Goldman Sachs Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga 3 Kali Tahun Ini, Apa Dampaknya?

8/19/20253 min baca

Goldman Sachs Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga 3 Kali Tahun Ini, Apa Dampaknya?
Goldman Sachs Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga 3 Kali Tahun Ini, Apa Dampaknya?

Jakarta, 14 Agustus 2025 – Goldman Sachs, salah satu bank investasi terkemuka di dunia, memprediksi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada tahun 2025 dan dua kali lagi pada 2026. Jika prediksi ini terwujud, suku bunga acuan AS bisa turun ke kisaran 3-3,25%, lebih rendah dari level saat ini yang berada di 4,25-4,50%. Prediksi ini muncul setelah data inflasi AS menunjukkan kenaikan terbatas pada Juli, hanya 0,2% secara bulanan, yang memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Proyeksi Goldman Sachs ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang semakin optimis terhadap pemangkasan suku bunga. Menurut data dari CME FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September mencapai lebih dari 93%, dengan kemungkinan 7% untuk pemangkasan 50 basis poin. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, juga mendukung pemangkasan 50 basis poin, dengan alasan suku bunga saat ini terlalu menekan ekonomi. "Suku bunga yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan, dan kami perlu menurunkannya sekitar 150 hingga 175 basis poin untuk mencapai keseimbangan," ujar Bessent dalam wawancara dengan Bloomberg.

Alasan di Balik Prediksi Pemangkasan Suku Bunga

Data inflasi Juli yang stagnan menjadi katalis utama prediksi ini. Indeks Harga Konsumen (CPI) naik hanya 0,2% secara bulanan dan 2,9% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan 3%. Core CPI, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 3,2% secara tahunan, juga di bawah ekspektasi. Meskipun demikian, inflasi tetap di atas target The Fed sebesar 2%, sehingga pemangkasan suku bunga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan tanpa memicu inflasi lebih lanjut.

Selain itu, kondisi pasar tenaga kerja AS yang melambat juga menjadi faktor pendukung. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% pada Juli, dengan penambahan lapangan kerja hanya 114.000, lebih rendah dari ekspektasi 180.000. "Data tenaga kerja yang lemah memberikan The Fed alasan kuat untuk mulai memangkas suku bunga," kata analis dari Morgan Stanley dalam laporan terbarunya.

Ketua The Fed, Jerome Powell, juga telah memberikan sinyal dovish dalam pidato Jackson Hole pada Agustus 2025, menyatakan bahwa "waktu untuk pemangkasan suku bunga telah tiba" jika data mendukung. Pernyataan ini memperkuat ekspektasi pasar, dengan peluang pemangkasan 100 basis poin pada akhir 2025 mencapai 100%.

Dampak Potensial terhadap Ekonomi AS dan Global

Pemangkasan suku bunga diharapkan memberikan dorongan bagi ekonomi AS dengan menurunkan biaya pinjaman, mendorong konsumsi, dan investasi bisnis. Menurut Reuters, pemangkasan 25 basis poin pada September bisa mendorong pertumbuhan PDB AS sebesar 0,5% pada 2026. Namun, jika pemangkasan terlalu agresif, ada risiko inflasi kembali naik, terutama dengan ketegangan perdagangan yang berlanjut.

Di pasar saham, pemangkasan suku bunga biasanya positif bagi aset berisiko. Indeks S&P 500 telah naik 18% tahun ini, dan ekspektasi pemangkasan lebih lanjut bisa mendorong reli lebih lanjut. Di sisi lain, dolar AS kemungkinan melemah, memberikan keuntungan bagi eksportir AS tapi menekan impor.

Bagi Indonesia, pemangkasan suku bunga The Fed bisa mengurangi tekanan pada rupiah. Bank Indonesia memperkirakan rupiah akan stabil di kisaran Rp15.500–Rp16.000 per dolar jika The Fed melonggarkan kebijakannya. Namun, ketegangan perdagangan AS dengan mitra dagang, termasuk Indonesia, tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.

Pandangan Para Ahli

  • Goldman Sachs: "Kami memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terjadi tiga kali pada 2025, didorong oleh inflasi yang rendah dan perlambatan tenaga kerja. Ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa memicu inflasi baru." (Goldman Sachs Report, 2025)

  • Jerome Powell: "Kami akan menyesuaikan kebijakan berdasarkan data. Jika inflasi terus menurun dan pasar tenaga kerja melemah, pemangkasan suku bunga adalah langkah yang tepat." (Jackson Hole Speech, 2025)

  • Mohamed El-Erian (Allianz): "Pemangkasan suku bunga bisa menjadi kesalahan jika dilakukan terlalu cepat, karena risiko inflasi jangka panjang masih ada." (Bloomberg Interview, Agustus 2025)

  • Nouriel Roubini: "Pemangkasan suku bunga mungkin diperlukan, tapi The Fed harus waspada terhadap gelembung aset yang bisa meledak jika kebijakan terlalu longgar." (CNBC Commentary, 2025)

Dampak pada Pasar Kripto dan Saham

Prospek pemangkasan suku bunga juga positif bagi aset berisiko seperti kripto. Analis Ted Pillow dalam unggahan X-nya memperkirakan Bitcoin akan mencapai US$125 ribu hingga US$130 ribu pada kuartal ini, didorong oleh likuiditas yang lebih tinggi. Saham teknologi seperti Nvidia dan Apple juga menguat, dengan S&P 500 mencatat rekor baru di level 6.173.

Di Indonesia, pemangkasan suku bunga AS bisa mendukung penguatan rupiah dan IHSG, meskipun ketegangan perdagangan tetap menjadi risiko. BI diperkirakan akan mengikuti dengan pemangkasan suku bunga domestik jika kondisi memungkinkan.

Kesimpulan

Proyeksi Goldman Sachs tentang pemangkasan suku bunga The Fed mencerminkan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi. Dengan inflasi yang terkendali dan pasar tenaga kerja yang melambat, pemangkasan ini diharapkan mendorong pertumbuhan tanpa memicu krisis. Namun, risiko seperti ketegangan perdagangan tetap menjadi perhatian. Bagi investor, langkah ini bisa menjadi katalis untuk aset berisiko, tetapi diversifikasi tetap kunci untuk mengelola ketidakpastian.