Meta dan Anduril Kembangkan Helm Militer AI dengan VR/AR, Layaknya Gim Perang


Jakarta, 7 Juni 2025 – Perusahaan induk Facebook, Meta Platforms, mengumumkan kemitraan strategis dengan kontraktor pertahanan Amerika Serikat (AS), Anduril Industries, untuk mengembangkan helm militer berteknologi tinggi yang didukung kecerdasan buatan (AI) serta menggabungkan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Proyek ini, yang diberi nama EagleEye, bertujuan untuk merevolusi cara prajurit AS beroperasi di medan perang dengan menyediakan intelijen real-time dan pengambilan keputusan taktis yang lebih cepat, mirip dengan pengalaman dalam gim perang seperti Halo atau Call of Duty.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyatakan antusiasmenya terhadap proyek ini. “Meta telah menghabiskan satu dekade terakhir membangun AI dan AR untuk memungkinkan platform komputasi masa depan. Kami bangga bermitra dengan Anduril untuk membantu menghadirkan teknologi ini kepada anggota militer Amerika yang melindungi kepentingan kami di dalam dan luar negeri,” ujarnya dalam pernyataan resmi. Kemitraan ini menandai langkah besar Meta ke dalam sektor pertahanan, sebuah bidang yang sebelumnya dianggap sensitif di Silicon Valley.
Proyek EagleEye: Helm Militer Berteknologi Tinggi
Proyek EagleEye adalah bagian dari program Soldier Borne Mission Command (SBMC) Next, yang sebelumnya dikenal sebagai Integrated Visual Augmentation System (IVAS) Next, sebuah kontrak senilai potensial hingga US$22 miliar yang diambil alih Anduril dari Microsoft pada awal 2025. Helm ini dirancang untuk memberikan prajurit “persepsi yang ditingkatkan” melalui teknologi AR/VR yang terintegrasi dengan platform Lattice milik Anduril, sebuah sistem komando dan kontrol berbasis AI yang mengumpulkan dan menganalisis data dari ribuan sumber untuk memberikan intelijen medan perang secara real-time.
Menurut laporan dari Bloomberg, helm EagleEye akan memungkinkan prajurit untuk melihat informasi penting seperti lokasi musuh, ancaman drone, atau posisi tersembunyi langsung di visor mereka, serupa dengan tampilan head-up display (HUD) dalam gim perang. Selain itu, helm ini memungkinkan kontrol intuitif atas platform otonom, seperti drone atau robot, yang meningkatkan efisiensi operasi di medan pertempuran. Teknologi ini memanfaatkan model AI Llama milik Meta, yang telah diadaptasi untuk keperluan keamanan nasional, serta investasi lebih dari US$40 miliar Meta dalam pengembangan XR melalui divisi Reality Labs.
Palmer Luckey, pendiri Anduril dan mantan pendiri Oculus yang diakuisisi Meta pada 2014, menyebut proyek ini sebagai bagian dari misinya untuk mengubah prajurit menjadi “technomancers”. “Saya senang bisa bekerja kembali dengan Meta. Produk yang kami kembangkan bersama Meta benar-benar mewujudkan visi tersebut,” ujarnya dalam pernyataan resmi Anduril.
Konteks Teknologi Militer dan Kemitraan Silicon Valley
Kemitraan ini terjadi di tengah meningkatnya integrasi teknologi dengan kebutuhan militer AS, yang didorong oleh kemajuan dalam AI dan perangkat wearable. AS memiliki keunggulan kompetitif berkat industri teknologi seperti Nvidia, yang mendominasi pasar chip AI, serta perusahaan seperti Meta dan Anduril yang berinovasi dalam XR dan sistem otonom. Menurut The Japan Times, kolaborasi ini mencerminkan perubahan budaya di Silicon Valley, di mana kerja sama dengan militer—yang sebelumnya dianggap kontroversial—kini diterima secara terbuka.
Sebelumnya, Microsoft menghadapi kesulitan dalam mengembangkan headset IVAS berbasis HoloLens, dengan laporan bahwa prajurit mengalami sakit kepala, mual, dan gangguan penglihatan. Akibatnya, kontrak tersebut dialihkan ke Anduril, yang kini bekerja sama dengan Meta untuk mengatasi tantangan teknis tersebut. Menurut Defense News, Meta dan Anduril telah mengajukan white paper bersama untuk SBMC Next, menunjukkan komitmen mereka untuk mempercepat pengembangan dan pengujian teknologi ini.
Proyek ini sepenuhnya didanai oleh dana swasta, yang menurut Anduril dapat menghemat miliaran dolar bagi militer AS dengan memanfaatkan teknologi komersial berperforma tinggi. “Kemitraan ini menunjukkan bagaimana industri Amerika dapat menghidupkan teknologi untuk kepentingan keamanan nasional,” kata pernyataan Anduril.
Implikasi Strategis dan Reaksi Pasar
Kemitraan Meta-Anduril memiliki implikasi strategis yang luas. Bagi Meta, proyek ini adalah peluang untuk mendiversifikasi portofolio Reality Labs, yang selama ini merugi akibat investasi besar dalam metaverse. Menurut CNBC, kemitraan ini dapat membantu mengurangi kerugian Reality Labs dengan menciptakan aliran pendapatan baru dari kontrak militer, meskipun dampak finansialnya mungkin tidak segera terlihat. Pasar merespons positif, dengan saham Meta naik 1,8% setelah pengumuman kemitraan ini, menurut Reuters.
Bagi Anduril, yang baru saja mengumpulkan US$2,5 miliar dalam pendanaan dengan valuasi US$30,5 miliar, kemitraan ini memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor teknologi pertahanan. Pendanaan tersebut, yang dipimpin oleh Founders Fund milik Peter Thiel, menunjukkan kepercayaan investor terhadap visi Anduril untuk menggantikan raksasa pertahanan tradisional seperti Lockheed Martin.
Namun, proyek ini juga memicu kekhawatiran. Beberapa pegawai Meta dilaporkan menentang keterlibatan perusahaan dalam proyek militer, mengingatkan pada protes internal di Google terkait kontrak Project Maven pada 2018. Selain itu, kelompok advokasi seperti Electronic Frontier Foundation memperingatkan tentang risiko privasi dan etika dari penggunaan AI militer, terutama dengan model seperti Llama yang kini diizinkan untuk aplikasi pertahanan AS.
Pandangan ke Depan
Kemitraan Meta dan Anduril menandai era baru dalam teknologi militer, di mana Silicon Valley memainkan peran sentral dalam memperkuat kemampuan pertahanan AS. Dengan EagleEye, prajurit AS diharapkan dapat mengakses informasi medan perang dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya, meningkatkan efektivitas dan keselamatan mereka di lapangan. Meski tantangan teknis dan etis masih ada, kolaborasi ini menunjukkan potensi besar dari penggabungan AI, AR, dan VR dalam aplikasi militer.
Seiring perkembangan proyek ini, dunia akan menyaksikan bagaimana Meta dan Anduril menavigasi kompleksitas teknis, politik, dan etis untuk menghadirkan teknologi yang benar-benar transformatif. Dengan prototipe pertama yang dijadwalkan dikirim ke Angkatan Darat AS akhir tahun ini, masa depan peperangan tampaknya akan semakin menyerupai dunia fiksi ilmiah.