Pasar Saham AS Kompak Memerah Usai Trump Layangkan Tarif ke Banyak Negara

7/8/20253 min baca

red and blue light streaks
red and blue light streaks

Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan signifikan pada Senin (07/07) waktu setempat, menyusul pengumuman kontroversial dari Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah negara mitra dagang. Kebijakan ini menargetkan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, beberapa negara di Afrika, Indonesia, Malaysia, Kazakhstan, dan Kamboja, memicu kekhawatiran luas tentang stabilitas ekonomi global dan potensi eskalasi perang dagang.

Penurunan Tajam di Wall Street

Menurut laporan dari Bloomberg, indeks saham utama di AS mencatatkan angka merah secara serentak. Indeks S&P500 turun sebesar -0,79%, S&P600 Smallcap anjlok -1,78%, Russell 1000 melemah -0,78%, dan Nasdaq Biotech terpukul dengan penurunan -1,48%. Indeks Dow Jones Industrial Average juga tidak luput, turun -0,94%, diikuti oleh NYSE Composite yang merosot -0,87%, serta Nasdaq Composite yang menyusut -0,92%. Penurunan ini mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar, dengan investor bereaksi cepat terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis Trump.

Sektor teknologi, yang menjadi tulang punggung ekonomi AS, turut merasakan tekanan. Saham raksasa teknologi seperti Apple (AAPL) turun 1,69%, Alibaba anjlok 2,24%, Alphabet (Google) melemah 1,53%, dan Microsoft sedikit terpeleset sebesar 0,22%. Analis pasar dari CNBC mencatat bahwa sektor teknologi sangat rentan karena ketergantungannya pada rantai pasok global, yang kini terancam oleh tarif impor yang lebih tinggi.

Detail Tarif dan Latar Belakang Kebijakan

Pengumuman tarif ini merupakan bagian dari strategi "America First" yang telah menjadi ciri khas pemerintahan Trump. Berdasarkan pernyataan resmi Gedung Putih, tarif tersebut mencakup 10-25% bea masuk tambahan pada berbagai produk, mulai dari elektronik dan otomotif dari Jepang dan Korea Selatan, hingga komoditas seperti tekstil dan pertanian dari Indonesia dan Malaysia. Negara-negara Afrika yang terkena dampak, meskipun tidak disebutkan secara spesifik, kemungkinan termasuk eksportir besar seperti Nigeria atau Kenya, yang bergantung pada akses pasar AS.

Kebijakan ini didasarkan pada tuduhan Trump bahwa negara-negara tersebut mempraktikkan "perdagangan tidak adil" yang merugikan pekerja Amerika. Dalam pidatonya, Trump menyatakan, "Kita tidak bisa lagi membiarkan negara lain mengambil keuntungan dari kita. Tarif ini akan melindungi industri dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja." Namun, kritikus berpendapat bahwa langkah ini justru dapat memicu inflasi di AS dan merusak hubungan diplomatik dengan mitra dagang utama.

Dampak Global dan Reaksi Pasar

Efek dari pengumuman ini tidak terbatas pada AS. Di Asia, pasar keuangan Indonesia langsung merespons negatif. Nilai tukar Rupiah melemah terhadap dolar AS pada perdagangan pagi hari Selasa (08/07), sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam akibat aksi jual investor. Di sisi lain, harga emas Antam melonjak, sejalan dengan pola klasik di mana investor beralih ke aset safe-haven saat pasar saham bergejolak.

Para ekonom memperingatkan bahwa tarif ini dapat memicu efek domino di seluruh dunia. Seorang analis dari Financial Times menyatakan, "Jika negara-negara yang terkena dampak membalas dengan tarif serupa, kita bisa menyaksikan perang dagang skala penuh yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi global." Jepang dan Korea Selatan, yang merupakan pusat manufaktur global, diperkirakan akan terpukul keras, terutama pada industri otomotif dan elektronik.

Reaksi dari Negara Terdampak

Negara-negara yang menjadi target tarif mulai menunjukkan respons beragam. Pemerintah Jepang, melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, menyatakan akan "mempertimbangkan semua opsi," termasuk banding ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Korea Selatan, yang bergantung pada ekspor semikonduktor ke AS, mengindikasikan kemungkinan langkah balasan yang "seimbang namun tegas."

Di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan rencana untuk membuka dialog dengan AS guna mencari solusi damai. "Kami akan bernegosiasi, mungkin dengan menawarkan pembelian lebih banyak produk AS seperti kedelai atau pesawat Boeing," ujarnya dalam konferensi pers. Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pelaku pasar untuk diversifikasi ekspor guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Fokus pada Indonesia: Rupiah, IHSG, dan Emas

Penurunan nilai tukar Rupiah dan IHSG menunjukkan bahwa Indonesia tidak kebal dari gejolak ini. Menurut Reuters, pelemahan Rupiah diperparah oleh sentimen global yang bearish terhadap mata uang pasar berkembang. Sementara itu, kenaikan harga emas Antam menjadi sinyal bahwa investor lokal mencari perlindungan dari volatilitas pasar. Analis dari Bank Mandiri memperkirakan bahwa dampak jangka pendek akan terasa pada sektor ekspor seperti tekstil dan perikanan, yang selama ini mengandalkan pasar AS.

Prospek ke Depan

Kebijakan tarif ini menambah ketidakpastian di tengah pemulihan ekonomi global pasca-pandemi. The Wall Street Journal melaporkan bahwa investor kini menunggu data ekonomi mendatang, seperti laporan perdagangan bulanan dan indeks kepercayaan konsumen, untuk mengukur dampak nyata dari tarif tersebut. Sement união itu, para pembuat kebijakan di seluruh dunia bersiap menghadapi skenario terburuk, termasuk potensi perlambatan pertumbuhan global pada 2025.

Secara keseluruhan, langkah Trump ini telah mengguncang pasar keuangan dunia dan menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan perdagangan internasional. Apakah kebijakan ini akan mencapai tujuan melindungi ekonomi AS atau justru memperburuk situasi, hanya waktu yang akan menjawab.