Ekonomi Global Tak Stabil, Gubernur BI: Investor Beralih ke Emas dan Obligasi


Surakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa investor global kini beralih ke emas dan obligasi sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dunia. Ketidakstabilan ini salah satunya dipicu oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap sejumlah negara besar, termasuk China. Akibatnya, pasar saham global mengalami tekanan, sementara emas mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Investor Cari Aset Aman di Tengah Gejolak
Perry Warjiyo menyoroti pergeseran pola investasi global yang signifikan. "Tapi yang besar adalah pergeseran ke emas. Terjadi pergeseran investasi portofolio global yang sebelumnya berbondong-bondong semuanya ke Amerika, sekarang mulai ada pergeseran," ujarnya, seperti dikutip dari CNN Indonesia. Selain emas, obligasi juga menjadi pilihan utama investor karena dianggap sebagai aset safe haven yang mampu menahan volatilitas pasar.
Pergeseran ini terjadi seiring dengan penurunan saham global, terutama di AS dan Asia. Investor yang sebelumnya memusatkan aset mereka di pasar saham AS kini mulai mengalihkan portofolio ke negara-negara maju lain, seperti Eropa dan Jepang, yang dinilai lebih stabil dalam kondisi saat ini.
Tarif AS Jadi Pemicu Ketidakpastian
Kebijakan tarif impor Trump telah memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang, yang berdampak langsung pada stabilitas ekonomi global. Ketegangan ini membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap saham, khususnya di pasar AS dan Asia, yang mengalami penurunan tajam. Sebagai gantinya, mereka beralih ke emas dan obligasi untuk melindungi nilai aset mereka dari fluktuasi pasar yang tidak menentu.
Emas Capai Rekor US$3.050 per Ons
Salah satu dampak nyata dari gejolak ini adalah melonjaknya harga emas. Pada Kamis (20/03), harga emas mencapai US$3.050 per ons, level tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini tercatat sebesar 2,1% selama tiga hari berturut-turut, dengan peningkatan harian sebesar 0,09% dari hari sebelumnya. Lonjakan tersebut terjadi di tengah keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga, yang semakin memperkuat posisi emas sebagai aset safe haven.
Dampak bagi Indonesia
Di Indonesia, tren ini juga terasa. Investor lokal dan asing mulai melirik obligasi pemerintah sebagai alternatif investasi yang aman. Namun, BI tetap waspada terhadap risiko volatilitas lebih lanjut yang dapat memengaruhi aliran modal. Perry menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah kondisi global yang tidak menentu.
Kesimpulan
Ketidakpastian ekonomi global akibat tarif AS telah mendorong investor untuk mencari perlindungan di emas dan obligasi, dengan emas mencapai puncaknya di US$3.050 per ons. Penurunan saham global dan pergeseran aset dari AS ke negara maju lain menunjukkan tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas pasar. Bagi Indonesia, situasi ini menuntut strategi yang cermat untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah tantangan global.