Jauh dari Target, Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 4,8% di Q1 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama (Q1) 2025 hanya mencapai 4,8% secara tahunan, jauh di bawah target ambisius pemerintahan Prabowo Subianto sebesar 8%. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode ini mencatatkan angka Rp5.665 triliun berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Rp3.264 triliun berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Sektor Penggerak dan Penyok Ekonomi
Sektor-sektor utama yang menopang PDB meliputi industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi. Namun, tidak semua sektor menunjukkan performa positif. Sektor pertambangan justru mengalami kontraksi sebesar 1,23%, menjadi satu-satunya sektor dengan pertumbuhan negatif.
"Pada kuartal pertama 2025, seluruh lapangan usaha tumbuh positif kecuali pertambangan," ungkap Amalia dalam acara Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2025. Penurunan ini diduga dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas global yang terus menekan kinerja sektor tersebut.
Sebaliknya, sektor pertanian menjadi bintang dengan pertumbuhan 10,5%, didorong oleh musim panen raya serta peningkatan produksi tanaman pangan seperti padi dan jagung. Pertumbuhan double digit ini memberikan angin segar di tengah melambatnya laju ekonomi nasional.
Revisi Proyeksi IMF dan Dampak Global
Melihat pertumbuhan yang melambat, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 menjadi 4,7%, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 5,1%. Penyesuaian ini dipicu oleh eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada perdagangan global, termasuk Indonesia.
Laporan dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia juga menyoroti tantangan eksternal seperti penurunan harga komoditas global dan kelebihan kapasitas industri di Tiongkok, yang turut memengaruhi kinerja ekonomi domestik. Meski begitu, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan. Pada kuartal kedua (Q2) 2024, misalnya, ekonomi tumbuh 5,05%, lebih tinggi dibandingkan beberapa negara seperti China (4,7%), Singapura (2,9%), dan Korea Selatan (2,3%).
Perbandingan dengan Kuartal Sebelumnya
Data BPS menunjukkan tren pertumbuhan yang fluktuatif dalam beberapa kuartal terakhir:
Q4 2023: 5,04%
Q1 2024: 5,11%
Q2 2024: 5,05%
Q3 2024: 4,95%
Q1 2025: 4,8%
Meskipun pertumbuhan Q1 2025 lebih rendah dibandingkan Q1 2024 (5,11%), ekonomi Indonesia masih menunjukkan stabilitas di tengah tekanan global. Namun, jarak dengan target 8% menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan pemerintah mencapai visi ekonomi jangka panjang.
Optimisme Pemerintah dan Rekomendasi Bank Dunia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, tetap optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi bisa mendekati target yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Kami yakin dengan strategi fiskal dan dukungan sektor domestik, pertumbuhan di atas 5% masih realistis," katanya.
Namun, Bank Dunia menilai perlambatan produktivitas menjadi salah satu hambatan utama. Dalam laporannya, lembaga ini merekomendasikan reformasi struktural seperti pendalaman sektor keuangan, perbaikan iklim investasi, dan peningkatan efisiensi untuk mendongkrak pertumbuhan.
Proyeksi ke Depan
Sektor pertanian diperkirakan terus menjadi penopang utama, dengan proyeksi pertumbuhan meningkat dari 0,7% pada 2024 menjadi 3,6% pada 2025. Sebaliknya, sektor industri diprediksi melambat dari 6,4% pada 2024 menjadi 5,7% pada 2025. Sementara itu, outlook ekonomi 2025 dari berbagai lembaga seperti IMF dan Bank Dunia mematok pertumbuhan Indonesia di kisaran 4,7%-5,1%.
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q1 2025 sebesar 4,8% menunjukkan ketahanan di tengah tantangan global, meskipun jauh dari target 8%. Dengan kinerja kuat dari sektor pertanian dan tantangan di sektor pertambangan, pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.