Pasar Saham Asia Menguat Meski The Fed Beri Sinyal Hati-Hati
Jakarta, 4 September 2025 – Pasar saham Asia menunjukkan performa positif pada Kamis (04/09), dengan indeks Australia dan Jepang memimpin penguatan di tengah sentimen hati-hati dari Federal Reserve (The Fed) AS terkait kebijakan suku bunga. Kenaikan ini terjadi setelah The Fed memberikan sinyal bahwa mereka akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, meskipun data ekonomi AS menunjukkan ketahanan yang kuat. Indeks acuan Australia menguat 0,8% setelah penurunan tajam sehari sebelumnya, sementara Nikkei 225 Jepang naik 1,2%. Namun, kondisi regional tetap bervariasi, dengan indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2% akibat tekanan dari pasar China.
Pergerakan Pasar Saham Asia
Menurut data dari Reuters, penguatan pasar Asia hari ini didorong oleh harapan pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin kuat, meskipun bank sentral AS menekankan pendekatan yang hati-hati. Indeks ASX 200 Australia rebound setelah anjlok sejak April, naik berkat sektor teknologi dan energi yang mendapat sentimen positif dari data tenaga kerja AS yang lebih baik dari ekspektasi. Nikkei 225 Jepang juga menguat, didukung oleh saham-saham teknologi seperti Sony dan SoftBank yang naik lebih dari 2%, sejalan dengan ekspektasi bahwa yen yang lemah akan mendukung ekspor Jepang.
Di sisi lain, pasar China menunjukkan tekanan dengan indeks Shanghai Composite turun 0,5%, dipengaruhi oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi dan ketegangan perdagangan dengan AS. Indeks Hang Seng Hong Kong juga melemah 0,3%, sementara Kospi Korea Selatan naik tipis 0,2% berkat performa saham semikonduktor seperti Samsung Electronics.
Sinyal dari The Fed dan Laporan JOLTS
Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) terbaru dari U.S. Bureau of Labor Statistics menunjukkan penurunan lowongan kerja yang lebih rendah dari ekspektasi, dengan angka 8,1 juta pada Juli 2025, di bawah prediksi 8,3 juta. Hal ini meningkatkan harapan adanya pemangkasan suku bunga, dengan target penurunan 25 basis poin pada September mencapai 96,6% menurut CME FedWatch Tool. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidato Jackson Hole menyatakan bahwa The Fed akan tetap hati-hati, menekankan data ekonomi yang kuat seperti pertumbuhan PDB 2,8% pada Q2 2025.
Analis dari Goldman Sachs memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada September, diikuti pemangkasan lanjutan pada November dan Desember, menurut laporan terbaru mereka. "Data JOLTS yang lemah memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan tanpa memicu inflasi," kata ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.
Respons Pasar Eropa
Di Eropa, kontrak berjangka menunjukkan pembukaan yang sedikit lebih tinggi, dengan FTSE Inggris naik 0,16% dan CAC 40 Prancis bertambah 0,1%. Investor Eropa juga mencermati laporan penjualan ritel Uni Eropa yang akan dirilis hari ini, di mana ekspektasi kenaikan 0,5% dapat memperkuat harapan pemangkasan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) pada akhir 2025. Menurut Reuters, pasar Eropa relatif stabil meskipun ada ketegangan perdagangan global.
Dampak pada Indonesia dan Asia
Di Indonesia, IHSG naik 0,46% ke 8.017 pada sesi I hari ini, didorong oleh sentimen global yang positif terhadap pemangkasan suku bunga. Namun, volume transaksi relatif rendah karena investor waspada terhadap volatilitas. Harga emas Antam juga naik Rp5.000 menjadi Rp1.906.000 per gram, menurut Logam Mulia, sebagai respons terhadap ketidakpastian suku bunga.
Di Asia, pasar menunjukkan penguatan serupa. Nikkei 225 Jepang naik 1,13%, didorong oleh harapan stimulus dari Bank of Japan, sementara Kospi Korea Selatan naik 0,63%, didukung oleh saham teknologi. Namun, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2% akibat tekanan dari China, di mana indeks Shanghai Composite turun 0,5% karena kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Kesimpulan
Kenaikan pasar saham Asia hari ini mencerminkan optimisme terhadap kebijakan moneter The Fed yang lebih longgar, meskipun bank sentral AS menekankan pendekatan hati-hati. Dengan data JOLTS yang lebih lemah dari ekspektasi, peluang pemangkasan suku bunga semakin tinggi, memberikan dorongan bagi aset berisiko. Namun, ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian geopolitik tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Investor disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan moneter The Fed dan data ekonomi mendatang untuk menyesuaikan strategi mereka.