Efek Tarif Trump, S&P 500 Diramal Bakal Rontok Belasan Persen
Jakarta, 5 Agustus 2025 – Para analis dari perusahaan yang melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, memperingatkan bahwa indeks saham S&P 500 kemungkinan akan mengalami penurunan signifikan pada kuartal ketiga tahun ini. Penurunan ini dipicu oleh kebijakan tarif perdagangan yang dilancarkan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang telah memicu ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas pasar.
Menurut laporan dari Bloomberg, Morgan Stanley memprediksi bahwa indeks S&P 500 akan kehilangan gairah dan merosot hingga 10% dalam beberapa pekan atau bulan ke depan. Evercore bahkan lebih pesimis, memperkirakan potensi penurunan hingga 15%. Sementara itu, Deutsche Bank AG memproyeksikan penurunan yang lebih kecil, meskipun tetap signifikan. Analis dari Deutsche Bank AG menekankan bahwa meskipun penurunan mungkin tidak sebesar yang diperkirakan oleh beberapa pesaing, dampak dari tarif Trump tidak boleh diabaikan.
Kebijakan tarif Trump, yang diberlakukan terhadap sejumlah negara mitra dagang AS, telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan perang dagang yang lebih luas. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok global, meningkatkan biaya produksi, dan pada akhirnya, menekan laba perusahaan. "Tarif yang diberlakukan oleh Trump berpotensi merusak pertumbuhan ekonomi global dan memicu inflasi," kata Michael Wilson, kepala strategi ekuitas AS di Morgan Stanley. "Kami memperkirakan volatilitas pasar akan meningkat, dan S&P 500 bisa mengalami koreksi yang signifikan."
Selain itu, laporan dari Investopedia menunjukkan bahwa indeks S&P 500 telah mengalami penurunan tajam sebesar 4,8% pada 3 April 2025, menyusul pengumuman tarif yang luas oleh Trump. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak awal pandemi COVID-19, dengan Dow Jones Industrial Average kehilangan hampir 1.700 poin dan Nasdaq Composite turun 6%.
Para analis juga mencatat bahwa sektor-sektor tertentu lebih rentan terhadap dampak tarif. Misalnya, perusahaan teknologi dan manufaktur yang bergantung pada rantai pasok global kemungkinan akan paling terpukul. Saham perusahaan seperti Apple, yang memiliki eksposur signifikan ke China, turun 1,69%, sementara Alibaba anjlok 2,24%.
Namun, tidak semua pasar bereaksi negatif. Di tengah ketidakpastian ekonomi, aset-aset safe-haven seperti emas dan Bitcoin menarik perhatian investor. Analis crypto Ted Pillow, dalam unggahannya di media sosial X pada 7 Juni 2025, menyatakan bahwa Bitcoin akan mencapai titik tertingginya pada kuartal ini dengan target antara US$125.000 hingga US$130.000. Prediksi ini didukung oleh tren historis di mana Bitcoin cenderung naik saat ada ketidakpastian ekonomi global.
Sementara itu, beberapa analis memperingatkan bahwa dampak tarif Trump bisa lebih luas dari yang diperkirakan. Menurut The New York Times, kebijakan tarif ini dapat memicu resesi global, dengan S&P 500 berpotensi turun lebih dari 10% dalam jangka pendek.
Dalam konteks sejarah, kebijakan tarif yang agresif sering kali memicu volatilitas pasar. Sebagai contoh, pada tahun 2018, pengumuman tarif Trump terhadap China menyebabkan S&P 500 mengalami penurunan signifikan, meskipun pasar pulih seiring berjalannya waktu. Namun, situasi saat ini dianggap lebih kompleks karena melibatkan lebih banyak negara dan sektor ekonomi.
Secara keseluruhan, para analis sepakat bahwa kebijakan tarif Trump akan terus mempengaruhi pasar saham AS dalam jangka pendek. Investor disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko.