China Fokus Incar Usia 150 Tahun, Lonvi Biosciences Klaim Pil Ekstrak Biji Anggur Jadi Kunci

11/14/20253 min baca

landscape photo of China town
landscape photo of China town

Surakarta, 14 November 2025 - Di tengah dominasi global dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan bioteknologi, China kini menempatkan riset longevity atau usia panjang sebagai prioritas nasional setara dengan teknologi canggih lainnya. Menurut laporan ekstensif dari The New York Times pada 8 November 2025, Presiden Xi Jinping secara pribadi tertarik dengan kemungkinan manusia hidup hingga 150 tahun, yang telah menjadi bagian integral dari strategi nasional untuk menaklukkan penuaan. Laporan ini mengungkap laboratorium longevity, "pulau keabadian", dan pil dari ekstrak biji anggur sebagai elemen kunci dalam proyek ambisius ini, meskipun ilmunya masih sering dipertanyakan. Ambisi ini tidak hanya didorong oleh keingintahuan pribadi Xi, tapi juga oleh tantangan demografi China yang semakin menua, dengan populasi lansia yang diproyeksikan mencapai 400 juta pada 2040, menurut data dari United Nations. Pemerintah China telah mengalokasikan miliaran dolar untuk riset ini sejak 2024, menjadikannya prioritas nasional untuk mengatasi "silver tsunami" atau gelombang penuaan penduduk.

Perbincangan tentang longevity ini mencuat dalam momen "hot mic" antara Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin selama parade militer di Beijing pada September 2025, dalam rangka pertemuan Shanghai Cooperation Organization (SCO). Dalam rekaman yang bocor, Xi bertanya kepada Putin melalui penerjemah tentang kemungkinan hidup hingga 150 tahun melalui transplantasi organ dan bioteknologi canggih. Putin merespons dengan antusias, menyebut bahwa kemajuan medis modern memberikan harapan untuk umur lebih panjang dan lebih sehat, meskipun Putin kemudian mengonfirmasi percakapan itu dan menekankan potensi transplantasi organ sebagai cara untuk mencapai "keabadian". Percakapan ini, yang disiarkan secara tidak sengaja, menyoroti kolaborasi potensial antara China dan Rusia dalam bioteknologi, sejalan dengan "no limits partnership" mereka. Analis dari The Guardian menilai momen ini sebagai indikasi ketertarikan pribadi para pemimpin autokratis terhadap teknologi anti-penuaan, yang bisa memperpanjang kekuasaan mereka.

Menanggapi ambisi tersebut, startup bioteknologi Lonvi Biosciences dari Shenzhen memperkenalkan kapsul anti-penuaan berbasis procyanidin C1 (PCC1), senyawa alami dari ekstrak biji anggur, yang diklaim bisa memperpanjang usia hingga 150 tahun. Perusahaan ini mengklaim hasil uji coba pada tikus menunjukkan peningkatan umur hingga 9,4% secara keseluruhan dan 64,2% lebih panjang sejak pengobatan dimulai, dengan PCC1 berfungsi menghancurkan "sel zombie" atau sel senescent yang menyebabkan penuaan dan penyakit. David Furman, associate professor di Buck Institute for Research on Aging yang berkolaborasi dengan Lonvi, menyatakan bahwa pil ini, dikombinasikan dengan gaya hidup sehat dan perawatan medis, bisa membantu manusia hidup hingga 100-120 tahun, dengan potensi mencapai 150 tahun di masa depan. Lonvi Biosciences, didirikan pada 2023, telah mengumpulkan dana US$10 juta untuk mengembangkan obat ini, dan produknya dijual seharga sekitar US$100 per botol, meskipun masih menunggu persetujuan regulasi penuh di China. Uji klinis tahap awal pada manusia sedang berlangsung, dengan fokus pada efek anti-inflamasi dan regenerasi sel.

Ambisi longevity China bukan sekadar inisiatif swasta; ini bagian dari strategi nasional. Laporan dari The New York Times mengungkap bahwa pemerintah telah mendanai "Project 981", sebuah program rahasia untuk elite partai yang bertujuan memperpanjang umur hingga 150 tahun melalui terapi sel induk, transplantasi organ, dan AI untuk prediksi penyakit. Pada 2025, Kementerian Sains dan Teknologi China (MOST) meluncurkan program National Key R&D Plan untuk "Proactive Health and Technological Responses to Population Aging", dengan anggaran miliaran yuan untuk riset longevity. Ini termasuk pengembangan obat senolitik seperti PCC1, serta teknologi seperti CRISPR untuk editing gen penuaan. Di tingkat nasional, China aspirasikan meningkatkan harapan hidup rata-rata menjadi 80 tahun pada 2030, menurut Kepala Komisi Kesehatan Nasional (NHC) pada Oktober 2025. Selain Lonvi, perusahaan seperti Insilico Medicine menggunakan AI untuk merancang obat anti-penuaan, dan "immortality islands" di Hainan menjadi pusat riset dengan investasi US$1 miliar.

Secara global, riset longevity sedang booming, dengan perusahaan seperti Altos Labs (didanai Jeff Bezos) dan Calico (Alphabet) yang fokus pada sel senescent. Namun, kritik muncul terkait etika: Apakah teknologi ini hanya untuk elite? Di China, ada kekhawatiran bahwa proyek seperti ini memperlebar kesenjangan sosial, sementara ilmu di balik PCC1 masih perlu validasi lebih lanjut, karena uji pada tikus tidak selalu berlaku pada manusia. Penelitian dari journal Nature pada 2025 menyatakan bahwa meskipun memperpanjang umur mungkin sulit, terapi untuk "merasa lebih muda lebih lama" lebih realistis. Selain itu, dampak lingkungan seperti kualitas udara juga berperan.

Dengan demikian, ambisi China untuk longevity tidak hanya tentang umur panjang, tapi juga kualitas hidup di tengah penuaan populasi. Kolaborasi internasional, seperti dengan Rusia, bisa mempercepat kemajuan, tapi tantangan etis dan ilmiah tetap menjadi perdebatan global.