Kemenkeu AS Perpanjang Batas Utang hingga 24 Juli 2025 untuk Hindari Gagal Bayar


Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent, mengumumumkan bahwa pemerintah akan memperpanjang penggunaan langkah-langkah luar biasa untuk mengelola kas federal dan tetap berada di bawah batas utang federal hingga 24 Juli 2025. Keputusan ini diambil untuk mencegah potensi gagal bayar sebelum Kongres dapat menyetujui kenaikan atau penangguhan batas utang, yang saat ini telah melampaui angka US$36 triliun sejak Januari 2025.
Langkah ini memberikan anggota parlemen AS waktu tambahan untuk menyelesaikan negosiasi dan menghindari krisis fiskal. Selama periode perpanjangan, Departemen Keuangan AS memiliki wewenang untuk mengalihkan dana antar rekening federal dan menghentikan investasi dalam program pemerintah tertentu, seperti dana pensiun pegawai federal. "Kami perlu memastikan operasi pemerintah tetap berjalan sambil menunggu keputusan Kongres," ujar Bessent dalam pernyataannya.
Desakan untuk Bertindak Sebelum Reses Agustus
Bessent menegaskan bahwa Kongres harus segera bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang sebelum memasuki reses pada bulan Agustus. Dalam suratnya kepada Ketua DPR AS, Mike Johnson, ia menulis, "Kami mendesak Kongres untuk bertindak cepat demi stabilitas ekonomi." Jika batas utang tidak dipenuhi tepat waktu, Departemen Keuangan akan menghadapi apa yang disebut "tanggal X"—titik di mana kas dan langkah-langkah akuntansi khusus tidak lagi cukup untuk memenuhi kewajiban federal. Meski Bessent enggan menyebutkan tanggal pastinya, analis Wall Street memperkirakan "tanggal X" akan terjadi antara akhir Agustus dan pertengahan Oktober 2025.
Dampak Gagal Bayar dan Penurunan Peringkat Kredit
Kegagalan menaikkan batas utang berpotensi mengguncang kepercayaan investor dan merusak peringkat kredit pemerintah AS. Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar—pada Mei 2025, Moody's menurunkan peringkat utang AS dari Aaa menjadi Aa1, mencerminkan ketidakpastian fiskal yang meningkat. Total utang nasional AS kini mencapai lebih dari US$36 triliun, dengan defisit anggaran federal tahun fiskal 2025 mencapai US$1,4 triliun. Penurunan peringkat ini telah memicu kekhawatiran di kalangan investor tentang kemampuan AS untuk mengelola beban utangnya yang terus membengkak.
Namun, Bessent tetap optimis. Dalam wawancara dengan CBS, ia menyatakan, "AS tidak akan pernah gagal bayar. Kami berada di jalur yang tepat untuk menghindari krisis." Ia juga menepis peringatan dari CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, yang mengkhawatirkan potensi keretakan di pasar obligasi akibat ketidakpastian ini. "Dimon mencoba melihat ke masa depan, tapi prediksinya jarang menjadi kenyataan," kata Bessent.
Negosiasi Politik dan Prioritas Trump
Saat ini, Kongres yang didominasi Partai Republik sedang dalam pembicaraan untuk menaikkan batas utang sebagai bagian dari paket kebijakan yang lebih luas, termasuk reformasi pajak dan pengeluaran berdasarkan prioritas Presiden Donald Trump. Strategi ini berpotensi mempersulit proses negosiasi, mengingat tenggat waktu yang semakin dekat. Bessent sendiri menolak memberikan "tanggal X" yang spesifik, dengan alasan bahwa hal itu bisa dimanfaatkan untuk memajukan agenda politik tertentu. "Kami tidak ingin memberikan tanggal pasti karena itu akan digunakan untuk mendorong RUU tertentu," jelasnya.
Langkah Luar Biasa Bukan Hal Baru
Penggunaan langkah-langkah luar biasa ini bukanlah sesuatu yang asing bagi (bersambung di bagian berikutnya). Sejak melampaui batas utang pada Januari 2025, pemerintah AS telah mengandalkan teknik akuntansi seperti penghentian sementara investasi dalam dana pensiun federal dan pengalihan dana antar rekening. Perpanjangan hingga 24 Juli 2025 memberikan ruang bernapas bagi Kongres, tetapi tekanan untuk mencapai kesepakatan tetap tinggi. Bessent memperingatkan bahwa penundaan hingga menit terakhir, seperti yang terjadi pada episode sebelumnya, dapat menimbulkan "konsekuensi serius" bagi pasar keuangan, bisnis, dan operasional pemerintah federal.
Konteks Global dan Reaksi Pasar
Di tengah ketidakpastian fiskal AS, pasar keuangan global tetap waspada. Penurunan peringkat utang AS oleh Moody's dan defisit anggaran yang terus meningkat telah menambah tekanan pada stabilitas ekonomi dunia. Sementara itu, di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pemulihan pasca gencatan senjata antara Iran dan Israel yang diumumkan oleh Presiden Trump, mencerminkan sentimen positif di pasar Asia.
Secara keseluruhan, keputusan untuk memperpanjang batas utang hingga 24 Juli memberikan waktu tambahan bagi AS untuk menghindari krisis. Namun, tanpa tindakan cepat dari Kongres, risiko ketidakstabilan ekonomi tetap mengintai di cakrawala.