Kekayaan Elon Musk Diproyeksikan Tembus US$1 Triliun dalam 2 Tahun


Jakarta, 28 Juli 2025 – Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, yang saat ini memegang gelar sebagai orang terkaya di dunia, diperkirakan akan mencapai puncak kekayaan baru sebesar US$1 triliun pada tahun 2027. Proyeksi ambisius ini berasal dari Informa Connect Academy, yang menganalisis pertumbuhan eksponensial dari kerajaan bisnis Musk. Dari kendaraan listrik, media sosial, eksplorasi luar angkasa, hingga teknologi implan otak, Musk terus mendominasi berbagai sektor inovasi. Baru-baru ini, menurut Forbes, ia menjadi manusia pertama yang melampaui kekayaan US$400 miliar, sebuah angka yang bahkan melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara, seperti Romania pada 2025, berdasarkan data International Monetary Fund (IMF).
Awal Perjalanan dan Fondasi Kekayaan
Elon Musk, lahir di Pretoria, Afrika Selatan pada 28 Juni 1971, telah menorehkan namanya sebagai salah satu pengusaha dan inovator paling visioner di abad ini. Perjalanan kekayaannya dimulai pada 1995 dengan mendirikan Zip2, sebuah perusahaan perangkat lunak yang kemudian dijual ke Compaq sebesar US$307 juta pada 1999. Langkah berikutnya adalah X.com, yang berevolusi menjadi PayPal dan terjual ke eBay pada 2002 dengan nilai US$1,5 miliar. Namun, puncak kesuksesannya baru terlihat melalui Tesla, perusahaan mobil listrik yang ia pimpin sejak 2004, dan SpaceX, yang didirikan pada 2002 untuk merevolusi eksplorasi luar angkasa.
Data dari Bloomberg Billionaires Index menunjukkan lonjakan kekayaan Musk dari US$24 miliar pada 2020 menjadi US$400 miliar pada 2025. Kenaikan ini terutama didorong oleh valuasi saham Tesla yang melonjak lebih dari 1.000% dalam lima tahun terakhir, berkat dominasinya di pasar kendaraan listrik global dengan pangsa pasar 25%, menurut Statista. Sementara itu, SpaceX, yang kini bernilai lebih dari US$200 miliar, telah menjadi pelopor dalam peluncuran roket reusable dan misi berawak ke luar angkasa.
Faktor Utama Pendorong Kekayaan US$1 Triliun
Proyeksi kekayaan Musk mencapai US$1 triliun pada 2027 didukung oleh beberapa elemen kunci yang memperkuat kerajaan bisnisnya:
Dominasi Tesla di Pasar Kendaraan Listrik: Tesla terus memperluas jangkauannya dengan rencana pembukaan pabrik baru di Asia Tenggara dan Amerika Latin pada 2026. Analis dari Morgan Stanley memperkirakan Tesla dapat menjual lebih dari 10 juta kendaraan per tahun pada 2030, meningkat drastis dari angka saat ini berkat inovasi baterai dan teknologi otonom.
Kebangkitan SpaceX dan Starlink: SpaceX telah mengamankan kontrak besar dari NASA, termasuk misi Artemis untuk kembali ke Bulan dan eksplorasi Mars. Selain itu, layanan internet satelit Starlink kini melayani lebih dari 100 juta pelanggan di seluruh dunia, dengan proyeksi pendapatan tahunan mencapai US$50 miliar pada 2027, menurut Goldman Sachs.
Terobosan Neuralink dan The Boring Company: Neuralink, yang mengembangkan teknologi implan otak, telah memulai uji coba manusia pada 2024 dan menjanjikan revolusi di bidang kesehatan. Di sisi lain, The Boring Company terus mendapatkan kontrak untuk membangun sistem transportasi bawah tanah di kota-kota seperti Las Vegas dan Miami.
Transformasi X di Ranah Digital: Sejak mengakuisisi Twitter pada 2022 dan mengubahnya menjadi X, Musk telah menjadikan platform ini sebagai pusat layanan keuangan dan e-commerce, menyaingi raksasa teknologi seperti Meta dan Amazon.
Kekayaan Musk vs PDB Negara
Pada 2025, kekayaan Musk yang mencapai US$400 miliar telah melampaui PDB Romania, yang diproyeksikan sebesar US$320 miliar oleh IMF. Angka ini juga sebanding dengan PDB negara-negara seperti Qatar (US$350 miliar) dan Hongaria (US$370 miliar). Jika proyeksi US$1 triliun tercapai pada 2027, kekayaannya akan mendekati PDB Swiss (US$900 miliar) atau bahkan Polandia (US$1,2 triliun), menurut estimasi World Bank. Fenomena ini menunjukkan skala kekayaan individu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern.
Tantangan di Depan Mata
Meski sukses besar, Musk tidak lepas dari rintangan. Tesla menghadapi persaingan sengit dari perusahaan China seperti BYD dan NIO, yang menawarkan kendaraan listrik dengan harga lebih kompetitif. SpaceX juga berhadapan dengan regulasi ketat dari FAA di AS dan ESA di Eropa terkait peluncuran satelit. Selain itu, Neuralink menuai kontroversi etis atas uji coba implan otak, sementara X sering dikritik karena kebijakan moderasi konten yang longgar.
Musk juga pernah tersandung masalah hukum. Pada 2024, ia kembali berselisih dengan Securities and Exchange Commission (SEC) AS terkait cuitannya di X yang diduga memengaruhi saham Tesla. Gaya kepemimpinannya yang eksentrik dan pernyataan publiknya kerap memicu volatilitas pasar, namun hal ini tampaknya tidak menghentikan laju pertumbuhan kekayaannya.
Dampak dan Pandangan ke Depan
Keberhasilan Musk tidak hanya tentang angka, tetapi juga dampaknya terhadap teknologi dan ekonomi global. Tesla telah mendorong transisi energi dunia, SpaceX membuka era baru eksplorasi antarplanet, dan Neuralink berpotensi mengubah cara manusia berinteraksi dengan teknologi. Namun, konsentrasi kekayaan sebesar ini memicu debat tentang kesenjangan ekonomi, dengan para kritikus mempertanyakan distribusi manfaat dari inovasinya.
Pada akhirnya, apakah Musk benar-benar mencapai US$1 triliun pada 2027 akan bergantung pada kemampuannya mengatasi tantangan pasar, regulasi, dan ekspektasi publik. Satu hal yang pasti: dunia akan terus menyaksikan langkahnya dengan penuh antusiasme dan kekaguman.