Pede Rupiah Bakal Gagah Perkasa, Purbaya: Jangan Pegang Dolar, Jual Saja!
Surakarta, 7 November 2025 – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa kembali menjadi sorotan dengan pernyataan optimisnya tentang penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Purbaya menyerukan kepada masyarakat untuk menjual dolar AS mereka, karena ia yakin rupiah akan menguat signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat. "Kalau ekonomi kita tumbuh dengan bagus, asing pasti masuk ke sini. Investasi asing pasti masuk ke sini. Rupiah pasti akan menguat dengan signifikan. Jadi bapak-bapak, ibu-ibu, jangan pegang dolar sekarang. Sekarang jual saja," ujarnya, seperti dikutip dari video unggahan KompasTV.
Pernyataan ini muncul di tengah kondisi rupiah yang masih tertekan, dengan nilai tukar mencapai Rp16.724 per dolar AS pada Oktober 2025, menurut data Bank Indonesia (BI). Pelemahan rupiah ini dipicu oleh faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik, serta domestik seperti defisit anggaran yang membengkak. Namun, Purbaya yakin bahwa ia "tahu lebih banyak" tentang ekonomi daripada lembaga internasional seperti IMF, dan optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6% tahun depan.
Sebagai informasi, Purbaya telah menjabat sebagai Menkeu selama sebulan ini, dan telah membuat sederet kebijakan untuk mendorong pertumbuhan. Salah satunya adalah penempatan dana Rp200 triliun ke bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk menumbuhkan kepercayaan pelaku usaha dan masyarakat. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong kredit dan keberlangsungan industri, dengan target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada 2025. "Kami yakin dengan stimulus ini, investasi asing akan masuk dan rupiah menguat," tambah Purbaya.
Menurut data BI pada September 2025, inflasi Indonesia mencapai 2,37%, terkendali di bawah target 3%, memberikan ruang bagi pemerintah untuk stimulus lebih lanjut. Namun, IMF merevisi proyeksi PDB Indonesia ke 4,7% pada 2025, lebih rendah dari target pemerintah, karena risiko dari perang dagang AS-China. Purbaya menolak proyeksi ini, menyatakan bahwa pemerintah "tahu lebih banyak" tentang dinamika domestik.
Ekonom senior Faisal Basri dari Universitas Indonesia memperingatkan bahwa optimisme Purbaya bisa jadi bumerang jika tidak didukung data. "Pernyataan seperti ini bisa memicu spekulasi, tapi tanpa reformasi struktural, target 6% sulit tercapai," ujar Basri di Kompas pada 10 Oktober 2025. Sementara itu, Chatib Basri, mantan Menkeu, setuju bahwa stimulus Rp200 triliun bisa dorong likuiditas, tapi "harus pastikan tidak memicu inflasi impor jika rupiah lemah," katanya di Bisnis Indonesia.
Pasar merespons pernyataan Purbaya dengan campur aduk. IHSG naik tipis 0,23% ke 7.976, sementara rupiah menguat ke Rp16.454 per dolar AS, menurut Bloomberg. Namun, volume transaksi rendah karena investor waspada terhadap ketidakpastian global seperti shutdown AS.
Purbaya menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Q3 kemungkinan lebih rendah dari Q2, tapi Q4 akan menembus 5,5%. "Kami tahu cara mendorong ekonomi tanpa bergantung pada IMF," katanya, mengingatkan pada kritiknya terhadap IMF sebagai "bodoh" di masa lalu.
Dampak Ekonomi dan Proyeksi
Dengan stimulus Rp200 triliun, pemerintah optimistis capai target 5,2% 2025, tapi IMF prediksi 4,7%. Menurut World Bank, stimulus ini bisa tingkatkan pertumbuhan 0,3% jika dikelola baik, tapi risiko defisit anggaran membengkak jika tidak efisien.
Di tengah ketegangan geopolitik, seperti perang dagang AS-China, Purbaya yakin Indonesia bisa tetap stabil dengan kebijakan domestik. "Investor asing akan masuk jika kita tumbuh bagus," katanya.
Kesimpulan
Pernyataan optimis Purbaya tentang rupiah mencerminkan kepercayaan pemerintah terhadap kebijakan domestik, meskipun di tengah tantangan global. Dengan stimulus dan reformasi, Indonesia diharapkan capai target tinggi, tapi kritik dari ekonom menekankan pentingnya data dan kehati-hatian. Pasar akan terus memantau implementasi kebijakan ini untuk arah rupiah ke depan.
