Harga Emas Antam Terus Meroket di Tengah Ketidakpastian Global

4/23/20253 min baca

gold and silver round coins
gold and silver round coins

Jakarta, 17 April 2025 – Harga emas batangan Antam kembali mencatat rekor tertinggi pada Kamis (17/04). Mengutip laman resmi Logam Mulia, harga emas melonjak drastis sebesar Rp32.000 per gram, mencapai Rp1.975.000 per gram. Kenaikan ini menjadi sorotan utama di pasar komoditas Indonesia, menegaskan posisi emas sebagai aset primadona di tengah gejolak ekonomi dunia yang kian memanas.

Lonjakan Harga Emas: Apa yang Terjadi?

Tren bullish harga emas Antam bukanlah fenomena lokal semata, melainkan cerminan dari dinamika global. Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik menjadi pemicu utama yang mendorong investor, baik institusi maupun individu, untuk berbondong-bondong mengamankan dana mereka di logam mulia. Direktur Pelaksana GoldSilver Central, Brian Lan, dalam wawancara dengan Reuters menyatakan, “Emas akan terus menguat selama ketidakpastian ekonomi tetap berlangsung.” Pernyataan ini menggarisbawahi alasan mengapa emas kini menjadi magnet bagi para pelaku pasar.

Faktor-Faktor Penyebab Kenaikan Harga Emas

Beberapa elemen kunci yang berkontribusi pada lonjakan harga emas Antam meliputi:

  1. Tarif Impor dan Perang Dagang
    Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China terus berlanjut dengan pemberlakuan tarif impor yang tinggi. Kebijakan ini mengganggu rantai pasok global, meningkatkan biaya produksi, dan menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan. Akibatnya, emas menjadi pilihan utama sebagai aset safe-haven.

  2. Kekhawatiran Resesi Global
    Data ekonomi terkini menunjukkan perlambatan signifikan di berbagai negara maju, seperti penurunan produksi industri dan stagnasi pertumbuhan PDB. Ancaman resesi global mendorong investor untuk menghindari aset berisiko tinggi dan beralih ke emas, yang terkenal tahan terhadap guncangan ekonomi.

  3. Potensi Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed
    Federal Reserve (The Fed) AS diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih cepat untuk merespons perlambatan ekonomi. Suku bunga rendah mengurangi daya tarik instrumen berbasis bunga seperti obligasi, sehingga emas—yang tidak menghasilkan bunga—menjadi lebih menarik bagi investor.

  4. Rupiah Melemah
    Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut memperparah kenaikan harga emas di pasar domestik. Karena emas dihargai dalam dolar, pelemahan rupiah membuatnya semakin mahal, sekaligus mendorong masyarakat untuk membelinya sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

  5. Bank Sentral Menimbun Emas
    Bank sentral di negara-negara seperti China, Rusia, dan India terus menambah cadangan emas mereka. Langkah ini merupakan strategi untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mendiversifikasi aset. Permintaan besar dari institusi ini menjadi katalis tambahan bagi kenaikan harga emas dunia.

Dampak pada Pasar Saham dan Ekonomi Lokal

Kenaikan harga emas tidak hanya membawa berkah bagi investor emas, tetapi juga menimbulkan efek domino di pasar saham. Investor cenderung menarik dana dari saham—yang dianggap berisiko tinggi—dan mengalihkannya ke emas yang lebih stabil. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat anjlok 2,5% dalam seminggu terakhir, mencerminkan sentimen negatif yang dipicu oleh kondisi global dan domestik.

Di tingkat global, indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nikkei 225 juga mengalami tekanan jual yang signifikan. Seorang analis pasar di Jakarta mengatakan, “Investor lebih memilih emas daripada saham di tengah situasi yang tidak menentu ini.” Fenomena ini menunjukkan pergeseran preferensi yang tajam di kalangan pelaku pasar.

Emas Global: Rekor Baru dan Proyeksi Masa Depan

Harga emas dunia pun tak kalah mengesankan. Berdasarkan Bloomberg Gold Spot, harga emas global melonjak 1,8% dalam sehari, mencapai US$3,488 per ons. Secara year-to-date (YTD), emas telah membukukan kenaikan sebesar 32,9%, menjadikannya salah satu aset dengan performa terbaik dalam satu dekade terakhir.

Analis pasar memperkirakan bahwa harga emas masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi. Brian Lan memprediksi, “Emas bisa menyentuh US$3,500 per ons dalam waktu dekat jika ketegangan geopolitik dan ekonomi tidak mereda.” Namun, ia juga memperingatkan bahwa jika stabilitas global pulih, harga emas berpotensi terkoreksi.

Antusiasme Masyarakat Indonesia

Meski harga emas terus meroket, minat masyarakat Indonesia untuk membeli logam mulia justru meningkat tajam. Data dari Logam Mulia mencatat kenaikan permintaan sebesar 15% dalam tiga bulan terakhir. Investor ritel, khususnya, melihat emas sebagai pelindung nilai yang andal di tengah inflasi dan pelemahan rupiah. “Emas adalah aset yang bisa diandalkan di masa sulit,” ujar seorang pembeli emas di Jakarta.

Tren ini juga terlihat di kalangan masyarakat umum yang mulai memandang emas sebagai tabungan jangka panjang. Banyak yang memanfaatkan kenaikan harga ini untuk menjual emas lama mereka atau membeli lebih banyak untuk investasi masa depan.

Kesimpulan: Emas sebagai Penutup Ketidakpastian

Lonjakan harga emas Antam ke Rp1.975.000 per gram adalah cerminan dari kondisi dunia yang penuh ketidakpastian. Dengan perang dagang yang tak kunjung usai, ancaman resesi global, dan kebijakan moneter yang longgar, emas terus menjadi primadona di mata investor. Namun, kenaikan ini juga membawa tantangan bagi pasar saham dan ekonomi secara keseluruhan, menegaskan pentingnya diversifikasi dalam strategi investasi.

Di tengah volatilitas ini, emas bukan sekadar komoditas, tetapi simbol stabilitas yang terus dicari di masa-masa sulit. Pertanyaannya kini: hingga kapan tren ini akan bertahan?