Emas Capai Rekor Tertinggi US$3.565 Kala The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga

9/2/20252 min baca

green and brown stone on brown wooden table
green and brown stone on brown wooden table

Jakarta, 02 September 2025 – Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, menembus level US$3.565 per ons pada perdagangan Selasa (02/09). Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), yang dapat melemahkan dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Selain itu, ketegangan politik antara mantan Presiden Donald Trump dan Gubernur The Fed Jerome Powell turut memicu kekhawatiran pasar, mendorong investor beralih ke emas.

Menurut data dari Reuters, spot gold naik 0.3% ke US$3.487.55 per ons, setelah mencapai puncak US$3.508.50 di awal sesi. Emas telah menguat lebih dari 32% sepanjang tahun 2025, menyusul kenaikan 27% pada 2024, menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik di tengah gejolak ekonomi global. Kapitalisasi pasar emas juga meningkat menjadi US$23,9 triliun dari US$22 triliun pada bulan sebelumnya, mencerminkan permintaan yang kuat dari investor yang mencari perlindungan dari inflasi dan ketidakpastian geopolitik.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin kuat setelah data inflasi Juli menunjukkan kenaikan hanya 0,2% secara bulanan dan 2,7% tahunan, di bawah perkiraan 2,8%. Pasar memperkirakan 96% kemungkinan penurunan 25 basis poin pada September, menurut CME FedWatch Tool. "Kenaikan risiko geopolitik dan ekspektasi rate cut Fed membuat emas semakin menarik," kata analis Kyle Rodda dari Capital.com, seperti dikutip Reuters.

Ketegangan Politik dan Dampaknya terhadap Pasar

Perseteruan antara Trump dan Powell menjadi salah satu katalis utama kenaikan emas. Trump, yang sering mengkritik The Fed sebagai "musuh ekonomi AS," menuduh Powell gagal mengendalikan inflasi. Powell membalas dengan menegaskan independensi The Fed, menyatakan bahwa kebijakan moneter harus berdasarkan data, bukan tekanan politik. Konflik ini memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa dipolitisasi, yang membuat emas semakin menarik sebagai aset lindung nilai.

Menurut Bloomberg, ketidakpastian ini juga dipengaruhi oleh perang dagang global Trump, yang meningkatkan risiko inflasi di AS. Para trader memanfaatkan volatilitas ini, dengan volume perdagangan emas mencapai rekor harian. "Emas adalah aset safe haven di tengah gejolak politik dan ekonomi," ujar analis Tim Waterer dari KCM Trade, memprediksi harga emas bisa mencapai US$3.600 akhir tahun jika rate cut Fed berlanjut dan konflik Rusia-Ukraina tak kunjung usai.

Dampak Ekonomi dan Prediksi Ahli

Kenaikan harga emas ini juga mencerminkan kekhawatiran akan pelemahan dolar AS akibat pemangkasan suku bunga. Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih murah bagi pembeli asing, meningkatkan permintaan. Selain itu, pembelian emas oleh bank sentral global, termasuk China dan India, terus mendukung kenaikan harga. Laporan World Gold Council mencatat bahwa pembelian emas oleh bank sentral naik 33% pada 2025, didorong oleh diversifikasi cadangan devisa.

Di Indonesia, harga emas Antam naik Rp5.000 menjadi Rp1.906.000 per gram, sementara rupiah melemah ke Rp16.278 per dolar AS akibat sentimen global. Analis pasar dari Bloomberg memperkirakan emas bisa naik ke US$3.700 jika konflik geopolitik memanas, meskipun penurunan sementara mungkin terjadi jika diplomasi berhasil.

Kesimpulan

Rekor harga emas ini menunjukkan bagaimana ketegangan politik dan ekonomi dapat mendorong investor ke aset lindung nilai. Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin kuat, emas diharapkan tetap menjadi pilihan utama di tengah volatilitas pasar. Namun, investor disarankan untuk diversifikasi portofolio guna mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga.