Gibran: Pemerintah Fokus Kembangkan Blockchain dan Ekonomi Digital untuk Masa Depan Indonesia


Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, menyampaikan visi ambisius pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan teknologi digital sebagai tulang punggung kemajuan bangsa. Dalam pernyataannya yang diunggah melalui kanal YouTube pribadinya pada 27 Mei 2025, Gibran menegaskan bahwa era digital saat ini mengubah paradigma kekayaan dan kekuatan sebuah negara. "Era digital adalah era di mana kemajuan sebuah bangsa bukan hanya ditentukan oleh siapa yang punya tambang atau sumber daya alam (SDA), tapi juga oleh siapa yang menguasai data dan aset digital," ujarnya.
Gibran menyoroti bahwa data, perilaku, dan pola pikir masyarakat kini menjadi aset tak kasat mata yang memiliki nilai strategis tinggi. Untuk itu, pemerintah berkomitmen membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional yang kuat. "Kami di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo akan fokus mengembangkan solusi berbasis Artificial Intelligence (AI), machine learning, games, Internet of Things (IoT), blockchain, dan robotika," tambahnya. Ia juga mendorong Indonesia untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi bertransformasi menjadi produsen digital yang inovatif.
Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar. Berdasarkan data dari e-Conomy SEA 2024, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$90 miliar pada 2024, menyumbang 40% dari total ekonomi digital Asia Tenggara yang bernilai US$100 miliar. Gibran optimistis angka ini dapat melonjak hingga US$300 miliar pada 2030 jika pengembangan teknologi dilakukan secara serius. Proyeksi ini didukung oleh laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 20% per tahun, tertinggi di kawasan ASEAN.
Namun, untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mengatasi sejumlah tantangan. Menurut McKinsey & Company, dibutuhkan tambahan 9 juta talenta digital hingga 2030 untuk mendukung ekosistem ini. Selain itu, kesenjangan infrastruktur digital, khususnya di wilayah pedesaan, menjadi hambatan signifikan. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa hanya 55% wilayah Indonesia yang memiliki akses internet memadai pada 2024.
Peran Blockchain dalam Transformasi Digital
Salah satu teknologi yang menjadi fokus Gibran adalah blockchain. Teknologi buku besar terdistribusi ini menawarkan solusi untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan keamanan di berbagai sektor. Di Indonesia, blockchain telah diuji coba dalam sistem pelacakan rantai pasok dan identitas digital. Menurut Blockchain Research Institute, adopsi blockchain dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 30% di sektor publik dan swasta.
Selain itu, blockchain juga berpotensi mempercepat inklusi keuangan. Dengan jumlah penduduk unbanked yang masih tinggi—sekitar 66 juta orang menurut Bank Indonesia (2023)—blockchain dapat menjadi jembatan untuk menyediakan layanan keuangan yang terjangkau dan aman bagi masyarakat yang belum tersentuh bank tradisional. Contohnya, teknologi ini memungkinkan transaksi mikro yang cepat dan murah tanpa perantara.
Langkah Strategis Pemerintah
Pemerintah telah merancang sejumlah langkah strategis untuk mewujudkan visi ini. Pertama, percepatan pembangunan infrastruktur digital, seperti jaringan 5G dan pusat data nasional. Kedua, pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui program pelatihan dan pendidikan yang berfokus pada teknologi mutakhir seperti AI, machine learning, dan blockchain. Ketiga, dukungan terhadap inovasi lokal dengan memperkuat ekosistem startup. Menurut Startup Ranking (2025), Indonesia saat ini memiliki lebih dari 2.500 startup aktif, menempatkannya di peringkat kelima dunia.
Gibran menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi pencipta teknologi, bukan sekadar pasar. "Kita tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi harus menjadi produsen dan inovator," katanya. Pernyataan ini sejalan dengan tren global, di mana negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan telah berhasil menjadi pusat inovasi digital berkat investasi besar di sektor teknologi.
Konteks Global dan Tantangan
Di tingkat global, ekonomi digital diprediksi akan menyumbang 25% dari PDB dunia pada 2030, menurut World Economic Forum (2025). Teknologi seperti AI dan blockchain menjadi pendorong utama transformasi ini. Indonesia, dengan populasi muda dan tingkat adopsi teknologi yang tinggi, memiliki peluang besar untuk bersaing. Namun, tantangan seperti regulasi yang adaptif, perlindungan data, dan kesenjangan digital harus segera diatasi.
Sebagai contoh, perlindungan data menjadi isu krusial seiring meningkatnya ancaman siber. Laporan Cybersecurity Ventures (2024) menyebutkan bahwa kerugian akibat kejahatan siber global diperkirakan mencapai US$10 triliun per tahun pada 2025. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat regulasi seperti Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang mulai berlaku pada 2022.
Peluang dari Populasi Muda
Indonesia memiliki keunggulan demografis dengan lebih dari 50% penduduknya berusia di bawah 30 tahun. Generasi muda yang melek teknologi ini menjadi modal sosial yang kuat untuk mendorong inovasi. Dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan pro-inovasi dan investasi di sektor teknologi akan menjadi penentu keberhasilan visi Gibran.
Kesimpulan
Komitmen pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran untuk mengembangkan teknologi digital, khususnya blockchain dan ekonomi digital, menunjukkan langkah progresif untuk memposisikan Indonesia sebagai kekuatan global di era modern. Dengan potensi ekonomi digital yang diprediksi mencapai US$300 miliar pada 2030, fokus pada penguasaan data dan aset digital menjadi kunci. Keberhasilan visi ini akan bergantung pada pembangunan infrastruktur yang merata, pengembangan talenta digital, dan dorongan terhadap inovasi lokal.