Inflasi AS Turun di Tengah Ancaman Tarif Trump

3/12/20252 min baca

a roll of toilet paper
a roll of toilet paper

Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS) melambat menjadi 3,1% pada Februari 2025, sebuah angka yang lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang pesimistis akibat ancaman tarif dari Presiden Donald Trump. Tarif yang diusulkan Trump terhadap negara-negara mitra dagang utama seperti Kanada, Meksiko, dan China diperkirakan akan meningkatkan harga barang impor dan mendorong inflasi lebih tinggi. Namun, data aktual menunjukkan bahwa inflasi justru melambat, menandakan bahwa faktor lain—seperti permintaan konsumen yang stabil atau penurunan harga komoditas—mungkin lebih dominan dalam menekan laju inflasi saat ini.

Meski demikian, ada indikasi bahwa inflasi bisa kembali meningkat di masa depan. Ketidakpastian seputar kebijakan tarif Trump, yang dapat berubah sewaktu-waktu, menciptakan volatilitas di pasar. Jika tarif benar-benar diberlakukan dalam skala besar, harga barang konsumsi bisa naik, terutama dalam jangka panjang. Selain itu, kebijakan imigrasi Trump yang lebih ketat, termasuk potensi deportasi massal, dapat membatasi pasokan tenaga kerja, meningkatkan biaya produksi, dan pada akhirnya memicu tekanan inflasi.

Dampak pada Federal Reserve dan Spekulasi Suku Bunga

Turunnya inflasi di bawah ekspektasi pasar memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. The Fed biasanya menyesuaikan kebijakan moneter berdasarkan tingkat inflasi dan kondisi ekonomi. Inflasi yang lebih rendah memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, ancaman tarif Trump menambah kompleksitas dalam pengambilan keputusan ini. Jika tarif mendorong inflasi naik di kemudian hari, The Fed mungkin harus menunda pemangkasan suku bunga atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Ketidakpastian ini membuat banyak analis memperkirakan The Fed akan mengambil pendekatan hati-hati dengan memantau perkembangan lebih lanjut sebelum bertindak.

Respons Pasar Bitcoin

Pengumuman turunnya inflasi disambut positif oleh pasar cryptocurrency, dengan harga Bitcoin menguat 3,53% ke level US$84.000. Kenaikan ini kemungkinan besar mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang dapat meningkatkan likuiditas dan mendorong investasi ke aset berisiko seperti Bitcoin. Selain itu, inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi dapat mengurangi tekanan pada daya beli konsumen, yang secara tidak langsung mendukung sentimen positif di pasar aset digital.

Kesimpulan

Turunnya inflasi AS ke 3,1% pada Februari 2025, yang melampaui ekspektasi pasar yang pesimistis, menunjukkan bahwa ancaman tarif Trump belum sepenuhnya berdampak pada harga konsumen. Namun, ketidakpastian kebijakan tarif dan faktor lain seperti keterbatasan tenaga kerja dapat memicu kenaikan inflasi di masa depan. Federal Reserve kini menghadapi dilema, dengan spekulasi pemangkasan suku bunga lebih cepat di satu sisi, namun juga risiko inflasi yang lebih tinggi akibat tarif di sisi lain. Sementara itu, pasar Bitcoin merespons positif terhadap perkembangan ini, mencerminkan harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar. Dinamika ini menegaskan bahwa ekonomi AS masih berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian, dengan kebijakan Trump sebagai salah satu variabel kunci yang akan terus memengaruhi pasar ke depan.