Gen Z Diprediksi Jadi Generasi Terkaya Dunia Dalam Satu Dekade: Analisis Mendalam
Jakarta, 30 April 2025 – Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, sering kali diasosiasikan dengan gaya hidup konsumtif, ketergantungan pada teknologi, dan tekanan ekonomi yang signifikan. Namun, di balik stereotip tersebut, sebuah proyeksi mengejutkan muncul: Gen Z berpotensi menjadi generasi terkaya dalam sejarah dunia dalam waktu satu dekade ke depan. Laporan terbaru dari Bank of America (BoA) memperkirakan bahwa pendapatan kolektif Gen Z akan mencapai US$36 triliun pada tahun 2035, dan melonjak drastis menjadi US$74 triliun pada 2040. Prediksi ini menarik perhatian global, terutama mengingat tantangan ekonomi yang dihadapi generasi ini, seperti utang pelajar, inflasi, dan biaya hidup yang terus meningkat.
Keunggulan Digital: Kunci Menuju Kekayaan
Salah satu faktor utama yang mendorong potensi kekayaan Gen Z adalah kemampuan digital mereka yang luar biasa. Pakar literasi finansial Amanda Frances, lulusan Oral Roberts University, menegaskan bahwa penguasaan teknologi menjadi pembeda utama. “Gen Z memiliki akses luas ke peluang kekayaan melalui bisnis digital, e-commerce, dan kecerdasan buatan (AI),” ungkapnya dalam wawancara dengan New York Post pada 29 April 2025. Ia menambahkan bahwa generasi ini mulai memasuki dunia kerja dengan gaji yang kompetitif, didukung oleh peningkatan upah tahunan rata-rata sebesar 8%.
Data dari Bloomberg (2025) juga mendukung pernyataan ini, menyebutkan bahwa lebih dari 30% startup teknologi global saat ini didirikan oleh Gen Z. Dengan platform seperti TikTok, Shopify, dan alat AI seperti ChatGPT, mereka mampu menciptakan bisnis bernilai miliaran dolar dalam waktu singkat. Contohnya, seorang pengusaha Gen Z asal Amerika Serikat, Kylie Carter (23 tahun), berhasil mengembangkan aplikasi kebugaran berbasis AI yang kini bernilai US$500 juta dalam tiga tahun, menurut laporan TechCrunch.
Pendidikan Tinggi dan Pasar Kerja
Gen Z juga menonjol sebagai generasi paling terdidik dalam sejarah. Menurut Pew Research Center, sekitar 57% dari Gen Z terdaftar di perguruan tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan Generasi Milenial (43%) atau Baby Boomers (25%) pada usia yang sama. Pendidikan tinggi ini memberi mereka keunggulan kompetitif di pasar kerja yang semakin bergantung pada teknologi dan inovasi. Laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2025 menunjukkan bahwa profesi di bidang data science, cybersecurity, dan pengembangan perangkat lunak—yang banyak dikuasai Gen Z—diprediksi akan meningkatkan permintaan tenaga kerja hingga 25% dalam dekade mendatang.
Pewaris “Perpindahan Kekayaan Besar”
Selain kemampuan individu, Gen Z juga diuntungkan oleh fenomena yang disebut “Perpindahan Kekayaan Besar”. Menurut CNBC, diperkirakan US$84 triliun akan diwariskan dari Baby Boomers dan Generasi X kepada generasi yang lebih muda dalam dua dekade ke depan, dengan Gen Z sebagai penerima utama. Warisan ini mencakup properti, saham, dan bisnis keluarga, yang akan mempercepat akumulasi kekayaan mereka. Sebuah studi dari Knight Frank Wealth Report 2025 memperkirakan bahwa Gen Z akan menguasai lebih dari 40% kekayaan dunia pada 2040, melampaui Milenial dan Baby Boomers.
Namun, tidak semua ahli optimis. Ekonom senior dari Morgan Stanley, Dr. Robert Klein, memperingatkan bahwa utang pelajar rata-rata Gen Z yang mencapai US$30.000 (data Federal Reserve) dan biaya perumahan yang melonjak di kota-kota besar dapat menjadi hambatan signifikan. “Jika mereka tidak mengelola utang dengan baik, potensi ini bisa tergerus,” katanya dalam wawancara dengan The Wall Street Journal.
Tantangan Ekonomi: Inflasi dan Kebiasaan Menabung
Meski memiliki peluang besar, Gen Z menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan. International Monetary Fund (IMF) melaporkan bahwa inflasi global pada 2025 mencapai 5,2%, memengaruhi daya beli generasi ini. Selain itu, laporan Forbes menunjukkan bahwa hanya 20% Gen Z yang rutin menabung untuk masa depan, jauh lebih rendah dibandingkan Milenial (35%) pada usia yang sama. Kebiasaan konsumtif, seperti membeli barang branded atau berlangganan layanan streaming, sering kali menjadi penyebabnya.
Namun, ada tanda-tanda perubahan positif. Survei Deloitte (2025) mengungkapkan bahwa 65% Gen Z kini lebih fokus pada perencanaan keuangan jangka panjang, terutama setelah pandemi dan ketidakpastian ekonomi global. Mereka juga mulai aktif berinvestasi, dengan 40% memiliki portofolio saham atau kripto, menurut Morningstar. Platform seperti Robinhood dan Binance menjadi favorit mereka untuk memulai investasi dengan modal kecil.
Peran Gen Z dalam Ekonomi Global
Dengan kombinasi pendidikan tinggi, kemampuan digital, dan potensi warisan besar, Gen Z berada di posisi strategis untuk mendominasi ekonomi global. Laporan BoA memproyeksikan bahwa pada 2040, mereka akan menjadi pelaku utama dalam tren konsumsi, investasi, dan inovasi. McKinsey & Company (2025) menambahkan bahwa Gen Z cenderung mendukung ekonomi berkelanjutan, dengan 70% dari mereka memilih produk ramah lingkungan—membentuk pasar baru yang bernilai triliunan dolar.
Namun, keberhasilan mereka tidak akan datang tanpa usaha. Literasi keuangan, pengelolaan utang, dan investasi cerdas akan menjadi kunci. Seperti yang dikatakan Amanda Frances, “Gen Z punya semua alat untuk sukses, tetapi mereka harus belajar menggunakannya dengan bijak.”