IHSG Kembali ke 7.000: Performa Terkuat di Asia-Pasifik di Tengah Ketidakpastian Global
Jakarta, 15 Mei 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan performa positif pada perdagangan Kamis (15/05) pagi, naik 1,27% ke level 7.068, menjadikannya indeks saham terkuat di kawasan Asia-Pasifik. Kenaikan ini terjadi di tengah tekanan yang dialami pasar saham regional, yang terpengaruh oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sebanyak 245 saham menguat, 93 saham melemah, dan 228 saham stagnan, dengan volume transaksi mencapai 1,2 miliar saham dan nilai Rp755 miliar dalam 55.908 kali transaksi.
Performa IHSG yang mengesankan ini kontras dengan pasar saham Asia-Pasifik lainnya, yang justru mengalami penurunan. Indeks utama Jepang, Nikkei 225, turun 1,11%, sementara Topix melemah 0,97%. Di Korea Selatan, Kospi turun 0,36% dan Kosdaq turun 0,50%. Sementara itu, indeks Australia S&P/ASX 200 sedikit menguat 0,21%, menunjukkan perlawanan terhadap tren penurunan regional. Penurunan di pasar Asia-Pasifik ini terjadi meskipun ketegangan perdagangan AS-China mereda, yang sebelumnya mendorong kenaikan pasar. Investor kini mengadopsi pendekatan wait-and-see di tengah ketidakpastian global yang masih ada.
Konteks Historis dan Faktor Pendorong
IHSG telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa sepanjang tahun 2025, meskipun menghadapi tantangan dari ketegangan perdagangan global dan fluktuasi mata uang. Data historis menunjukkan bahwa IHSG sempat mencapai puncaknya di 7.670,7 pada Agustus 2024 sebelum mengalami penurunan sebesar 247 poin atau 3,49% sejak awal tahun. Kenaikan terbaru ke level 7.068 menandakan pemulihan yang signifikan, didukung oleh sentimen investor yang membaik.
Faktor domestik menjadi pendorong utama kenaikan ini. Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) telah berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk nilai tukar rupiah, di tengah volatilitas global. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada pertemuan kebijakan mendatang, sebuah langkah yang diyakini dapat memperkuat kepercayaan pasar. Selain itu, kebijakan baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik juga telah meningkatkan optimisme investor.
Namun, tantangan seperti pelemahan rupiah dan rumor perombakan kabinet tetap menjadi perhatian. Rupiah turun tipis 0,15% ke Rp16.537 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp16.561,5, meskipun BI telah melakukan intervensi untuk menstabilkan mata uang.
Perbandingan dengan Pasar Asia-Pasifik
Sementara IHSG mencatatkan kenaikan, pasar saham Asia-Pasifik lainnya menghadapi tekanan. Penurunan Nikkei 225 dan Topix di Jepang dipicu oleh kekhawatiran atas dampak kebijakan tarif AS yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Saham Jepang menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi, dengan pemulihan yang masih diragukan. Di Korea Selatan, Kospi dan Kosdaq juga melemah, mencerminkan kehati-hatian investor terhadap ketidakpastian perdagangan global.
Sebaliknya, S&P/ASX 200 Australia berhasil mencatatkan kenaikan kecil, didukung oleh data penjualan ritel yang positif. Penjualan ritel Australia naik 0,3% pada Januari 2025, memberikan dorongan bagi pasar saham lokal meskipun tren regional cenderung negatif.
Dampak Pasar AS dan Ketegangan Perdagangan
Di Amerika Serikat, saham berjangka melemah setelah pasar saham mencatat performa beragam. S&P 500 naik tipis 0,10% ke 5.892,58, didorong oleh sektor teknologi, sementara Nasdaq Composite melonjak 0,72% ke 19.146,81. Namun, Dow Jones Industrial Average turun 0,21% ke 42.051,06. Kenaikan pasar AS sebelumnya dipicu oleh meredanya ketegangan perdagangan AS-China, tetapi sentimen investor kini lebih berhati-hati menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve.
Ketegangan perdagangan AS-China kembali menjadi sorotan setelah Presiden Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 50% terhadap China jika Beijing tidak mencabut bea masuknya terhadap impor AS. Meskipun kedua negara telah menunda penerapan tarif selama 90 hari, ancaman ini memicu kekhawatiran baru di pasar global.
Prospek ke Depan
Meskipun IHSG menunjukkan kekuatan, tantangan seperti pelemahan rupiah dan ketidakpastian global tetap menjadi risiko. Analis pasar menyarankan pendekatan wait-and-see, meskipun valuasi saham Indonesia saat ini dianggap menarik. Di sisi lain, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang stabil dan dukungan kebijakan domestik dapat terus mendorong IHSG ke level yang lebih tinggi, menjadikannya salah satu pasar saham paling tangguh di Asia-Pasifik.