Imbal Hasil Picu Pasar, Jepang Bakal Pangkas Penerbitan Obligasi Jangka Panjang
Jepang mengumumkan rencana untuk memangkas penerbitan obligasi pemerintah jangka panjang secara signifikan tahun ini menyusul lonjakan imbal hasil (yield) yang mencapai rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan imbal hasil tersebut telah memicu kekhawatiran di pasar keuangan, baik domestik maupun global, karena potensi dampaknya terhadap biaya pinjaman dan stabilitas ekonomi.
Latar Belakang Lonjakan Imbal Hasil
Lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (Japanese Government Bonds atau JGB) dimulai awal tahun ini. Imbal hasil JGB 10-tahun mencapai titik tertinggi dalam 13 tahun, yakni 1,1%, pada Mei 2025. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan (BOJ) akan mulai menormalisasi kebijakan moneter yang selama ini sangat longgar. Setelah bertahun-tahun mempertahankan suku bunga rendah dan pembelian obligasi besar-besaran, sinyal perubahan kebijakan BOJ telah membuat investor waspada. Kenaikan imbal hasil ini memunculkan kekhawatiran tentang biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi pemerintah dan sektor swasta, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Jepang, ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Rencana Pemotongan Penerbitan Obligasi
Kementerian Keuangan Jepang merespons situasi ini dengan mengusulkan pengurangan besar-besaran dalam penerbitan obligasi jangka panjang. Secara spesifik, kementerian berencana memangkas penerbitan obligasi 20-tahun sebesar 4,6 triliun yen, dua kali lipat dari rencana awal sebesar 2,3 triliun yen. Selain itu, penerbitan obligasi 30-tahun dan 40-tahun juga akan dikurangi total sebesar US$22 miliar hingga akhir Maret 2026. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi pasokan obligasi jangka panjang di pasar, yang diharapkan dapat membantu menstabilkan imbal hasil yang melonjak.
Rencana revisi penerbitan ini diawasi ketat oleh para pedagang dan investor. Lonjakan imbal hasil di Jepang baru-baru ini telah menimbulkan efek riak di pasar global, dengan imbal hasil obligasi negara lain, seperti Treasury AS, juga mengalami kenaikan. Hal ini mencerminkan sifat saling terhubung dari pasar keuangan dunia.
Dampak Potensial pada Pasar
Pengurangan penerbitan obligasi ini dipandang sebagai upaya untuk meredakan tekanan di pasar obligasi. Dengan mengurangi pasokan, pemerintah berharap dapat menyeimbangkan dinamika permintaan dan penawaran, sehingga mencegah imbal hasil naik lebih jauh. Menurut laporan dari Nikkei, langkah ini bisa membantu menstabilkan pasar obligasi domestik dan mengurangi kekhawatiran investor. Namun, para analis menegaskan bahwa kebijakan moneter BOJ tetap menjadi faktor penentu utama arah imbal hasil ke depan.
Seorang ekonom senior dari Daiwa Institute of Research, Shotaro Kugo, menyatakan, "Pemangkasan penerbitan obligasi adalah langkah yang tepat, tetapi bukan solusi akhir. Jika BOJ mulai mengetatkan kebijakan moneter, imbal hasil bisa terus naik, terlepas dari upaya pemerintah." Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa meskipun langkah fiskal ini penting, kebijakan moneter BOJ akan memainkan peran yang lebih besar dalam jangka panjang.
Respon Pasar Global dan Langkah Tambahan
Dampak dari gejolak pasar obligasi Jepang telah terasa di seluruh dunia. Kenaikan imbal hasil JGB berkontribusi pada meningkatnya biaya pinjaman di pasar internasional, menambah tantangan bagi bank sentral yang sedang menghadapi tekanan inflasi global. Untuk mengatasi situasi ini, Kementerian Keuangan Jepang juga mempertimbangkan pembelian kembali obligasi jangka super panjang yang diterbitkan sebelumnya dengan suku bunga rendah. Langkah ini dapat memperbaiki keseimbangan pasokan-permintaan di pasar dan memberikan dukungan tambahan untuk stabilisasi imbal hasil.
Proses Pengambilan Keputusan
Rencana pemotongan penerbitan obligasi ini akan diselesaikan setelah konsultasi dengan pelaku pasar, yang dijadwalkan berlangsung pada 20 dan 23 Juni mendatang. Hasil dari pertemuan ini akan menjadi sorotan utama, karena setiap penyesuaian lebih lanjut dapat memengaruhi pasar obligasi dan ekonomi secara keseluruhan.
Outlook ke Depan
Saat Jepang menghadapi periode sensitivitas pasar yang tinggi, hubungan antara kebijakan fiskal pemerintah dan sikap moneter BOJ akan menjadi kunci. Dengan pertemuan kebijakan BOJ berikutnya yang hanya berjarak beberapa minggu, investor dan pelaku pasar akan mencari petunjuk tentang langkah bank sentral selanjutnya. Untuk saat ini, pemangkasan penerbitan obligasi memberikan harapan akan stabilitas, tetapi ketidakpastian tetap membayangi pasar.