Gibran: AI Bisa Jadi Solusi Atasi Macet dan Copet di Indonesia

5/12/20252 min baca

gibran
gibran

Jakarta, 12 Mei 2025 – Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan kejahatan seperti pencopetan. Dalam acara di Universitas Bina Nusantara, Gibran menyoroti implementasi teknologi ini oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Jasa Marga. “Ada yang naik KRL enggak? Di situ ada kamera canggih pakai AI juga, bisa ada face recognition. Ini kalau ada copet atau apa, ketahuan gitu,” ujarnya.

Gibran menambahkan bahwa PT Jasa Marga telah berhasil memanfaatkan AI untuk mengurangi kemacetan selama arus mudik Lebaran 2025. Teknologi ini memungkinkan pemantauan lalu lintas secara real-time di sepanjang ruas tol, membantu mengurai kepadatan kendaraan. Pernyataan ini menegaskan bahwa AI dapat menjadi alat efektif untuk meningkatkan efisiensi transportasi dan keamanan publik di Indonesia.

Cara Kerja AI dalam Keamanan Publik

Menurut Ultralytics, AI memanfaatkan computer vision—kemampuan mesin untuk menafsirkan dan menganalisis informasi visual. Dalam konteks keamanan di KRL, kamera canggih yang dilengkapi AI dan teknologi pengenalan wajah dapat memindai wajah penumpang secara real-time. Sistem ini menganalisis pola perilaku, seperti gerakan tangan yang tidak wajar atau aktivitas mencurigakan yang sering diasosiasikan dengan pencopetan. Ketika perilaku semacam itu terdeteksi, sistem dapat mengirim peringatan instan kepada petugas keamanan, memungkinkan respons cepat untuk mencegah kejahatan.

Teknologi ini tidak hanya terbatas pada pengenalan wajah. AI juga dapat digunakan untuk melacak inventaris atau memantau kepadatan penumpang, memberikan data yang berguna bagi pengelola transportasi publik untuk meningkatkan layanan.

AI Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas

Dalam bidang transportasi, AI telah terbukti efektif mengelola lalu lintas. BBC melaporkan bahwa AI dapat mengintegrasikan teknologi komunikasi canggih untuk memproses data dalam jumlah besar secara real-time. Di ruas tol yang dikelola PT Jasa Marga, sistem AI memantau arus kendaraan, mengidentifikasi titik-titik kemacetan, dan memberikan solusi seperti pengalihan rute. Selama arus mudik Lebaran 2025, teknologi ini membantu mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan kelancaran perjalanan.

Di luar Indonesia, kota seperti Singapura telah lama menggunakan AI dalam Intelligent Transport System (ITS). Sistem ini memanfaatkan kamera, sensor, dan algoritma untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas dan mengurangi kemacetan. Menurut The Straits Times (2023), ITS berhasil memangkas waktu perjalanan hingga 15% pada jam sibuk.

Contoh Global dan Inovasi AI

Penggunaan AI dalam transportasi dan keamanan bukan hal baru di dunia. Di London, Transport for London (TfL) menggunakan kamera berbasis AI di stasiun kereta bawah tanah untuk mendeteksi pencopetan dan vandalisme. Sistem ini, seperti dilaporkan The Guardian (2024), memungkinkan petugas keamanan bertindak dalam hitungan menit setelah perilaku mencurigakan terdeteksi.

Sementara itu, di Tokyo, Japan Railways telah mengadopsi AI untuk memprediksi kepadatan penumpang dan mencegah insiden di stasiun-stasiun besar. Teknologi ini menganalisis data historis dan real-time untuk mengatur jadwal kereta, mengurangi risiko overcrowding yang sering menjadi celah bagi pencopet.

Manfaat dan Tantangan

Adopsi AI menawarkan banyak manfaat, seperti peningkatan efisiensi, pengurangan kejahatan, dan kenyamanan bagi masyarakat. Namun, ada tantangan yang perlu diperhatikan. Isu privasi menjadi sorotan utama, terutama dengan penggunaan pengenalan wajah. Amnesty International (2023) memperingatkan bahwa teknologi ini dapat mengarah pada pengawasan berlebihan jika tidak diatur dengan ketat.

Selain itu, akurasi AI juga menjadi perhatian. Studi dari MIT Technology Review (2022) menunjukkan bahwa algoritma pengenalan wajah kadang-kadang memiliki bias, misalnya dalam mengenali wajah dari kelompok etnis tertentu, yang dapat menyebabkan kesalahan identifikasi. Oleh karena itu, pengembangan sistem AI harus memastikan keadilan dan akuntabilitas.

Langkah ke Depan untuk Indonesia

Gibran menekankan pentingnya inovasi teknologi untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam penerapan AI di Asia Tenggara. Namun, implementasi harus dilakukan dengan hati-hati, menyeimbangkan manfaat teknologi dengan perlindungan hak privasi dan keadilan sosial.