Danantara Disebut Pertimbangkan Akuisisi Saham GoTo Jika Merger dengan Grab Terjadi
Jakarta – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, sovereign wealth fund milik pemerintah Indonesia, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi sebagian kecil saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) senilai US$7 miliar. Langkah ini akan diambil apabila rencana merger antara GoTo dan Grab Holdings Ltd., perusahaan teknologi asal Singapura, berhasil terealisasi. Rencana tersebut bertujuan untuk memastikan kepemilikan nasional tetap terjaga atas salah satu aset teknologi terbesar di Indonesia, di tengah kekhawatiran bahwa GoTo bisa sepenuhnya berada di bawah kendali Grab.
Latar Belakang dan Tujuan Danantara
Danantara, yang resmi diluncurkan pada Februari 2025, merupakan lembaga yang dibentuk untuk mengelola investasi strategis pemerintah Indonesia. Beroperasi dengan model serupa Temasek Holdings di Singapura, Danantara bertugas menarik investasi asing sambil menjaga aset-aset nasional yang dianggap vital. Dalam beberapa bulan terakhir, Danantara telah aktif menjajaki peluang investasi di sektor teknologi, energi terbarukan, dan infrastruktur. Menurut pernyataan resmi dari Kementerian BUMN, misi Danantara adalah "mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi yang berkelanjutan dan strategis."
Dalam konteks merger GoTo-Grab, keterlibatan Danantara dianggap sebagai langkah proaktif untuk mencegah dominasi asing di industri teknologi Indonesia. Dengan mengakuisisi saham minoritas di entitas gabungan yang dihasilkan dari merger, Danantara berharap dapat mempertahankan pengaruh Indonesia dalam pengambilan keputusan strategis GoTo.
Dinamika Merger GoTo dan Grab
Isu merger antara GoTo dan Grab bukanlah hal baru. Pembicaraan mengenai potensi penggabungan kedua raksasa teknologi ini telah muncul sejak 2021, namun baru belakangan ini kedua perusahaan dilaporkan telah membuat kemajuan dalam menyusun struktur kesepakatan. Berdasarkan laporan Bloomberg, nilai merger ini diperkirakan mencapai US$7 miliar, dengan Grab kemungkinan akan mengakuisisi GoTo melalui transaksi saham penuh. Jika berhasil, entitas gabungan ini akan menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, menguasai sektor ride-hailing, e-commerce, dan layanan keuangan digital.
GoTo, yang merupakan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia pada 2021, saat ini menjadi salah satu pemain utama di pasar teknologi Indonesia. Sementara itu, Grab, yang berbasis di Singapura dan terdaftar di Nasdaq, telah memperluas operasinya ke berbagai negara di Asia Tenggara. Penggabungan keduanya diyakini dapat menciptakan sinergi operasional dan memperkuat posisi mereka dalam menghadapi persaingan regional.
Namun, negosiasi merger ini terhambat oleh sejumlah faktor, terutama kekhawatiran terkait regulasi dan potensi monopoli pasar. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Indonesia telah memulai penyelidikan awal untuk mengevaluasi dampak merger terhadap persaingan di sektor teknologi. Menurut Reuters, KPPU khawatir bahwa entitas gabungan dapat mendominasi lebih dari 90% pangsa pasar ride-hailing dan food delivery di Indonesia, yang berpotensi melanggar UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Kekhawatiran Nasional dan Strategi Danantara
Pemerintah Indonesia memiliki kekhawatiran besar bahwa merger ini dapat mengakibatkan hilangnya kendali atas GoTo, yang dianggap sebagai aset nasional. Dengan Grab sebagai entitas asing yang berbasis di Singapura, ada risiko bahwa keputusan strategis GoTo akan lebih dipengaruhi oleh kepentingan luar. Untuk mengatasi hal ini, Danantara berencana membeli saham minoritas di perusahaan gabungan, sehingga Indonesia tetap memiliki suara dalam pengelolaan GoTo.
Seorang analis dari Procapitas menyatakan, “Keterlibatan Danantara bisa menjadi jembatan antara kepentingan nasional dan kebutuhan bisnis. Ini juga dapat mempercepat persetujuan regulasi, yang menjadi salah satu hambatan utama dalam merger ini.” Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat posisi Indonesia di ekonomi digital Asia Tenggara, yang diproyeksikan mencapai nilai US$360 miliar pada 2030 menurut laporan Google-Temasek-Bain.
Tantangan Regulasi dan Reaksi Stakeholders
Tantangan terbesar dalam rencana merger ini adalah regulasi. Selain KPPU, otoritas di Singapura juga sedang meninjau dampak kesepakatan ini terhadap persaingan regional. Data dari Statista menunjukkan bahwa Grab dan GoTo saat ini menguasai pangsa pasar yang signifikan di Asia Tenggara, dan merger ini dapat menciptakan dominasi yang sulit ditandingi oleh pesaing seperti Shopee atau Lazada di sektor e-commerce.
Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) juga menyuarakan penolakan terhadap merger ini. Dalam pernyataan resminya, SPAI menyebutkan bahwa dominasi pasar yang dihasilkan dapat merugikan konsumen melalui kenaikan tarif dan pekerja melalui penurunan pendapatan. “Kami mendesak KPPU untuk mempertimbangkan dampak sosial dari merger ini, bukan hanya aspek bisnis,” ujar juru bicara SPAI.
Di sisi lain, beberapa analis pasar optimistis. Menurut The Business Times, merger ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong inovasi di sektor teknologi. “Dengan skala yang lebih besar, entitas gabungan bisa bersaing dengan pemain global seperti Amazon atau Alibaba di masa depan,” kata seorang analis dari Maybank Investment Bank.
Dampak Pasar dan Prospek ke Depan
Kabar mengenai merger ini telah memicu reaksi beragam di pasar saham. Saham GoTo (GOTO) di Bursa Efek Indonesia mengalami volatilitas, sementara saham Grab (GRAB) di Nasdaq menunjukkan kenaikan moderat. Investor tampaknya masih menunggu kejelasan terkait persetujuan regulasi dan struktur final kesepakatan.
Jika merger ini berhasil, entitas gabungan diperkirakan akan memiliki valuasi yang jauh melebihi kompetitornya di Asia Tenggara. Namun, keberhasilan merger akan sangat bergantung pada kemampuan kedua perusahaan untuk menavigasi tantangan regulasi dan mengintegrasikan operasi mereka di berbagai negara.
Penutup
Rencana Danantara untuk mengakuisisi saham GoTo mencerminkan strategi pemerintah Indonesia untuk menjaga kepemilikan nasional di sektor teknologi yang sedang berkembang pesat. Meskipun merger GoTo-Grab masih dalam tahap awal dan menghadapi berbagai kendala, keterlibatan Danantara dapat menjadi faktor penentu dalam memastikan kepentingan Indonesia terlindungi. Dengan dinamika pasar yang terus berubah, perkembangan selanjutnya akan sangat menentukan arah industri teknologi di kawasan ini.