IHSG Anjlok ke 6.968, Terdampak Konflik Timur Tengah dan Kebijakan Suku Bunga
Jakarta, 19 Juni 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada hari ini, Kamis (19/06), dengan penurunan sebesar 1,96%, berakhir pada level 6.968. IHSG dibuka pada posisi 7.107 dan berfluktuasi sepanjang hari, mencatatkan level tertinggi di 7.120 dan terendah di 6.950. Penurunan ini menandai hari ketujuh berturut-turut pelemahan IHSG, didorong oleh kombinasi faktor domestik dan global, termasuk keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan serta eskalasi konflik di Timur Tengah.
Performa IHSG dan Aktivitas Pasar
Hari ini, IHSG mengalami tekanan jual yang signifikan, dengan lebih dari 10 miliar lembar saham diperdagangkan dan nilai transaksi mencapai Rp12 triliun. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 320 saham melemah, 180 saham menguat, dan 250 saham lainnya stagnan. "Tingginya volume perdagangan menunjukkan adanya kepanikan di kalangan investor, terutama akibat ketidakpastian global," kata Reza Priyambada, analis senior dari BNI Sekuritas.
Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada 17-18 Juni 2025. Suku bunga Deposit Facility tetap di 4,75%, sementara Lending Facility berada di 6,25%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi, yang diperkirakan tetap dalam kisaran target 1,5%-3,5% hingga 2026. "Kami mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang masih moderat dan tekanan eksternal akibat volatilitas global," ujar Perry dalam konferensi pers.
Namun, sejumlah ekonom menilai keputusan ini kurang memberikan dorongan bagi pasar modal. "Dengan suku bunga yang tidak berubah, investor cenderung beralih ke instrumen yang lebih aman seperti obligasi pemerintah," kata David Sumual, ekonom kepala BCA.
Sementara itu, The Federal Reserve (The Fed) juga mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25-4,50% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral AS akan tetap berhati-hati di tengah ketegangan geopolitik dan potensi dampak perang dagang. "Kami akan terus memantau data ekonomi dan situasi global sebelum memutuskan langkah selanjutnya," katanya.
Dampak Konflik Timur Tengah
Eskalasi konflik di Timur Tengah menjadi salah satu pemicu utama pelemahan pasar saham global, termasuk IHSG. Ketegangan meningkat setelah Amerika Serikat dilaporkan bersiap melancarkan serangan terhadap Iran, menyusul perselisihan terkait program nuklir dan sanksi ekonomi. Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent melonjak 2,5% menjadi $85 per barel akibat kekhawatiran gangguan pasokan di kawasan Teluk Persia.
"Konflik ini meningkatkan risiko geopolitik, mendorong investor untuk keluar dari aset berisiko seperti saham dan beralih ke emas atau dolar AS," ungkap Lana Soelistianingsih, ekonom dari Universitas Indonesia. Harga emas dunia sendiri naik 1,8% ke level $2.650 per ons, mencerminkan tren safe-haven di pasar.
Perbandingan dengan Pasar Asia Lain
Pelemahan IHSG sejalan dengan tren di beberapa bursa Asia lainnya. Indeks CSI 300 China turun 0,82%, Nikkei 225 Jepang anjlok 1,02% ke 38.488,34, dan Topix Jepang melemah 0,58% ke 2.792,08. Penurunan ini dipicu oleh sentimen negatif global dan kekhawatiran perlambatan ekonomi di negara-negara maju. Sebaliknya, Kospi Korea Selatan menguat tipis 0,19% ke 2.977,74, didukung oleh kinerja positif sektor teknologi seperti Samsung Electronics. Indeks S&P/ASX 200 Australia stabil di 8.523,7, ditopang oleh sektor pertambangan.
Pasar Kripto dan Sentimen Alternatif
Di tengah volatilitas pasar saham, pasar cryptocurrency justru menunjukkan tanda-tanda optimisme. Berdasarkan data CoinMarketCap, kapitalisasi pasar kripto global naik 0,35% dalam 24 jam terakhir. Bitcoin (BTC) menguat 0,28% ke $104.413, sementara Ethereum (ETH) naik 0,86% menjadi $2.499. "Investor tampaknya mencari peluang di aset alternatif ketika pasar saham tertekan," kata Aditya Kurniawan, analis kripto dari Tokocrypto.
Outlook Pasar ke Depan
Analis pasar memprediksi bahwa IHSG masih akan menghadapi tekanan dalam jangka pendek, terutama jika konflik Timur Tengah terus berlanjut. "Level support IHSG berada di kisaran 6.900, dan jika tertembus, kita bisa melihat pelemahan lebih lanjut ke 6.800," kata Reza Priyambada. Namun, ia menambahkan bahwa potensi pemulihan tetap ada jika BI memberikan sinyal kebijakan yang lebih akomodatif atau ketegangan geopolitik mereda.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pasar keuangan global. Investor kini menantikan perkembangan lebih lanjut dari Timur Tengah, kebijakan moneter bank sentral, serta data ekonomi domestik untuk menentukan strategi investasi mereka.