China Gelar Parade Militer Terbesar, Undang Vladimir Putin dan Kim Jong Un


Beijing, 3 September 2025 – China menggelar parade militer terbesar dalam sejarahnya untuk memperingati 80 tahun akhir Perang Dunia II, yang jatuh pada 2 September 1945. Acara ini menjadi simbol kekuatan militer dan nasionalisme China, dengan kehadiran tamu spesial seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Supreme Leader Korea Utara Kim Jong Un. Parade ini tidak hanya menampilkan ribuan pasukan, tetapi juga berbagai senjata canggih, menegaskan posisi China sebagai kekuatan militer global yang semakin dominan.
Parade militer yang digelar di Lapangan Tiananmen ini melibatkan lebih dari 15.000 pasukan, 580 kendaraan militer, dan 239 pesawat tempur, menurut laporan resmi dari Kementerian Pertahanan China. Presiden Xi Jinping, yang melakukan inspeksi awal di hadapan ribuan pasukan, menyatakan bahwa parade ini adalah "perayaan kemenangan rakyat China atas fasisme Jepang" dan "simbol persatuan nasional." Xi menekankan bahwa China akan terus memperkuat militer untuk melindungi kedaulatan dan kepentingan nasionalnya.
Senjata Canggih yang Dipamerkan
Parade ini menjadi ajang pamer kekuatan teknologi militer China. Beberapa senjata unggulan yang ditampilkan meliputi:
Misil Balistik DF-61: Misil antipesawat dengan jangkauan hingga 400 km, dirancang untuk melindungi wilayah daratan.
Misil Hypersonic YJ-17: Senjata hipersonik yang mampu mencapai kecepatan Mach 5, membuatnya sulit dideteksi oleh sistem pertahanan musuh.
Misil Pertahanan Udara HQ-29: Sistem pertahanan udara canggih yang mirip dengan S-400 Rusia, dengan kemampuan menembak jatuh pesawat dan misil.
Robot Anjing: Unit robotik militer untuk pengintaian dan dukungan tempur, menunjukkan integrasi AI dalam militer China.
Misil Antarbenua JL-3 dan DF-5C: Misil nuklir dengan jangkauan lebih dari 12.000 km, mampu mencapai target di AS dari daratan China.
Menurut Reuters, parade ini menampilkan sekitar 40% senjata baru yang belum pernah ditunjukkan sebelumnya, menegaskan kemajuan teknologi militer China yang pesat. The New York Times melaporkan bahwa acara ini juga menjadi demonstrasi kekuatan di tengah ketegangan dengan AS terkait Taiwan dan Laut China Selatan.
Kehadiran Putin dan Kim Jong Un: Sinyal Aliansi Strategis
Kehadiran Putin dan Kim Jong Un menambah nuansa geopolitik pada parade ini. Putin, yang sedang menghadapi sanksi Barat akibat invasi Ukraina, disebut sebagai "teman baik" oleh Xi. Sementara Kim Jong Un, yang jarang bepergian ke luar negeri, menunjukkan dukungan Pyongyang terhadap Beijing. Menurut BBC News, kehadiran keduanya adalah sinyal aliansi anti-Barat, dengan China-Rusia-Korut semakin dekat di tengah persaingan dengan AS.
Al Jazeera melaporkan bahwa selama KTT, Xi dan Putin membahas kerjasama ekonomi, termasuk penggunaan yuan dan rubel untuk menghindari sanksi AS. Sementara dengan Kim, diskusi fokus pada teknologi militer dan perdagangan.
Respons Sarkastis dari Trump
Presiden AS Donald Trump merespons parade ini dengan nada sarkastis melalui Truth Social. "Selamat atas parade besar kalian! Saya berharap prajurit AS dihormati dan dikenang dengan layak atas keberanian dan pengorbanannya! Semoga Presiden Xi dan rakyat China dapat merayakan hari yang indah. Sampaikan salam hangat ke Vladimir Putin dan Kim Jong Un, karena kalian bersekongkol melawan Amerika Serikat," tulis Trump. Pernyataan ini mencerminkan ketegangan AS-China yang semakin dalam, dengan Trump sering menuduh China melakukan spionase ekonomi.
Menurut CNN, respons Trump ini juga terkait dengan kekhawatiran AS atas aliansi China-Rusia, yang dianggap sebagai ancaman terhadap hegemoni AS. The Guardian menambahkan bahwa parade ini menjadi simbol kebangkitan China sebagai superpower, dengan anggaran militer mencapai US$296 miliar pada 2025, naik 7,2% dari tahun sebelumnya.
Dampak Geopolitik dan Ekonomi
Parade ini tidak hanya simbolis, tapi juga memiliki implikasi ekonomi. Dengan menampilkan senjata canggih, China menegaskan kemampuannya dalam teknologi militer, yang dapat memengaruhi pasar global. Harga minyak naik tipis 0,5% usai parade, menurut Bloomberg, karena kekhawatiran ketegangan dengan AS bisa mengganggu pasokan energi. Di sisi lain, saham perusahaan teknologi militer China seperti AVIC naik 2,3% di Shanghai Stock Exchange.
Secara geopolitik, parade ini memperkuat narasi "China Dream" Xi Jinping, yang bertujuan menjadikan China sebagai pemimpin dunia pada 2049. Kehadiran Putin dan Kim juga menunjukkan aliansi anti-Barat yang semakin solid, dengan Rusia dan Korea Utara semakin bergantung pada China untuk bantuan ekonomi di tengah sanksi internasional.
Kesimpulan
Parade militer terbesar China ini tidak hanya memperingati sejarah, tapi juga menjadi pernyataan kekuatan di tengah dinamika global yang tegang. Dengan kehadiran Putin dan Kim, China menegaskan aliansinya, sementara respons sarkastis Trump menyoroti ketegangan AS-China. Di tengah ketidakpastian ini, pasar global tetap waspada terhadap dampaknya terhadap ekonomi dan keamanan dunia.