Dow Jones Stabil Kala Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Dilanjutkan

6/10/20252 min baca

white printer paper with black text
white printer paper with black text

Jakarta, 10 Juni 2025 – Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup dengan penurunan tipis sebesar 1,11 poin atau 0,0026% pada hari Senin (09/06), menunjukkan stabilitas meskipun negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali dilanjutkan. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 61,28 poin dan S&P 500 naik 5,52 poin, didorong oleh optimisme yang kuat di sektor teknologi. Kenaikan ini terjadi di tengah harapan bahwa kesepakatan dagang dapat mengurangi ketegangan ekonomi global yang telah berlangsung lama.

Fokus Negosiasi: Mineral Langka dan Rantai Pasok Teknologi

Pembicaraan dagang yang melibatkan pejabat senior AS dan Tiongkok kali ini berpusat pada permintaan AS agar Tiongkok memberikan komitmen tegas terkait ekspor mineral penting, khususnya rare earth elements (REE) seperti neodymium, praseodymium, dan dysprosium. Mineral-mineral ini adalah komponen vital dalam pembuatan produk teknologi tinggi, termasuk chip semikonduktor, baterai kendaraan listrik, dan peralatan militer canggih. Menurut Bloomberg, AS mengimpor sekitar 80% kebutuhan rare earth-nya dari Tiongkok, menjadikan ketergantungan ini sebagai isu strategis yang mendesak.

Jika negosiasi berjalan lancar, ekspor mineral ini ke AS diperkirakan akan segera dilanjutkan, mengurangi tekanan pada rantai pasok global yang telah terganggu sejak Tiongkok membatasi ekspor pada 2023 sebagai respons terhadap sanksi perdagangan AS. The Wall Street Journal melaporkan bahwa kesepakatan potensial ini juga dapat mencakup pengurangan tarif pada barang-barang teknologi tertentu, memberikan dorongan tambahan bagi industri manufaktur AS.

Performa Pasar: Semikonduktor Naik, Apple Tertekan

Di pasar saham, saham-saham perusahaan semikonduktor mencatat kenaikan yang signifikan. Qualcomm (QCOM) naik 2,3%, Advanced Micro Devices (AMD) melonjak 3,1%, Texas Instruments (TXN) bertambah 1,9%, dan Nvidia (NVDA) menguat 2,7%. Kenaikan ini mencerminkan kepercayaan investor bahwa potensi kelancaran pasokan rare earth akan mendukung produksi chip yang sempat terhambat akibat kekurangan bahan baku.

Namun, tidak semua raksasa teknologi bernasib baik. Saham Apple (AAPL) anjlok 1,5% setelah peluncuran iOS terbaru di Worldwide Developers Conference (WWDC) 2025. CNBC melaporkan bahwa penurunan ini dipicu oleh respons pasar yang kurang antusias terhadap fitur-fitur baru iOS, ditambah kekhawatiran tentang persaingan yang semakin ketat dari produsen smartphone Tiongkok seperti Xiaomi dan Oppo. Analis dari MarketWatch juga mencatat bahwa ketidakpastian rantai pasok Apple, yang sangat bergantung pada manufaktur di Tiongkok, turut memperburuk sentimen investor.

Menanti Data Inflasi: CPI dan PPI Jadi Penentu

Investor kini mengalihkan perhatian mereka ke rilis data inflasi utama minggu ini, yakni Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI), yang dijadwalkan keluar pada Rabu dan Kamis. Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana tarif yang diberlakukan sebelumnya telah memengaruhi harga barang dan jasa, serta tingkat inflasi secara keseluruhan. Menurut Reuters, para ekonom memperkirakan CPI akan naik 0,3% bulan ini, sementara PPI diperkirakan meningkat 0,2%, menandakan tekanan inflasi yang masih berlangsung.

Data ini juga akan menjadi acuan penting bagi Federal Reserve dalam menentukan kebijakan moneter mendatang. Dengan inflasi yang tetap di atas target 2%, beberapa analis berspekulasi bahwa kenaikan suku bunga tambahan mungkin diperlukan untuk mendinginkan ekonomi. Namun, keberhasilan negosiasi dagang dapat meredakan beberapa tekanan tersebut, memberikan ruang bagi Fed untuk mempertahankan pendekatan yang lebih dovish.

Konteks Ekonomi Global dan Harapan Stabilitas

Di luar pasar saham, konteks ekonomi global menunjukkan tantangan yang kompleks. Inflasi yang tinggi telah mengikis daya beli konsumen dan meningkatkan biaya produksi perusahaan, sementara gangguan rantai pasok terus membebani industri teknologi dan manufaktur. Dimulainya kembali pembicaraan AS-Tiongkok menawarkan secercah harapan bahwa stabilitas perdagangan global dapat tercapai, meskipun para pengamat tetap waspada terhadap potensi hambatan diplomatik.

Sebagai kesimpulan, stabilitas Dow Jones di tengah negosiasi dagang mencerminkan sikap pasar yang hati-hati namun optimis. Nasdaq dan S&P 500 yang didorong oleh sektor teknologi menunjukkan keyakinan terhadap potensi kesepakatan, sementara hasil dari pembicaraan ini—khususnya terkait rare earth—dapat mengubah dinamika industri teknologi dan ekonomi secara keseluruhan. Dengan data inflasi di depan mata, arah pasar dalam beberapa hari ke depan akan sangat bergantung pada perkembangan domestik dan internasional.