Pasar Saham AS Anjlok US$2,1 Triliun dalam Sehari: Kebijakan Tarif Trump Picu Gelombang Kepanikan

4/8/20252 min baca

tsla, nvda, aapl, spy stock
tsla, nvda, aapl, spy stock

New York, 7 April 2025 – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami guncangan hebat pada hari Senin, dengan kerugian mencapai US$2,1 triliun hanya dalam satu sesi perdagangan. Penurunan drastis ini dipicu oleh pengumuman Presiden AS, Donald Trump, tentang kebijakan tarif baru yang menargetkan sejumlah mitra dagang utama. Investor khawatir bahwa langkah ini dapat memicu perang dagang global, meningkatkan biaya impor, dan mengganggu stabilitas ekonomi yang sudah rapuh pasca pemulihan pandemi.

Berdasarkan data dari TradingView, saham-saham raksasa teknologi menjadi korban terbesar dalam penurunan ini. Tesla (TSLA) mencatatkan penurunan tajam sebesar 9,73%, ditutup pada level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, Nvidia (NVDA) kehilangan 7,20% dari nilainya, dan Apple (AAPL) turun 6,17%, mencerminkan kekhawatiran atas dampak tarif terhadap rantai pasok global yang menjadi tulang punggung industri teknologi. Ketiga perusahaan ini, yang merupakan pilar utama di Wall Street, menghadapi tekanan besar karena ketergantungan mereka pada komponen impor dan pasar ekspor.

S&P 500 Masuk Zona Bearish

Indeks S&P 500, yang menjadi acuan bagi ratusan ribu investor institusional dan ritel, turun 4% pada perdagangan awal. Ini menandai penurunan harian terburuk sejak kehancuran pasar akibat COVID-19 pada Maret 2020. Dengan penurunan kumulatif lebih dari 20% dari puncak tertingginya yang dicapai kurang dari dua bulan lalu, indeks ini kini secara resmi memasuki teritorial pasar bearish. Kondisi ini mengguncang kepercayaan 401 ribu investor yang mengandalkan S&P 500 sebagai tolok ukur kinerja portofolio mereka, memicu aksi jual besar-besaran di berbagai sektor.

Analis pasar menilai bahwa kebijakan tarif Trump dapat memperburuk inflasi yang sudah tinggi, menekan daya beli konsumen, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS. "Ini adalah pukulan telak bagi pasar yang baru saja mulai pulih dari gejolak beberapa tahun terakhir," ujar seorang ekonom senior dari New York.

Pasar Kripto Terimbas Kekacauan

Gelombang kepanikan tidak berhenti di pasar saham tradisional. Pasar kripto juga mengalami guncangan signifikan dalam 24 jam terakhir. Bitcoin (BTC), mata uang digital terbesar, turun 4,86% menjadi US$78.000, kehilangan momentum bullish yang sempat terbangun dalam beberapa minggu sebelumnya. Ether (ETH) mengalami penurunan lebih parah, anjlok 11,78% ke US$1.543, sementara XRP dan Solana (SOL) masing-masing turun 8,99% menjadi US$1,865 dan 7,92% menjadi US$105. Akibatnya, kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan menyusut 8,16%, mencapai US$2,40 triliun.

Penurunan ini menunjukkan bahwa aset digital, yang sering dianggap sebagai "pelindung nilai" terhadap ketidakpastian ekonomi, tidak kebal terhadap sentimen negatif yang melanda pasar global. "Koreksi ini memperlihatkan keterkaitan erat antara pasar tradisional dan kripto dalam situasi krisis," kata seorang analis blockchain.

Implikasi Global dan Tantangan ke Depan

Kejatuhan pasar saham AS dan kripto ini diprediksi akan memiliki efek riak ke seluruh dunia. Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, yang memiliki hubungan perdagangan erat dengan AS, kini bersiap menghadapi potensi volatilitas mata uang dan pasar saham lokal. Di sisi lain, para pelaku pasar menantikan respons dari bank sentral, termasuk Federal Reserve, yang mungkin terpaksa menyesuaikan suku bunga untuk menstabilkan ekonomi.

Sementara itu, kebijakan tarif Trump menuai kritik dari kalangan bisnis dan ekonom, yang memperingatkan bahwa proteksionisme dapat merusak pertumbuhan jangka panjang. Dengan ketidakpastian yang terus membayangi, investor global kini berada dalam mode "wait-and-see", memantau langkah berikutnya dari Washington dan reaksi pasar internasional.