Menkeu AS Sebut China Menahan Produk Penting untuk Rantai Pasokan Global

6/3/20252 min baca

Menkeu AS Sebut China Menahan Produk Penting untuk Rantai Pasokan Global, Picu Ketegangan Perdagangan
Menkeu AS Sebut China Menahan Produk Penting untuk Rantai Pasokan Global, Picu Ketegangan Perdagangan

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent, menuding pemerintah China telah menahan produk-produk penting yang sangat vital bagi rantai pasokan industri di India dan Eropa. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara di acara Face the Nation with Margaret Brennan pada 1 Juni 2025. Tuduhan tersebut memperhebat ketegangan perdagangan antara AS dan China, dua raksasa ekonomi dunia, yang baru saja menandatangani kesepakatan perdagangan di Jenewa pada April 2025. Menurut Bessent, tindakan China ini melanggar komitmen dalam kesepakatan tersebut, yang dimaksudkan untuk meredakan perang dagang yang telah berlangsung lama.

Pelanggaran Kesepakatan Jenewa

Kesepakatan perdagangan Jenewa, yang ditandatangani bulan lalu, merupakan hasil dari negosiasi intensif untuk menurunkan tarif dan menstabilkan hubungan dagang. Dalam perjanjian ini, AS menurunkan tarif impor barang China dari 145% menjadi 30%, sementara China mengurangi tarifnya dari 125% menjadi 10% untuk produk AS selama 90 hari sebagai langkah awal. Namun, Bessent menegaskan bahwa China telah gagal memenuhi janjinya dengan menahan produk-produk penting yang telah disepakati untuk dilepaskan. “Apa yang dilakukan China adalah mereka menahan produk-produk yang penting bagi rantai pasokan industri India dan Eropa, dan itu bukanlah hal yang dilakukan oleh mitra yang dapat diandalkan,” ujarnya.

Presiden Donald Trump juga mengemukakan tuduhan serupa pada 30 Mei 2025, menyatakan bahwa China telah “melanggar sepenuhnya” kesepakatan tersebut. Meski Trump tidak merinci pelanggaran yang dimaksud, pernyataannya memperkuat posisi Bessent bahwa tindakan China akan memicu respons dari AS. Produk-produk yang ditahan diduga mencakup komponen kunci untuk industri manufaktur dan teknologi, meskipun belum ada konfirmasi resmi mengenai jenis barang spesifik yang terdampak.

Respons China dan Kebuntuan Negosiasi

Pemerintah China dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resmi pada 2 Juni 2025, juru bicara Kementerian Perdagangan China menyatakan, “Tuduhan AS tidak berdasar dan kami menolaknya sepenuhnya. China telah mematuhi kesepakatan Jenewa dan menyerukan AS untuk menghentikan tuduhan yang tidak konstruktif.” China juga menuding kebijakan perdagangan AS sebagai penyebab utama ketegangan ini, mendesak Washington untuk kembali ke meja perundingan.

Sementara itu, Bessent mengakui bahwa pembicaraan perdagangan dengan China saat ini “sedikit mandek.” Dalam pernyataan pada 30 Mei 2025, ia menyatakan bahwa intervensi langsung dari Trump dan Presiden China Xi Jinping mungkin diperlukan untuk mencapai terobosan. “Kita lihat saja apa konsekuensinya. Saya yakin bahwa ketika Presiden Trump dan Presiden Xi menelepon, masalah ini akan teratasi,” kata Bessent. Namun, ia juga mengungkapkan ketidakpastian mengenai apakah kedua pemimpin telah berkomunikasi, bertentangan dengan pernyataan Trump yang mengklaim telah berbicara “beberapa kali” dengan Xi.

Dampak pada Rantai Pasokan Global

Tuduhan ini memicu kekhawatiran besar di kalangan pelaku pasar global, khususnya di India dan Eropa, yang bergantung pada pasokan dari China untuk keberlangsungan industri mereka. Di India, sektor otomotif dan teknologi informasi sangat rentan terhadap gangguan pasokan komponen, yang dapat meningkatkan biaya produksi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Di Eropa, yang masih berupaya pulih dari dampak ekonomi pasca-pandemi, penahanan produk ini dapat memperburuk tantangan yang ada.

Volatilitas pasar keuangan global juga meningkat, dengan indeks saham mengalami fluktuasi tajam sejak tuduhan ini muncul. Para analis memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat menyebabkan perlambatan ekonomi dunia, terutama jika rantai pasokan terganggu dalam jangka panjang.

Langkah ke Depan

Bessent menegaskan bahwa AS akan mengambil tindakan tegas, meskipun ia belum merinci bentuk konsekuensi yang akan diterapkan. Ia tetap optimistis bahwa dialog antara Trump dan Xi dapat menyelesaikan krisis ini. “Saya percaya kita akan segera melihat sesuatu,” ujarnya, merujuk pada potensi panggilan telepon antara kedua pemimpin.

Namun, para pakar perdagangan menyatakan bahwa penyelesaian cepat mungkin sulit dicapai mengingat kompleksitas isu ini. India dan Uni Eropa telah mendesak kedua negara untuk segera menyelesaikan sengketa ini guna mencegah dampak yang lebih luas pada ekonomi global.

Image Source: Bloomberg