Pejabat China Klaim Robot Humanoid Tidak Akan Gantikan Peran Manusia
Beijing, 17 Mei 2025 – Dalam sebuah pernyataan yang menarik perhatian dunia, Liang Liang, Deputy Director di Beijing Economic-Technological Development Area, menegaskan bahwa robot humanoid yang sedang dikembangkan secara masif oleh perusahaan-perusahaan China tidak akan menggantikan peran manusia. Sebaliknya, ia meyakini bahwa teknologi ini akan menjadi mitra yang meningkatkan produktivitas manusia.
"Kami tidak percaya bahwa robot akan membuat orang menganggur, tetapi robot akan meningkatkan efisiensi atau melakukan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan manusia—seperti menjelajahi alam semesta yang luas atau kedalaman lautan yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Mesin dapat membantu kita dalam penjelajahan tersebut," ujar Liang, dikutip dari Reuters.
Pernyataan ini muncul di tengah sorotan terhadap ambisi besar China dalam teknologi robotika dan kecerdasan buatan (AI). Negara ini telah lama menempatkan dirinya sebagai pelopor dalam inovasi teknologi, dengan rencana pada 2021 untuk memproduksi massal robot humanoid pada tahun 2025.
Half-Marathon Robot: Bukti Kemajuan Teknologi
Baru-baru ini, China menggelar acara unik yang menjadi simbol kemajuan robotikanya: half-marathon robot humanoid pertama di Beijing. Dalam kompetisi ini, robot setinggi manusia dewasa dari berbagai perusahaan teknologi China unjuk gigi, menunjukkan kemampuan berlari, menjaga keseimbangan, dan bertahan dalam jarak jauh. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pamer teknologi, tetapi juga menegaskan bahwa robot humanoid kini semakin mendekati kemampuan fisik manusia.
Ambisi China dalam Robotika
China telah menggelontorkan investasi besar untuk menjadi pemimpin global di bidang robotika. Menurut International Federation of Robotics, pada 2022, China memasang lebih dari 290.000 robot industri—lebih dari 50% instalasi global—menjadikannya pasar robotika terbesar di dunia. Fokus pada robot humanoid adalah langkah berikutnya dalam strategi ini, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan mempercepat inovasi domestik.
Namun, China tidak sendiri dalam perlombaan ini. Di panggung global, perusahaan seperti Tesla dengan robot Optimus dan Boston Dynamics dengan Atlas juga tengah mengembangkan teknologi serupa. Bedanya, skala produksi dan dukungan pemerintah memberikan keunggulan kompetitif bagi China.
Aplikasi dan Manfaat Robot Humanoid
Liang menyoroti eksplorasi ruang angkasa dan laut dalam sebagai contoh tugas yang dapat dilakukan robot humanoid. Namun, potensinya jauh lebih luas. Di sektor manufaktur, robot ini bisa mengambil alih pekerjaan berbahaya atau monoton, meningkatkan keselamatan dan efisiensi. Dalam pelayanan kesehatan, mereka bisa membantu merawat pasien, terutama mengingat populasi lansia China yang terus bertambah. Bidang lain seperti pendidikan, layanan pelanggan, dan hiburan juga menjadi sasaran pengembangan.
Tantangan dan Kekhawatiran
Meski optimistis, tidak semua pihak sependapat bahwa robot humanoid tidak akan mengganggu lapangan kerja. Laporan World Economic Forum 2023 memprediksi bahwa otomatisasi dan AI dapat menggantikan 85 juta pekerjaan secara global pada 2025, meskipun juga menciptakan 97 juta peluang baru. Sektor tenaga kerja manual rutin, seperti pekerjaan di lini produksi, kemungkinan besar akan terdampak. Untuk itu, pelatihan ulang tenaga kerja menjadi kunci agar manusia tetap relevan di era robotika.
Selain isu pekerjaan, ada pula pertanyaan etis yang mengemuka. Seiring robot menjadi lebih cerdas dan menyerupai manusia, muncul kekhawatiran tentang privasi, keamanan, dan potensi penyalahgunaan teknologi. Batas antara manusia dan mesin pun semakin kabur, memicu diskusi filosofis tentang identitas manusia di masa depan.
Masa Depan Robotika China
Dengan dorongan kuat dari pemerintah dan sektor swasta, robot humanoid China berpotensi mengubah lanskap ekonomi dan sosial, baik di dalam negeri maupun global. Jika rencana produksi massal pada 2025 tercapai, robot ini bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari—dari membantu di rumah sakit hingga bekerja di pabrik. Namun, keberhasilan teknologi ini akan bergantung pada bagaimana China menyeimbangkan inovasi dengan dampak sosialnya, memastikan manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.