Indeks Saham Global Anjlok Akibat Tarif Trump: IHSG Bersiap Hadapi Penurunan

4/7/20252 min baca

SPY SPDR S&P 500 ETF Trust
SPY SPDR S&P 500 ETF Trust

Jakarta – Pasar saham global sedang mengalami guncangan hebat menyusul pengumuman tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan ini telah memicu kekhawatiran akan perang dagang yang berdampak luas, menyebabkan indeks saham di berbagai belahan dunia anjlok secara serentak. Salah satu yang paling terdampak adalah indeks S&P 500 di Amerika Serikat, yang mencatat penurunan drastis hampir 6% pada hari Jumat, 4 April lalu. Penurunan ini menjadi sinyal awal ketidakstabilan ekonomi global yang kini mulai terasa di berbagai pasar Asia.

Di wilayah Asia, efek domino dari kebijakan tarif Trump juga terlihat jelas. Indeks Nikkei 225 di Jepang harus menelan penurunan sebesar 2,75%, sementara indeks Hang Seng di China turun 1,52%. Tidak ketinggalan, Straits Times Index (STI) Singapura juga terperosok hampir 3%. Namun, di tengah tren penurunan ini, indeks Kosdaq Korea Selatan menjadi pengecualian dengan kenaikan tipis sebesar 0,57%, memberikan sedikit harapan di tengah gejolak pasar.

IHSG Indonesia di Ambang Penurunan

Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengikuti jejak penurunan global saat perdagangan kembali dibuka pada hari Selasa, 8 April, setelah libur panjang. Pasar modal Indonesia yang sementara ditutup akibat hari libur kini bersiap menghadapi tekanan serius. Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, IHSG berpotensi anjlok antara 2% hingga 3% pada pembukaan perdagangan pekan ini.

“IHSG kemungkinan besar akan mengalami penurunan 2 sampai 3 persen dalam perdagangan di hari Selasa,” ungkap Ibrahim, sebagaimana dilansir dari Suara Surabaya. Prediksi ini didasarkan pada dampak kebijakan tarif Trump yang dinilai memicu perang dagang antarnegara.

Dampak Perang Dagang terhadap Indonesia

Ibrahim menambahkan bahwa Indonesia tidak luput dari efek kebijakan tersebut. Sebagai salah satu mitra dagang penting Amerika Serikat, Indonesia kini menghadapi tantangan akibat meningkatnya biaya impor dari AS. “Karena dampak dari perang dagang ini cukup luar biasa, terlebih Indonesia sudah masuk dalam biaya impor dari AS,” jelasnya.

Kenaikan biaya impor ini dikhawatirkan akan membebani pelaku usaha di Indonesia, terutama industri yang bergantung pada bahan baku atau produk dari Amerika Serikat. Konsumen pun kemungkinan akan merasakan dampaknya melalui kenaikan harga barang di pasar domestik. Situasi ini menambah kompleksitas bagi perekonomian Indonesia yang masih berupaya pulih pasca pandemi.

Konteks Global dan Prospek ke Depan

Penurunan indeks saham global ini mencerminkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan perdagangan internasional. Tarif yang diberlakukan Trump diyakini bertujuan melindungi industri dalam negeri AS, namun justru memicu reaksi berantai yang merugikan ekonomi global. Negara-negara seperti Jepang, China, dan Singapura yang memiliki hubungan dagang erat dengan AS kini terpaksa menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi tekanan ini.

Sementara itu, kenaikan tipis indeks Kosdaq di Korea Selatan menunjukkan bahwa tidak semua pasar terpuruk. Faktor domestik dan ketahanan sektor teknologi di Korea Selatan diduga menjadi penyebab performa positif tersebut. Namun, bagi Indonesia, tantangan ke depan tampak lebih berat mengingat ketergantungan pada perdagangan internasional dan posisinya dalam rantai pasok global.

Ketika IHSG kembali beroperasi pada hari Selasa, para investor dan pelaku pasar di Indonesia akan memantau dengan cermat bagaimana indeks ini bereaksi terhadap tekanan global. Analis menyarankan agar pelaku pasar bersiap dengan strategi mitigasi, seperti diversifikasi portofolio atau fokus pada sektor yang lebih tahan terhadap guncangan ekonomi global.

Kesimpulan

Kebijakan tarif Donald Trump telah mengguncang pasar saham dunia, dan Indonesia tidak terkecuali. Dengan prediksi penurunan IHSG sebesar 2%-3% pada pembukaan perdagangan, pasar domestik bersiap menghadapi dampak perang dagang yang kian memanas. Ketidakpastian ini menjadi pengingat akan keterkaitan erat antara kebijakan perdagangan dan stabilitas ekonomi global.