Danantara Panen Dividen Rp60 Triliun dalam 2 Bulan dari Tiga Bank BUMN Besar


Jakarta, 1 Mei 2025 – PT BPI Danantara, entitas baru yang mengelola aset negara Indonesia, telah mencatatkan pencapaian signifikan hanya dua bulan setelah resmi mengambil alih 844 Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tiga bank BUMN terbesar—Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI)—telah menyalurkan dividen senilai hampir Rp60 triliun untuk tahun fiskal 2024, menandai langkah awal yang kuat bagi Danantara dalam menjalankan mandatnya.
CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengumumkan bahwa seluruh 844 BUMN telah resmi berada di bawah naungan Danantara sejak 1 Maret 2025. “Alhamdulillah, sejak 1 Maret 2025, seluruh BUMN yang berjumlah 844 ini sudah resmi menjadi bagian dari milik Danantara Indonesia,” ujar Rosan dalam konferensi pers. Ia menegaskan bahwa pembentukan Danantara datang pada waktu yang tepat, di tengah ketidakpastian geopolitik dan geoekonomi global. “Danantara hadir dalam waktu yang sangat tepat. Tensi geopolitik dan geoekonomi dunia yang meningkat tajam menyadarkan banyak bangsa, termasuk Indonesia, bahwa kita harus bersandar pada kekuatan ekonomi kita sendiri,” tambahnya.
Kontribusi Dividen dari Tiga Bank Raksasa
Dividen sebesar Rp60 triliun ini berasal dari kinerja keuangan yang solid dari ketiga bank tersebut sepanjang 2024. Berikut rinciannya:
BRI: Menyumbang dividen terbesar sebesar Rp27,68 triliun, termasuk dividen interim yang telah dibayarkan sebelumnya. BRI mencatat laba bersih Rp60,64 triliun pada 2024, dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) mencapai 85%. Total aset BRI per akhir 2024 mencapai Rp1.992,98 triliun, menjadikannya salah satu bank terbesar di Indonesia.
Bank Mandiri: Berkontribusi sebesar Rp22,62 triliun, didukung oleh laba bersih Rp55,78 triliun. Bank ini konsisten mempertahankan rasio pembayaran dividen 60% selama lima tahun terakhir, mencerminkan strategi keseimbangan antara imbal hasil pemegang saham dan pertumbuhan jangka panjang. Aset Bank Mandiri tercatat Rp2.427,22 triliun, menjadikannya bank terbesar di Indonesia berdasarkan nilai aset.
BNI: Membayar dividen Rp8,37 triliun dari laba bersih Rp21,5 triliun, dengan rasio pembayaran dividen 65%, naik dari 50% pada tahun sebelumnya. Total aset BNI mencapai Rp1.129,81 triliun, didorong oleh pertumbuhan kredit di segmen korporasi dan konsumer.
Danantara: Tonggak Baru Pengelolaan Aset Negara
Danantara diluncurkan pada 24 Februari 2025, terinspirasi oleh model pengelolaan aset negara seperti Temasek di Singapura. Dengan aset awal yang diperkirakan mencapai Rp14.715 triliun, Danantara bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan aset BUMN, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya saing di panggung internasional. Selain bank, Danantara juga mengelola perusahaan raksasa seperti PLN (listrik), Pertamina (migas), Telkom (telekomunikasi), dan MIND ID (pertambangan).
Penerimaan dividen ini bukan sekadar keuntungan finansial, tetapi juga modal strategis. Danantara diharapkan mengalokasikan dana tersebut ke sektor-sektor prioritas seperti energi terbarukan, teknologi, dan infrastruktur, guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Konteks Global dan Ambisi Ekonomi Indonesia
Rosan Roeslani menyoroti urgensi Danantara dalam konteks global yang penuh tantangan. “Ketidakstabilan ekonomi global mendorong kita untuk membangun ketahanan dari dalam. Danantara adalah jawaban atas kebutuhan ini,” katanya. Langkah ini sejalan dengan strategi ekonomi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada faktor eksternal dan memanfaatkan kekuatan domestik.
Namun, tantangan ke depan tidak kecil. Pengelolaan portofolio sebesar ini membutuhkan transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme tingkat tinggi untuk menghindari masalah seperti inefisiensi atau korupsi yang pernah dialami beberapa BUMN di masa lalu.
Masa Depan Danantara
Dengan dana awal Rp60 triliun dari BRI, Mandiri, dan BNI, Danantara memiliki pijakan finansial yang kokoh untuk memulai misinya. Keberhasilan entitas ini akan bergantung pada kemampuannya menjalankan strategi investasi yang cerdas dan berkelanjutan, sekaligus mendukung visi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global yang mandiri.