Baidu Perluas Layanan Taksi Otonom Apollo Go ke Eropa dan Turki, Tantang Google dan Tesla


Jakarta, 18 Mei 2025 – Baidu, perusahaan teknologi ternama asal China, mengumumkan rencana ambisius untuk memperluas layanan taksi otonomnya, Apollo Go, ke pasar Eropa dan Turki. Langkah ini menegaskan posisi Baidu sebagai pesaing serius bagi raksasa teknologi global seperti Google dan Tesla di industri kendaraan tanpa pengemudi. Uji coba perdana dijadwalkan pada akhir 2025 di Swiss, sementara Elon Musk dari Tesla juga bersiap meluncurkan layanan robotaxi di Austin, Texas, pada Juni 2025, memanaskan persaingan di sektor ini.
Apollo Go: Kesuksesan di China Menuju Dunia
Apollo Go telah menjadi tulang punggung layanan taksi otonom di China, beroperasi di kota-kota besar seperti Beijing, Guangzhou, dan Wuhan. Menurut South China Morning Post, armada ini telah melayani jutaan penumpang sejak diluncurkan pada 2020, menjadikannya salah satu layanan robotaxi terbesar di dunia. Baidu mengklaim teknologi otonom Level 4 mereka, yang memungkinkan kendaraan beroperasi tanpa pengemudi dalam kondisi tertentu, siap untuk bersaing di pasar internasional.
Rencana ekspansi ke Eropa dimulai dengan kerja sama bersama PostAuto, operator transportasi publik Swiss. Baidu berencana mendirikan entitas lokal di Swiss dan memulai pengujian pada akhir 2025, dengan potensi perluasan ke negara lain seperti Jerman dan Prancis. Turki juga menjadi target strategis, sebagai jembatan antara Eropa dan Timur Tengah. Reuters melaporkan bahwa Baidu menargetkan profitabilitas global untuk Apollo Go pada 2025, memanfaatkan pengalaman operasionalnya di China.
Tantangan Regulasi dan Infrastruktur
Meski ambisius, ekspansi ini menghadapi sejumlah tantangan. Di Eropa, regulasi ketat terkait keselamatan dan privasi menjadi hambatan utama. Menurut Euronews, Uni Eropa masih menyusun kerangka hukum untuk kendaraan otonom Level 4, yang dapat memperlambat adopsi teknologi Baidu. Selain itu, infrastruktur jalan yang bervariasi dan kepadatan lalu lintas di kota-kota Eropa menuntut adaptasi teknologi yang signifikan.
Di Turki, tantangannya tak kalah kompleks. Meski memiliki potensi pasar yang besar, regulasi lokal dan kesiapan infrastruktur masih menjadi pertanyaan. Namun, Baidu optimistis dapat mengatasi hal ini melalui kolaborasi dengan mitra lokal, sebagaimana yang telah berhasil dilakukan di China.
Persaingan Sengit dengan Google dan Tesla
Langkah Baidu ini menempatkannya dalam persaingan langsung dengan Google dan Tesla. Google, melalui Waymo, telah mengoperasikan robotaxi di kota-kota AS seperti Phoenix dan San Francisco, dengan rencana ekspansi lebih lanjut. Sementara itu, Tesla, di bawah arahan Elon Musk, akan meluncurkan layanan robotaxi pertamanya di Austin, Texas, pada Juni 2025. Musk menyebut proyek ini sebagai “lompatan besar” dalam transportasi otonom, sebagaimana dilaporkan The Verge.
Baidu memiliki keunggulan dari pengalaman operasional skala besar di China, sementara Tesla mengandalkan teknologi Full Self-Driving (FSD) yang terus diperbarui. Analis industri dari Bloomberg memprediksi bahwa persaingan ini akan mendorong inovasi lebih cepat, namun juga menyoroti pentingnya adaptasi terhadap regulasi lokal di setiap pasar.
Masa Depan Taksi Otonom
Ekspansi Baidu ke Eropa dan Turki bukan hanya tentang persaingan, tetapi juga peluang untuk membentuk masa depan transportasi. Dengan meningkatnya permintaan akan solusi mobilitas berkelanjutan, layanan seperti Apollo Go berpotensi mengurangi kemacetan dan emisi karbon. Namun, keberhasilan Baidu akan tergantung pada kemampuannya menavigasi tantangan regulasi dan membangun kepercayaan publik terhadap teknologi otonom.
Sementara itu, Tesla dan Google terus mempercepat pengembangan teknologi mereka. Dengan pasar global yang semakin kompetitif, 2025 akan menjadi tahun penting bagi industri kendaraan otonom.