Colossal Biosciences Ciptakan Dire Wolf: Serigala Purba Hidup Lagi Setelah 12.500 Tahun Punah

4/8/20253 min baca

Colossal CEO Ben Lamm with a dire wolf pup.
Colossal CEO Ben Lamm with a dire wolf pup.

Dallas, 7 April 2025 – Perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS), Colossal Biosciences, mengumumkan terobosan besar dalam dunia sains dengan berhasil menciptakan spesies serigala purba, Aenocyon Dirus atau lebih dikenal sebagai dire wolf, yang telah punah selama lebih dari 12.500 tahun. Dire wolf, yang dulu dikenal sebagai predator puncak di Amerika Utara dan Selatan, kini kembali hidup melalui tiga anak serigala yang diberi nama Romulus, Remus, dan Khaleesi. Pencapaian ini menandai langkah bersejarah dalam bidang de-extinction (penghidupan kembali spesies yang punah) dan menjadi sorotan dunia.

Proses Rekayasa Genetik yang Canggih

Colossal Biosciences menggunakan pendekatan bioteknologi mutakhir untuk menghidupkan kembali dire wolf. Para ilmuwan mengambil DNA dari fosil dire wolf, termasuk gigi berusia 13.000 tahun dari Sheridan Pit, Ohio, dan tulang telinga berusia 72.000 tahun dari American Falls, Idaho. DNA ini kemudian dibandingkan dengan genom serigala abu-abu modern (Canis lupus), kerabat terdekat dire wolf. Dengan teknologi CRISPR, tim Colossal mengedit 20 gen pada 14 lokus dalam genom serigala abu-abu untuk mencerminkan karakteristik dire wolf, seperti bulu putih tebal, tubuh yang lebih besar, bahu kuat, kepala lebar, gigi besar, dan kaki berotot.

Setelah proses pengeditan genetik selesai, inti sel yang telah dimodifikasi dimasukkan ke dalam sel telur serigala abu-abu yang telah dikosongkan intinya. Embrio yang dihasilkan kemudian ditanamkan ke dalam rahim anjing domestik jenis hound mix besar yang dipilih sebagai ibu pengganti. Pada 1 Oktober 2024, Romulus dan Remus lahir melalui operasi caesar, diikuti oleh Khaleesi pada 30 Januari 2025. Ketiga anak serigala ini menjadi simbol keberhasilan pertama dunia dalam de-extinction, meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa mereka lebih tepat disebut sebagai serigala abu-abu yang dimodifikasi secara genetik, bukan dire wolf murni.

Kehidupan Baru di Cagar Ekologi

Saat ini, Romulus, Remus, dan Khaleesi tinggal di sebuah cagar ekologi seluas 2.000 hektar di lokasi rahasia di Amerika Serikat bagian utara. Cagar ini dilengkapi dengan pagar setinggi 3 meter, pengawasan drone, dan staf penuh waktu untuk memastikan kesejahteraan mereka. Ketiga anak serigala ini diberi makan dengan diet khusus yang terdiri dari daging sapi, daging kuda, daging rusa, jeroan, serta makanan anjing bernutrisi tinggi. Menurut Colossal, Romulus dan Remus, yang kini berusia 6 bulan, masing-masing telah mencapai berat 80 pon (sekitar 36 kg) dan diperkirakan akan tumbuh hingga 150 pon (68 kg) saat dewasa.

Kontroversi dan Dampak

Meskipun dianggap sebagai terobosan, proyek ini menuai pro dan kontra. Beberapa kritikus, seperti yang dikutip dari diskusi di platform media sosial, berpendapat bahwa ketiga anak serigala ini bukan dire wolf sejati, melainkan serigala abu-abu yang telah dimodifikasi secara genetik. Mereka mempertanyakan manfaat ekologis dari menghidupkan kembali spesies ini, terutama karena mangsa utama dire wolf, seperti bison purba dan kuda liar, sudah tidak ada lagi dalam jumlah besar. Selain itu, kehadiran dire wolf dapat menambah tekanan kompetisi bagi spesies serigala modern yang sudah terancam punah, seperti serigala merah dan serigala Meksiko.

Namun, Colossal Biosciences menegaskan bahwa proyek ini bukan hanya tentang menghidupkan kembali spesies purba, tetapi juga membuka jalan bagi konservasi modern. Perusahaan ini juga telah berhasil mengkloning dua kelompok serigala merah, spesies yang sangat terancam punah, menggunakan teknik kloning darah non-invasif. Teknologi yang sama diharapkan dapat digunakan untuk melindungi spesies lain yang terancam punah dan bahkan membantu penelitian medis manusia di masa depan.

Proyek Lain Colossal Biosciences

Selain dire wolf, Colossal Biosciences telah lama dikenal karena ambisinya untuk menghidupkan kembali spesies lain yang telah punah, seperti mamut berbulu, burung dodo, dan harimau Tasmania. Namun, informasi yang menyebutkan bahwa mereka telah berhasil menghidupkan kembali mamut, dodo, dan harimau Tasmania sejak 2021, seperti yang beredar di beberapa posting media sosial, tampaknya tidak akurat. Berdasarkan laporan resmi, Colossal baru berhasil menciptakan “tikus berbulu” dengan gen mamut dan sedang bekerja untuk menghasilkan anak mamut berbulu pada tahun 2028. Proyek dodo dan harimau Tasmania juga masih dalam tahap pengembangan, dengan fokus pada pengeditan genetik dan pengurutan genom.

Masa Depan De-Extinction

Keberhasilan Colossal Biosciences dalam proyek dire wolf ini telah menarik perhatian dunia, termasuk tokoh seperti Elon Musk, yang melalui akun media sosialnya meminta perusahaan ini untuk menciptakan “mamut berbulu mini” sebagai hewan peliharaan. Meski begitu, tantangan etika dan ekologi tetap menjadi perdebatan. Beberapa ahli, seperti Christopher Preston dari University of Montana, mempertanyakan apakah sumber daya besar yang digunakan Colossal—dengan pendanaan lebih dari US$435 juta sejak 2021—lebih baik dialokasikan untuk melindungi spesies yang masih hidup.

Di sisi lain, pendukung proyek ini, termasuk komunitas adat seperti MHA Nation, melihatnya sebagai langkah penting dalam pelestarian budaya dan ekologi. “Kehadiran dire wolf mengingatkan kita akan tanggung jawab sebagai penjaga Bumi,” ujar Ketua Suku MHA Nation, Mark Fox. Dengan teknologi yang terus berkembang, Colossal Biosciences berharap dapat memperluas daftar spesies yang dihidupkan kembali, sekaligus berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati global.

Image Source: Cristopher Klee/Colossal Biosciences