Ilmuwan Kembangkan Rahim Buatan Demi Lindungi Spesies Terancam Punah


Colossal Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berdedikasi pada inovasi ilmiah untuk konservasi, tengah mengembangkan teknologi "rahim buatan" yang revolusioner. Teknologi ini dirancang untuk menumbuhkan embrio spesies terancam punah di luar rahim alami, dengan tujuan melindungi masa depan spesies yang hampir punah dan bahkan membangkitkan spesies yang telah lama hilang, seperti mammoth berbulu atau badak putih utara. Pendekatan ini memanfaatkan bioteknologi mutakhir, termasuk pengeditan gen melalui CRISPR dan rekayasa jaringan canggih, untuk menciptakan metode yang berkelanjutan dan dapat diskalakan dalam pengembangan embrio.
Inspirasi dari Penelitian Sebelumnya
Ide rahim buatan bukanlah konsep yang sepenuhnya baru. Pada tahun 2018, para peneliti di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat, mencapai terobosan dengan berhasil mendukung pertumbuhan janin domba prematur selama empat minggu di luar rahim. Mereka mengembangkan sistem yang menyerupai rahim alami, menggunakan kantong plastik berisi cairan yang meniru cairan ketuban. Sistem ini dilengkapi dengan miniatur oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), sebuah teknologi yang memungkinkan pertukaran oksigen dan nutrisi melalui pembuluh darah janin. Penelitian ini awalnya bertujuan untuk membantu bayi prematur manusia bertahan hidup, tetapi telah menginspirasi aplikasi yang lebih luas, termasuk dalam konservasi spesies oleh Colossal Foundation.
Misi Colossal Foundation
Colossal Foundation, yang didirikan oleh ilmuwan genetik terkenal George Church dan pengusaha Ben Lamm, berfokus pada penggunaan teknologi untuk memulihkan ekosistem yang rusak. "Misi The Colossal Foundation adalah memadukan teknologi mutakhir dengan ilmu konservasi untuk memerangi hilangnya keanekaragaman hayati," kata Ben Lamm, Pendiri dan CEO Colossal Biosciences. Dengan menggabungkan penelitian sebelumnya tentang rahim buatan dan kemajuan dalam pengeditan genetik, mereka berharap dapat menciptakan lingkungan buatan yang aman untuk mengembangkan embrio spesies langka, seperti harimau Tasmania atau dodo, yang telah punah akibat aktivitas manusia.
Potensi untuk Manusia dan Debat Etis
Menariknya, ambisi teknologi ini tidak terbatas pada hewan. Rahim buatan juga memiliki potensi untuk diterapkan pada manusia, memicu diskusi etis dan sosial yang kompleks. Dalam survei yang dilakukan oleh Theos, sebuah lembaga pemikir yang meneliti isu-isu keagamaan dan teknologi, 42% dari 2.292 responden menyatakan dukungan terhadap penggunaan rahim buatan untuk manusia. Namun, mayoritas tetap skeptis dan hanya bersedia mendukungnya jika terbukti aman serta bermanfaat bagi keselamatan ibu dan anak.
Pendukung teknologi ini, termasuk beberapa ilmuwan dan aktivis kesetaraan gender, memandangnya sebagai langkah maju untuk membebaskan wanita dari beban fisik dan emosional kehamilan. Mereka berargumen bahwa rahim buatan dapat memberikan alternatif bagi wanita yang tidak dapat atau tidak ingin hamil secara alami. Namun, kritikus memperingatkan bahwa jika teknologi ini menjadi mainstream, hal itu bisa mengubah peran wanita dalam reproduksi secara drastis. Seorang kritikus bahkan menyatakan, "Ini bisa menjadi akhir bagi peran wanita dalam konteks biologis tradisional," menyoroti potensi pergeseran paradigma dalam masyarakat.
Tantangan dan Implikasi Jangka Panjang
Pengembangan rahim buatan masih menghadapi banyak tantangan, baik teknis maupun etis. Untuk spesies hewan, para ilmuwan harus memastikan bahwa embrio dapat berkembang secara sehat di lingkungan buatan tanpa efek samping jangka panjang. Sementara itu, untuk aplikasi manusia, konsep "ektogenesis penuh"—gestasi lengkap di luar tubuh—masih jauh dari kenyataan. Para ahli memperkirakan bahwa teknologi ini memerlukan dekade penelitian tambahan sebelum dapat digunakan secara luas.
Selain itu, rahim buatan juga membuka pertanyaan tentang definisi kehidupan, peran orang tua, dan hak reproduksi. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa teknologi ini dapat menjadi solusi bagi infertilitas atau kondisi medis tertentu, sementara yang lain khawatir akan dampaknya terhadap ikatan alami antara ibu dan anak.
Masa Depan Teknologi
Colossal Foundation dan para peneliti di seluruh dunia terus bekerja untuk menyempurnakan teknologi ini. Dengan potensi untuk menyelamatkan spesies terancam punah dan mengubah cara manusia memandang reproduksi, rahim buatan menjadi salah satu inovasi paling menarik sekaligus kontroversial di era modern. Meskipun masih dalam tahap awal, perkembangan ini menjanjikan harapan baru bagi konservasi dan kesehatan manusia—jika tantangan etis dan teknisnya dapat diatasi.