Berita: Luhut Yakinkan Indonesia Tak Perlu Panik Hadapi Tarif 32% dari AS


Jakarta – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan menyikapi kebijakan tarif 32% yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap Indonesia. Dalam pernyataannya, Luhut menyoroti bahwa porsi ekspor Indonesia ke AS hanya 10% dari total ekspor, sementara kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 23,8%.
“Kami melihat porsi ekspor Indonesia terhadap PDB relatif rendah, sekitar 23,8%, dan ekspor ke AS juga hanya 10% dari total ekspor. Kita tidak perlu khawatir berlebihan, tapi tetap harus waspada,” ungkap Luhut, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi di era Presiden Joko Widodo.
Luhut menyampaikan keyakinannya bahwa pemerintah mampu mengelola dampak tarif ini dengan baik. Ia merujuk pada pengalaman sukses menangani krisis besar seperti pandemi Covid-19 sebagai bukti kapabilitas Indonesia. “Kita saling mendukung untuk menyelesaikan masalah ini. Kita punya dana dan potensi kuat untuk memitigasi tantangan ini,” tambahnya.
Posisi AS dalam Ekspor Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pada tahun 2024, AS menjadi negara tujuan ekspor non-migas terbesar kedua bagi Indonesia dengan pangsa 10,33%. Di posisi pertama ada China dengan 27,52%, diikuti India dengan 6,97%. Meski AS merupakan mitra dagang penting, Luhut menilai ketergantungan Indonesia pada pasar AS tidak signifikan, sehingga dampak tarif ini dapat ditekan.
Strategi Pemerintah
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi, seperti diversifikasi pasar ekspor dan penguatan daya saing produk lokal, untuk meredam efek tarif tersebut. Dengan pengalaman dan sumber daya yang dimiliki, Indonesia optimis dapat menghadapi situasi ini.
Image Source: VOI