,” tambahnya.

Tantangan dan Peluang ke Depan

Meskipun capaian BRICS sangat mengesankan, tantangan seperti ketidakpastian geopolitik, volatilitas pasar keuangan, dan kesenjangan teknologi antarnegara tetap ada. Untuk mengatasi hal ini, kerjasama yang lebih erat dalam inovasi teknologi dan pembiayaan berkelanjutan menjadi kunci. Dengan aset keuangan yang terus bertumbuh dan dukungan dari NDB, BRICS memiliki peluang untuk membentuk sistem ekonomi global yang lebih adil dan inklusif.

Kesimpulan

Pernyataan Anton Siluanov mencerminkan posisi strategis BRICS dalam perekonomian dunia, dengan aset keuangan yang melampaui US$60 triliun. Melalui NDB, investasi infrastruktur senilai puluhan miliar dolar telah direalisasikan, sementara tren investasi di negara berkembang menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Di era digital, AI menjadi katalis penting untuk transformasi keuangan, meskipun memerlukan pendekatan kolaboratif agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata. BRICS, dengan sumber daya dan visinya, siap memimpin perubahan menuju masa depan ekonomi global yang lebih seimbang.