Emas Antam Turun Rp25.000, IHSG Menguat Akibat Tarif Trump Meredam


Harga emas Antam mengalami penurunan signifikan pada hari Kamis, 24 Juli 2025. Berdasarkan data dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam), harga emas turun sebesar Rp25.000 per gram, dari Rp1.970.000 menjadi Rp1.945.000 per gram. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah, yang dipicu oleh meredamnya ketegangan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) setelah pengumuman Presiden Donald Trump.
Penguatan IHSG dan Rupiah
Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup pada level 7.560 pada 24 Juli 2025, naik 1,22% dari penutupan sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan sentimen positif di pasar saham domestik. Sementara itu, data dari Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat menjadi Rp16.265 per dolar AS, dari Rp16.303 pada hari sebelumnya. Penguatan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia pasca-kesepakatan tarif.
Kesepakatan Tarif Trump
Penurunan ketegangan tarif bermula dari pengumuman Presiden AS Donald Trump pada Selasa, 22 Juli 2025, melalui unggahan media sosial. Trump menyatakan bahwa tarif impor untuk produk Indonesia ke AS diturunkan dari 32% menjadi 19%. Kesepakatan ini dicapai setelah Indonesia berkomitmen untuk membeli produk energi senilai US$15 miliar, produk pertanian, serta 50 pesawat Boeing dari AS.
"Indonesia akan menjadi pasar terbuka bagi produk industri dan teknologi Amerika, serta barang pertanian, dengan menghapus 99% hambatan tarif mereka," tulis Trump dalam unggahannya. Ia memperkirakan kesepakatan ini akan membuka akses pasar tambahan senilai setidaknya US$50 miliar bagi barang-barang AS.
Dampak Ekonomi Menurut Pemerintah dan Analis
Kementerian Perdagangan Indonesia menyambut baik kesepakatan ini. Dalam pernyataan resminya, Menteri Perdagangan menyatakan bahwa penurunan tarif diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia ke AS, khususnya untuk komoditas seperti tekstil, alas kaki, dan produk perikanan, sekaligus mengurangi defisit perdagangan bilateral yang selama ini menjadi tantangan.
Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Dr. Lana Soelistianingsih, menambahkan bahwa langkah ini dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Penurunan tarif akan mendorong ekspor dan menarik investasi asing, terutama di sektor manufaktur dan energi," ujarnya dalam wawancara dengan media lokal.
Analisis Pasar: Emas Turun, Saham Naik
Analis pasar dari PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany, menjelaskan bahwa penurunan tarif mengurangi ketidakpastian global yang selama ini memengaruhi sentimen investor. "Ketika ketegangan perdagangan mereda, investor cenderung beralih dari aset safe haven seperti emas ke aset berisiko seperti saham," katanya. Hal ini terlihat jelas dari penurunan harga emas Antam dan kenaikan IHSG pada hari yang sama.
Selain itu, laporan dari Bloomberg menyebutkan bahwa penguatan rupiah juga didukung oleh meningkatnya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia. Data awal menunjukkan bahwa investor asing membeli saham Indonesia senilai Rp2,5 triliun pada 24 Juli 2025, salah satu angka tertinggi dalam sebulan terakhir.
Respons Pasar dan Harapan ke Depan
Pasar keuangan Indonesia menunjukkan respons positif terhadap kesepakatan ini. Pelaku pasar kini menantikan implementasi penuh dari komitmen pembelian produk AS oleh Indonesia, serta dampak jangka panjangnya terhadap neraca perdagangan dan stabilitas ekonomi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia, Samsul Hidayat, mengatakan bahwa penguatan IHSG mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi ke depan. "Jika ekspor meningkat dan defisit perdagangan menyusut, ini akan menjadi sinyal positif bagi nilai tukar rupiah dan daya saing industri lokal," katanya.
Sementara itu, harga emas yang turun menunjukkan bahwa investor mulai mengurangi ketergantungan pada aset safe haven. Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa fluktuasi pasar masih mungkin terjadi jika ada perubahan dalam kebijakan perdagangan global atau dinamika geopolitik.
Dengan meredamnya ketegangan tarif, Indonesia kini memiliki peluang untuk memperkuat posisinya di pasar global. Fokus ke depan akan tertuju pada bagaimana pemerintah memanfaatkan kesepakatan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.