Harga Emas di Indonesia Tembus Rp1.836.000 per Gram Pasca Tarif Trump, Bitcoin Ambruk

4/3/20251 min baca

gold and silver round coins
gold and silver round coins

Jakarta – Harga emas di Indonesia mencatatkan rekor baru pada Kamis (03/04), melonjak drastis sebesar Rp17.000 per gram menjadi Rp1.836.000. Kenaikan ini dipicu oleh gejolak pasar global setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif perdagangan yang menargetkan sejumlah negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Logam Mulia, harga emas sebelumnya berada di angka Rp1.819.000 per gram, setelah sempat turun dari Rp1.826.000 pada hari sebelumnya. Angka ini menjadi puncak tertinggi baru setelah beberapa hari harga emas cenderung stagnan.

Tak hanya harga jual, harga buyback atau beli kembali emas juga turut meningkat sebesar Rp17.000, kini berada di level Rp1.688.000 per gram. Lonjakan ini menegaskan posisi emas sebagai aset favorit di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Kebijakan Tarif Trump Jadi Pemicu

Kenaikan harga emas ini tak lepas dari pengumuman Trump pada Rabu (02/04), yang memperkenalkan tarif dagang baru. Dalam pernyataannya, Trump menyebut Indonesia mengenakan pajak sebesar 64% pada barang impor dari AS. Sebagai respons, AS membalas dengan tarif 32% untuk ekspor Indonesia. Meski belum jelas barang apa saja yang terdampak, kebijakan ini langsung mengguncang pasar keuangan global dan mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

Bitcoin Terpuruk, Emas Bersinar

Di sisi lain, pasar kripto justru tertekan. Bitcoin (BTC), mata uang digital terpopuler, anjlok ke level US$82.000 pada pagi ini, turun dari puncaknya di US$84.000. Penurunan ini menunjukkan pergeseran preferensi investor ke aset tradisional seperti emas, meninggalkan aset digital yang lebih berisiko di tengah ketidakstabilan pasar.

Prospek ke Depan

Analis pasar memprediksi harga emas masih bisa terus merangkak naik jika tensi perdagangan global meningkat. “Kebijakan tarif Trump berpotensi memicu efek domino, dan emas akan tetap jadi pilihan utama investor,” kata seorang analis pasar. Sementara itu, Bitcoin dan aset kripto lainnya diperkirakan masih akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat.