Pembatasan Ekspor Chip AI AS Sebabkan Pangsa Pasar Nvidia di China Turun 50%
CEO Nvidia, Jensen Huang, mengungkapkan bahwa pangsa pasar perusahaan di China telah merosot drastis dari 95% menjadi hanya 50% akibat pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) di era kepemimpinan Presiden Donald Trump. Huang menyebut kebijakan ini sebagai "kegagalan strategis" yang tidak hanya merugikan Nvidia secara finansial, tetapi juga memicu percepatan inovasi teknologi di China. Dalam laporan terbaru, Nvidia mencatat kerugian sebesar US$5,5 miliar pada April 2025, yang disebabkan oleh pemblokiran ekspor GPU H20—produk yang dirancang khusus untuk mematuhi regulasi ekspor AS namun tetap dilarang masuk ke pasar China.
Pembatasan ini awalnya dirancang oleh Kongres AS untuk menghambat kemajuan teknologi militer China, khususnya dalam pengembangan superkomputer yang dapat digunakan untuk simulasi senjata canggih, analisis intelijen, dan sistem pertahanan berbasis AI. Namun, Huang menilai bahwa kebijakan tersebut justru memberikan efek sebaliknya: perusahaan teknologi China kini termotivasi untuk menciptakan solusi perangkat keras mereka sendiri, mengurangi ketergantungan pada produk AS seperti GPU Nvidia.
Kerugian Finansial dan Tantangan Strategis Nvidia
Selama empat tahun terakhir, Nvidia telah menghadapi tekanan besar akibat pembatasan ekspor ini. GPU H20, yang dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai dengan regulasi AS, gagal menembus pasar China karena larangan yang diperluas. Akibatnya, pada April 2025, Nvidia melaporkan kerugian finansial sebesar US$5,5 miliar, yang mencakup hilangnya pendapatan dari pasar China serta biaya produksi dan inventaris yang tidak terserap. Pasar saham juga bereaksi negatif, dengan saham Nvidia mengalami penurunan tajam pasca-pengumuman kerugian tersebut.
Huang menyoroti bahwa China adalah salah satu pasar terbesar dan paling strategis bagi Nvidia. Kehilangan 50% pangsa pasar di sana tidak hanya berdampak pada pendapatan, tetapi juga memperkuat posisi pesaing lokal seperti Huawei dan perusahaan rintisan lainnya yang kini mulai mengembangkan GPU alternatif. “Kebijakan ini memberikan semangat dan dukungan pemerintah kepada perusahaan China untuk berinovasi lebih cepat,” ujar Huang dalam sebuah wawancara.
Dampak pada Inovasi Teknologi China
Pembatasan ekspor chip AI oleh AS ternyata menjadi pemicu bagi China untuk mempercepat kemandirian teknologi. Perusahaan seperti Huawei, yang sebelumnya terkena sanksi serupa, telah meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan chip AI kompetitif. Laporan dari sumber industri menyebutkan bahwa China kini fokus membangun ekosistem teknologi domestik, termasuk pengembangan GPU dan prosesor khusus AI yang dapat menyaingi produk Nvidia dalam beberapa tahun ke depan.
Para analis teknologi global memperkirakan bahwa percepatan ini akan mengubah dinamika pasar chip AI. “China tidak lagi hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen yang potensial,” kata seorang analis dari firma riset Gartner. Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi Nvidia, yang harus bersaing dengan produk lokal yang didukung penuh oleh pemerintah China.
Tujuan AS dan Efektivitas Kebijakan
Pemerintah AS memberlakukan pembatasan ini dengan tujuan utama melindungi keamanan nasional. Chip AI seperti yang diproduksi Nvidia memiliki kemampuan untuk mendukung pengembangan teknologi militer canggih, termasuk sistem senjata otonom dan analisis data intelijen skala besar. Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa langkah ini penting untuk mencegah China memperoleh keunggulan militer yang dapat mengancam stabilitas global.
Namun, efektivitas kebijakan ini kini dipertanyakan. Huang berpendapat bahwa pembatasan tersebut tidak berhasil menghentikan kemajuan teknologi China, melainkan hanya mengalihkan permintaan dari produk AS ke solusi lokal. “Pasar akan selalu menemukan cara,” katanya, menekankan bahwa inovasi tidak dapat dibendung oleh regulasi semata.
Prospek Masa Depan Nvidia
Meski menghadapi kerugian besar, Nvidia tetap optimis dapat bertahan di tengah tantangan ini. Huang menyatakan bahwa perusahaan akan terus berinovasi dan mencari cara untuk tetap relevan di pasar global, termasuk dengan mengembangkan produk yang sesuai dengan regulasi ekspor AS. Namun, ancaman dari pesaing China yang semakin kuat dan kemungkinan pembatasan yang lebih ketat dari AS menjadi risiko yang harus dihadapi Nvidia dalam jangka panjang.