Ketua Partai Komunis Vietnam To Lam Bersiap ke AS untuk Negosiasi Perdagangan Tarif
Jakarta, 21 Juni 2025 – Ketua Partai Komunis Vietnam, To Lam, mengumumkan rencananya untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan mendatang. Misi utama kunjungan ini adalah mencapai kesepakatan perdagangan yang dapat meringankan beban tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, sebelum kebijakan tersebut resmi berlaku. Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam menyatakan bahwa pertemuan ini masih belum pasti karena Gedung Putih belum memberikan konfirmasi resmi.
Jika pertemuan ini terlaksana, Vietnam menargetkan untuk menegosiasikan penurunan tarif dari AS ke kisaran 20% hingga 25%. Saat ini, Vietnam menghadapi tarif sebesar 46%, yang jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa mitra dagang AS lainnya. Pemerintah Vietnam menilai bahwa industri pakaian mereka, yang merupakan salah satu pilar ekspor utama, memiliki peran strategis bagi pasar AS. Oleh karena itu, negosiasi ini diharapkan dapat saling menguntungkan kedua belah pihak.
Latar Belakang Ketegangan Perdagangan AS-Vietnam
Hubungan perdagangan antara AS dan Vietnam mulai memanas sejak awal 2025, ketika pemerintahan Trump menerapkan kebijakan tarif agresif sebagai bagian dari agenda "America First". Vietnam, dengan surplus perdagangan sebesar US$123 miliar terhadap AS pada tahun lalu, menjadi salah satu target utama. Tarif 46% yang dikenakan kepada Vietnam lebih tinggi dibandingkan negara seperti India (25%) atau bahkan China, yang kini berada di kisaran 35% setelah perjanjian dagang terbaru.
Kebijakan ini dipicu oleh kekhawatiran AS terhadap dominasi Vietnam di pasar tekstil dan pakaian global. Menurut laporan Reuters, Vietnam telah menjadi alternatif utama bagi perusahaan AS yang ingin mengurangi ketergantungan pada China. Namun, surplus perdagangan yang besar membuat Trump menilai Vietnam sebagai "pengganti China" yang perlu dikendalikan melalui tarif.
Dampak Tarif terhadap Ekonomi Vietnam
Tarif 46% telah memberikan tekanan signifikan pada ekonomi Vietnam, khususnya industri pakaian yang menyumbang lebih dari 10% ekspor negara tersebut. Vietnam adalah pemasok utama pakaian jadi untuk merek-merek besar seperti Nike, Adidas, dan Gap, yang bergantung pada biaya produksi rendah Vietnam. Laporan dari Bloomberg menunjukkan bahwa saham perusahaan-perusahaan ini turun hingga 5% setelah pengumuman tarif, mencerminkan kekhawatiran akan gangguan rantai pasok.
Pelaku usaha lokal juga merasakan dampaknya. Seorang pengusaha tekstil di Hanoi, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, mengatakan bahwa banyak pabrik terpaksa mengurangi produksi atau mencari pasar alternatif seperti Eropa dan Jepang. Namun, proses ini membutuhkan waktu dan investasi besar, sementara AS tetap menjadi pasar terbesar mereka.
Strategi Negosiasi Vietnam
Untuk mencapai target tarif 20-25%, Vietnam berencana mengirim delegasi yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan, didampingi perwakilan dari sektor tekstil. Selain menegaskan pentingnya industri pakaian bagi AS, Vietnam juga menawarkan kompensasi. Menurut The Straits Times, Vietnam bersedia meningkatkan impor barang AS seperti pesawat Boeing, gas alam cair, dan produk pertanian untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Langkah ini diharapkan dapat melunakkan sikap proteksionis Trump.
Vietnam juga menyoroti manfaat mutual dari kerja sama ini. Data dari The Wall Street Journal menunjukkan bahwa Vietnam menyediakan lebih dari 15% pakaian jadi di pasar AS. Penurunan tarif akan memastikan harga tetap terjangkau bagi konsumen AS, sekaligus menjaga lapangan kerja di Vietnam.
Perspektif AS dan Industri Pakaian
Dari sisi AS, pemerintahan Trump tetap mempertahankan pendekatan proteksionis untuk melindungi industri domestik. Dalam pernyataan di Truth Social, Trump menyebut tarif sebagai "senjata untuk memastikan keadilan bagi pekerja Amerika". Namun, ada tanda-tanda fleksibilitas. Setelah panggilan telepon dengan To Lam pada Mei 2025, Trump menggambarkan diskusi mereka sebagai "produktif" dan membuka peluang untuk kesepakatan.
Analis dari NPR mencatat bahwa AS juga memiliki kepentingan dalam menjaga hubungan dengan Vietnam, terutama sebagai penyeimbang terhadap pengaruh China di Asia Tenggara. Industri pakaian AS, meski tidak sebesar Vietnam, bergantung pada impor untuk memenuhi permintaan domestik. Tarif yang terlalu tinggi berisiko memicu inflasi, yang dapat merugikan konsumen Amerika.
Implikasi Politik To Lam
Kunjungan ini memiliki bobot politik yang besar bagi To Lam dan Partai Komunis Vietnam. Sejak hubungan diplomatik dengan AS dipulihkan pada 1995, Vietnam telah berupaya menjalin kemitraan strategis dengan Washington. Menurut The Diplomat, keberhasilan negosiasi ini dapat memperkuat posisi To Lam di dalam partai dan menunjukkan kemampuannya menavigasi tantangan global. Sebaliknya, kegagalan dapat memicu kritik domestik di tengah tekanan ekonomi.
Prospek dan Ketidakpastian
Meski belum ada konfirmasi resmi dari Gedung Putih, persiapan untuk kunjungan To Lam terus berjalan. Pasar global menunjukkan optimisme cautious, dengan saham perusahaan pakaian AS seperti Lululemon naik 2% setelah kabar ini. Namun, mengingat sifat kebijakan Trump yang sering tidak terduga, hasil negosiasi tetap sulit diprediksi.
Jika kesepakatan tercapai, Vietnam dan AS dapat saling menguntungkan: Vietnam mempertahankan pasar ekspornya, sementara AS mendapatkan akses lebih besar ke pasar Vietnam. Namun, jika gagal, Vietnam mungkin terpaksa mencari alternatif, sementara konsumen AS menghadapi kenaikan harga pakaian.