Dow Jones Naik 300 Poin, Wall Street Bangkit Berkat Sinyal Kesepakatan Dagang

4/30/20253 min baca

close-up photo of monitor displaying graph
close-up photo of monitor displaying graph

Jakarta, 30 April 2025 – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan signifikan pada hari ini, dengan Dow Jones Industrial Average melonjak 300 poin atau 0,75%, sementara S&P 500 naik 0,58% dan Nasdaq Composite bertambah 0,55%. Kenaikan ini dipicu oleh pengumuman Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang menyatakan bahwa sebuah kesepakatan dagang dengan salah satu negara telah rampung dan tinggal menunggu persetujuan dari pihak negara tersebut. Kabar ini membawa angin segar bagi Wall Street yang sebelumnya bergerak datar akibat ketidakpastian strategi perdagangan di era Presiden Donald Trump.

Sinyal Kesepakatan Dagang Jadi Pemicu Utama

Pengumuman Lutnick menjadi sorotan utama setelah ia mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang dengan sebuah negara telah diselesaikan, meskipun detail negara tersebut belum diungkap. “Kami telah mencapai kesepakatan dengan salah satu negara, dan kami tinggal menunggu persetujuan dari pemimpin mereka,” kata Lutnick dalam wawancara dengan CNBC, sebagaimana dilaporkan oleh akun X @C_Barraud. Pernyataan ini memicu optimisme di kalangan investor, yang langsung bereaksi dengan meningkatkan aktivitas pembelian saham.

Sebelumnya, pasar saham AS mengalami volatilitas tinggi akibat kebijakan tarif Trump. Menurut laporan dari Reuters, Wall Street sempat anjlok hampir 650 poin pada awal April 2025 karena kekhawatiran terhadap pengumuman tarif baru. Namun, sinyal positif dari Lutnick berhasil membalikkan sentimen, setidaknya untuk sementara, dengan pasar kembali bergairah setelah berminggu-minggu ketidakpastian.

100 Hari Pertama Trump: Catatan Terburuk Sejak Nixon

Meskipun pasar mencatat kenaikan hari ini, 100 hari pertama masa jabatan baru Presiden Trump tetap menjadi periode yang suram bagi pasar saham AS. Data dari PBS News menunjukkan bahwa S&P 500 mengalami penurunan terbesar untuk awal masa jabatan presiden dalam lebih dari lima dekade, menjadikannya periode terburuk sejak era Richard Nixon pada 1973. Volatilitas ini sebagian besar dipicu oleh eskalasi perang dagang dan kebijakan tarif yang agresif.

Laporan dari The Edge Malaysia menyebutkan bahwa Trump sempat mundur dari beberapa rencana tarif setelah tekanan dari pelaku pasar, yang kemudian memicu lonjakan saham pada Maret 2025. Namun, euforia tersebut cepat memudar, dan kekhawatiran investor kembali muncul seiring data ekonomi yang lemah.

Kebijakan Tarif dan Industri Otomotif

Di tengah gejolak ini, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mencegah tumpang tindih tarif otomotif, memberikan kelonggaran bagi produsen mobil AS yang telah terbebani oleh bea masuk tinggi. Langkah ini disambut positif oleh industri otomotif, yang selama ini menjadi salah satu sektor paling terdampak oleh perang dagang. Postingan di X oleh @theedgemalaysia mencatat bahwa kebijakan ini diumumkan bersamaan dengan sinyal kesepakatan dagang Lutnick, memperkuat sentimen pasar.

Namun, Lutnick tetap membela pendekatan tarif Trump. Dalam wawancara dengan CBS, ia menyatakan, “Tarif adalah alat untuk memastikan perdagangan yang adil. Kami ingin mitra dagang kami membuka pasar mereka untuk produk AS.” Pernyataan ini mencerminkan strategi jangka panjang pemerintahan Trump, meskipun banyak pihak di Wall Street menganggapnya sebagai sumber ketidakstabilan.

Performa Perusahaan Jadi Penopang

Selain kesepakatan dagang, laporan keuangan kuat dari perusahaan besar turut mendukung reli pasar. Honeywell, misalnya, mencatat kenaikan saham 5% setelah melampaui ekspektasi analis untuk kuartal pertama 2025. Perusahaan seperti Walmart dan Delta Air Lines juga menunjukkan hasil positif, meskipun beberapa di antaranya menarik panduan keuangan untuk tahun fiskal akibat ketidakpastian ekonomi.

Sementara itu, sektor teknologi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Nasdaq Composite, yang sempat tertekan akibat perang dagang, naik 0,55%, didorong oleh optimisme investor terhadap potensi stabilitas perdagangan global.

Data Ekonomi Bayangi Optimisme

Di balik kenaikan pasar, data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Kepercayaan konsumen turun selama lima bulan berturut-turut, mencapai level terendah sejak 2022, sementara lowongan kerja berada di titik terendah dalam empat tahun. Reuters melaporkan bahwa 70% responden dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos mengkhawatirkan dampak tarif terhadap harga barang sehari-hari, menambah tekanan pada prospek ekonomi.

“Pasar mungkin sedang merayakan kabar baik hari ini, tetapi data ekonomi menunjukkan bahwa pemulihan ini bisa jadi sementara,” kata seorang ekonom dari Goldman Sachs. Ketidakpastian ini diperparah oleh inflasi yang tetap tinggi di atas target Federal Reserve.

Reaksi Pasar Global

Pasar global juga merespons pengumuman Lutnick dengan optimisme hati-hati. Indeks Nikkei 225 di Jepang dan Hang Seng di Hong Kong naik tipis, sementara DAX Jerman melonjak 1,2% setelah sempat terpuruk akibat tarif Trump sebelumnya. Postingan X dari @desmondwira mencatat bahwa harapan akan berakhirnya perang dagang AS-China turut mendorong kenaikan pasar Asia, meskipun negara yang terlibat dalam kesepakatan Lutnick belum dikonfirmasi.

Namun, hubungan dagang AS-China tetap menjadi perhatian. Trump telah menaikkan tarif terhadap China menjadi 125%, memicu ancaman balasan dari Beijing. Ekonom memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mendorong resesi global.

Apa yang Akan Datang?

Para analis memprediksi bahwa volatilitas pasar akan berlanjut seiring ketidakpastian kebijakan Trump dan data ekonomi yang beragam. “Kenaikan hari ini adalah angin segar, tetapi tantangan struktural belum hilang,” ujar analis dari JPMorgan Chase. Investor disarankan untuk memantau perkembangan kesepakatan dagang dan indikator ekonomi utama dalam beberapa minggu ke depan.