Bank Sentral Dunia Tunda Pemotongan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Tarif dan Geopolitik
Jakarta, 29 Juni 2025 – Para pemimpin bank sentral dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Inggris memutuskan untuk menunda pemotongan suku bunga di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif perdagangan dan situasi geopolitik global. Keputusan ini diambil dalam pertemuan yang dihadiri oleh Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde, Gubernur Bank of England Andrew Bailey, Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda, dan Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong. Pertemuan ini membahas langkah-langkah strategis untuk menghadapi ketidakstabilan ekonomi yang semakin meningkat.
Latar Belakang Ketidakpastian Tarif dan Geopolitik
Ketidakpastian ekonomi global saat ini dipicu oleh dua faktor utama: kebijakan tarif perdagangan dan konflik geopolitik. Sejak Februari 2025, pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump kembali menerapkan tarif tinggi terhadap sejumlah mitra dagang, termasuk China. Kebijakan proteksionis ini memicu balasan dari negara-negara lain, mengganggu rantai pasok global dan menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan internasional.
Di sisi lain, konflik geopolitik, khususnya di Timur Tengah antara Iran dan Israel yang melibatkan AS, telah memperburuk situasi. Menurut laporan koran-jakarta.com, ketegangan ini mengancam stabilitas pasokan energi dan ketahanan pangan dunia. Lonjakan harga minyak akibat gangguan pasokan menjadi salah satu kekhawatiran utama, yang berpotensi mendorong inflasi di banyak negara, termasuk Indonesia yang bergantung pada impor energi.
Mengapa Pemotongan Suku Bunga Ditunda?
Jerome Powell, dalam pernyataannya, mengisyaratkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru mengambil keputusan terkait suku bunga. "Kami menghadapi ketidakpastian yang signifikan. Tarif dan konflik geopolitik dapat memengaruhi ekonomi secara tak terduga, sehingga kami memilih untuk bersikap hati-hati," ujarnya. Sikap ini sejalan dengan pandangan bank sentral lainnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa bank sentral dunia saat ini lebih memilih menjaga stabilitas daripada mengambil risiko dengan menurunkan suku bunga. "Perang dagang dan ketegangan geopolitik meningkatkan risiko inflasi. Jika suku bunga dipotong terlalu cepat, ini bisa memperparah tekanan harga," katanya. Dengan kata lain, bank sentral berupaya mencegah inflasi yang tidak terkendali sambil memantau perkembangan ekonomi global.
Dampak pada Ekonomi dan Pasar Keuangan
Ketidakpastian ini memiliki dampak nyata pada ekonomi dan pasar keuangan. Lonjakan harga komoditas, seperti minyak, akibat konflik geopolitik dapat meningkatkan biaya produksi dan harga barang konsumsi. Di Indonesia, ancaman terhadap ketahanan pangan menjadi perhatian utama karena ketergantungan pada impor bahan pangan. Sementara itu, perdagangan global yang terganggu akibat tarif memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi.
Pasar keuangan juga menunjukkan volatilitas tinggi. Ketika ketegangan geopolitik mereda, indeks saham seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia menguat, sebagaimana dilaporkan antaranews.com pada 25 Juni 2025. Namun, jika ketidakpastian berlanjut, investor cenderung beralih ke aset safe-haven seperti emas, yang dapat menekan nilai mata uang lokal dan meningkatkan volatilitas pasar.
Pandangan Para Pemimpin Bank Sentral
Para pemimpin bank sentral menegaskan perlunya koordinasi global dalam menghadapi situasi ini. Christine Lagarde dari ECB menekankan, "Kebijakan moneter harus mendukung stabilitas global, bukan hanya kepentingan domestik." Sementara itu, Rhee Chang-yong dari Bank of Korea menyoroti dampak tarif terhadap perdagangan Asia. "Kami akan terus memantau situasi dan siap bertindak jika diperlukan," katanya.
Powell juga menambahkan bahwa The Fed akan mengandalkan data ekonomi terbaru sebelum mengubah kebijakan. "Kami membutuhkan kepastian lebih untuk memastikan langkah kami tidak kontraproduktif," ujarnya. Pendekatan ini mencerminkan strategi hati-hati yang diadopsi oleh bank sentral di seluruh dunia.
Kesimpulan
Keputusan untuk menunda pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS, Korea Selatan, dan negara-negara lain menunjukkan respons yang bijaksana terhadap ketidakpastian tarif dan geopolitik. Dengan ancaman inflasi yang meningkat dan perdagangan global yang kacau, bank sentral memilih menjaga stabilitas daripada mengambil risiko yang dapat memperburuk situasi. Koordinasi internasional dan analisis data yang cermat akan menjadi kunci dalam menavigasi tantangan ekonomi ke depan.