Inflasi RI Naik Hampir 3%, IHSG Lanjut Terbang ke 8.270
Surakarta, 4 November 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Indonesia yang naik ke level 2,86% secara tahunan pada Oktober 2025, dari 2,65% pada September. Kenaikan ini didorong oleh faktor domestik dan global, termasuk harga emas perhiasan yang memberikan kontribusi signifikan. Meskipun inflasi naik, pasar saham domestik justru merespons positif, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,3% menjadi 8.270 pada pembukaan perdagangan pertama bulan November. "Komoditas dominan yang pendorong utama sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Data BPS, Pudji Ismartini, seperti dilansir dari CNBC Indonesia.
Data BPS menunjukkan inflasi bulanan Oktober naik 0,35%, dengan inflasi inti (core inflation) mencapai 2,5%, tetap terkendali dalam sasaran Bank Indonesia (BI) 2,5±1%. Kenaikan ini dipicu oleh harga emas yang melonjak 15% sejak September akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menurut World Gold Council. Faktor lain termasuk pelemahan rupiah ke Rp16.454 per dolar AS dan kenaikan harga pangan 4,5%, seperti dilaporkan Kementerian Pertanian. Inflasi Oktober 2025 ini menjadi yang tertinggi sejak Juli (2,37%), tapi masih di bawah puncak 2024 (3,1%).
Respons Pasar Saham: IHSG Hijau Meski Inflasi Naik
Meskipun inflasi naik, IHSG justru menghijau 1,3% menjadi 8.270, menurut Bisnis Indonesia. Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif dari pemangkasan suku bunga The Fed menjadi 4%-4,25% pada September, yang mendorong aliran modal asing ke emerging markets seperti Indonesia. Volume transaksi mencapai Rp13,5 triliun, dengan saham sektor konsumsi dan perbankan memimpin, seperti BBRI naik 1,8% dan UNVR 2,2%.
Analis dari Mandiri Sekuritas, Rully Arya Wisnawa, mengatakan, "Inflasi terkendali, jadi pasar fokus pada stimulus domestik seperti MBG yang ciptakan 290K kerja." Namun, ia waspada volatilitas dari shutdown AS yang rugikan US$8 miliar.
Faktor Pendorong Inflasi dan Proyeksi
Pudji Ismartini menjelaskan bahwa kenaikan inflasi didorong emas perhiasan (kontribusi 0,21%), harga pangan (0,15%), dan energi (0,1%). Komoditas global seperti minyak naik 2% ke US$70 per barel akibat konflik Timur Tengah, menurut OilPrice.com. Rupiah yang melemah 0,2% ke Rp16.454 turut mendorong inflasi impor.
Proyeksi BPS: inflasi November 2,7-2,8%, tetap dalam sasaran BI. IMF revisi PDB 2025 ke 4,7%, tapi BI optimistis 5,2% dengan stimulus Rp16,23 triliun.
Dampak dan Respons Pemerintah
Inflasi naik bisa tekan daya beli, tapi BI tahan suku bunga 4,75% untuk dukung pertumbuhan. Menkeu Purbaya: "Inflasi terkendali, fokus stimulus UMKM." Ekonom Faisal Basri dari UI: "Inflasi 2,86% wajar, tapi jaga agar tak lewat 3%."
Kesimpulan
Inflasi 2,86% Oktober dorong IHSG ke 8.270 (+1,3%), pasar positif meski naik dari 2,65%. Emas & pangan pendorong utama. BI: inflasi terkendali, target 5,2% PDB 2025. Investor optimis, tapi waspadai global.
