Michael Burry Lepas Ratusan Juta Dolar Saham Nvidia, Tanda AI Bubble Bakal Pecah?

11/4/20252 min baca

a sign with a question mark and a question mark drawn on it
a sign with a question mark and a question mark drawn on it

Surakarta, 4 November 2025 – Michael Burry, investor legendaris yang dikenal karena prediksinya terhadap krisis finansial 2008, kembali membuat heboh pasar keuangan dengan posisi bearish ekstrem terhadap saham teknologi AI. Laporan Form 13F terbaru dari Scion Asset Management, hedge fund milik Burry, memperlihatkan ia mengambil posisi besar dalam opsi jual (put options) terhadap Palantir Technologies (PLTR) senilai US$912 juta dan Nvidia (NVDA) US$186 juta. Langkah ini menandakan pandangan pesimisnya terhadap gelembung AI, mirip dengan taruhan kontra gelembung kredit pada 2008 yang membuatnya kaya raya.

Burry, yang menjadi inspirasi film The Big Short, dikenal dengan gaya investasinya yang kontrarian—bertaruh melawan tren pasar. Menurut Bloomberg, posisi put options ini adalah yang terbesar dalam portofolionya, mencerminkan keyakinannya bahwa valuasi saham AI telah terlalu tinggi dan tidak berkelanjutan. Selain itu, ia mengambil opsi beli (call options) besar pada Pfizer (PFE) dan Halliburton (HAL), yang menandakan keyakinan pada sektor kesehatan dan energi sebagai sektor defensif di tengah potensi koreksi pasar. Burry juga menambah saham di Molina Healthcare (MOH), Lululemon (LULU), dan SLM Corp (SLM).

Komentar yang menyertai laporan ini menegaskan bahwa Burry tampaknya pesimis terhadap hype atau gelembung AI, sebagaimana dulu ia menentang gelembung kredit sebelum krisis 2008. Analogi dengan kisah The Emperor’s New Clothes menggambarkan bahwa meskipun banyak orang menyadari pasar sedang berada di fase gelembung, hanya sedikit yang berani mengakuinya atau bertindak melawannya. Dengan kata lain, Burry kembali mengambil posisi kontrarian, bertaruh bahwa pasar AI akan segera menghadapi “kenyataan pahit” sebagaimana ia lakukan terhadap pasar perumahan dua dekade lalu.

Latar Belakang Burry dan Sejarah Prediksi

Michael Burry, mantan dokter neurologi yang beralih profesi menjadi investor, mendirikan Scion Asset Management pada 2000. Pada 2005, ia memprediksi gelembung subprime mortgage dan bertaruh melawannya dengan membeli CDS (credit default swaps), yang memberinya keuntungan US$800 juta pada 2008, menurut The New Yorker. Film The Big Short membawanya ke sorotan publik, dengan Christian Bale memerankan Burry.

Sekarang, Burry melihat gelembung AI serupa. Menurut Reuters, valuasi Nvidia telah naik 200% pada 2025, dengan P/E ratio 50 kali, jauh di atas rata-rata sektor teknologi 25 kali. "AI bubble ini mirip dot-com 2000; valuasi terlalu tinggi," kata Burry di surat investornya, seperti dilaporkan Yahoo Finance.

Analisis Posisi Burry

Posisi put options Burry pada PLTR (US$912 juta) dan NVDA (US$186 juta) adalah taruhan bahwa saham AI akan turun. PLTR, yang bergantung pada kontrak pemerintah AS, rentan terhadap anggaran federal, sementara NVDA menghadapi persaingan dari AMD dan Intel. Sebaliknya, call options pada PFE (Pfizer) dan HAL (Halliburton) menunjukkan keyakinan pada sektor defensif seperti farmasi dan energi, yang tahan inflasi.

Menurut Investopedia, posisi ini mencerminkan strategi Burry: bertaruh melawan hype dengan data fundamental. "Burry melihat AI sebagai gelembung karena valuasi tidak sebanding dengan pendapatan aktual," kata analis Morgan Stanley.

Dampak Pasar dan Respons Investor

Pasar bereaksi campur aduk. S&P 500 naik 0,5% pasca-laporan 13F, menurut MarketWatch, tapi saham NVDA turun 2% pada sesi berikutnya. Bitcoin naik 1% ke US$113.000, menurut CoinMarketCap, karena investor mencari aset alternatif.

Investor seperti Cathie Wood dari ARK Invest, yang bullish AI, membantah Burry. "AI adalah revolusi, bukan bubble," katanya di CNBC. Sementara itu, Warren Buffett, yang menghindari tech, mendukung pendekatan Burry.

Kesimpulan

Posisi Burry terhadap Nvidia dan AI menunjukkan keyakinannya akan koreksi besar, mirip 2008. Dengan saham AI valuasi tinggi, pasar waspada. Investor disarankan diversifikasi ke aset defensif seperti kesehatan & energi.