Penjualan Motor Listrik Anjlok 10%: Subsidi Molis dan Keraguan Masyarakat Jadi Penyebab

4/21/20253 min baca

a man in a green jacket is sitting on a green scooter
a man in a green jacket is sitting on a green scooter

Surakarta, 20 April 2025 – Industri motor listrik di Indonesia menghadapi tantangan berat di awal tahun 2025. Penjualan motor listrik dilaporkan mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, menurut data dari organisasi motor listrik di Indonesia. Penurunan ini menjadi sorotan karena bertolak belakang dengan lonjakan adopsi motor listrik pada tahun 2024, yang didorong oleh insentif subsidi sebesar Rp7 juta per unit. Namun, di awal tahun ini, ketidakjelasan kebijakan subsidi dari pemerintah dan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap ketangguhan produk menjadi faktor utama yang memicu anjloknya penjualan.

Lonjakan Adopsi di 2024 dan Kejatuhan di 2025

Tahun 2024 menjadi masa keemasan bagi motor listrik di Indonesia. Berkat insentif subsidi Rp7 juta per unit, penjualan melonjak tajam dengan total 62.541 unit tersalurkan sepanjang tahun, menurut Sistem Informasi Bantuan Pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Roda Dua (Sisapira). Program ini dirancang untuk mendukung ambisi pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% pada tahun 2030, sesuai dengan komitmen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) yang diajukan ke UNFCCC. Masyarakat menyambut baik insentif tersebut, terutama di kalangan pengguna perkotaan yang mulai beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil.

Namun, memasuki tahun 2025, situasi berbalik arah. Pemerintah mengubah skema subsidi dari bantuan langsung menjadi insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dengan syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40%. Sayangnya, perubahan ini tidak diikuti dengan komunikasi yang jelas kepada publik, sehingga banyak calon pembeli menunda keputusan pembelian. Akibatnya, dealer melaporkan penumpukan stok ribuan unit motor listrik yang belum terjual.

Faktor Utama Penurunan Penjualan

Penurunan penjualan motor listrik di awal 2025 dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci yang saling berkaitan:

  1. Keraguan terhadap Ketangguhan Produk
    Banyak masyarakat masih mempertanyakan daya tahan dan performa motor listrik, terutama terkait jarak tempuh dan ketahanan baterai. Kurangnya kampanye edukasi yang efektif membuat persepsi negatif ini sulit diatasi.

  2. Infrastruktur Pengisian Daya Terbatas
    Jumlah stasiun pengisian daya yang masih terpusat di kota-kota besar menjadi kendala signifikan. Pengguna di daerah pedesaan atau mereka yang sering bepergian jarak jauh merasa khawatir dengan minimnya fasilitas tersebut.

  3. Harga Awal yang Tinggi
    Meskipun ada insentif, harga motor listrik tetap lebih mahal dibandingkan motor konvensional. Hal ini menyulitkan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk beralih.

  4. Ketidakjelasan Kebijakan Subsidi
    Pergantian skema subsidi ke PPN DTP tanpa panduan yang jelas membuat konsumen ragu untuk membeli. Banyak yang menunggu kepastian lebih lanjut, sehingga pasar menjadi lesu.

Respons Pemerintah dan Industri

Pemerintah mengklaim bahwa perubahan skema subsidi bertujuan untuk memperkuat industri lokal dengan mendorong penggunaan komponen dalam negeri. Namun, Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) melaporkan bahwa penjualan pada Januari 2025 anjlok hingga 70% dibandingkan tahun sebelumnya. Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi, menegaskan bahwa kejelasan kebijakan adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan konsumen. “Tanpa kepastian insentif, masyarakat akan terus menunda pembelian,” katanya.

Meski demikian, industri tetap optimis. Aismoli menargetkan penjualan 200.000 unit motor listrik sepanjang tahun 2025, dengan harapan pemerintah segera memberikan solusi atas ketidakpastian ini.

Dampak Lebih Luas

Penurunan penjualan ini tidak hanya berdampak pada industri, tetapi juga pada target lingkungan nasional. Motor listrik dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mencapai target emisi 2030. Jika tren ini berlanjut, upaya tersebut bisa terhambat. Selain itu, lesunya pasar juga mengancam pertumbuhan industri komponen lokal yang baru mulai berkembang.

Langkah Menuju Pemulihan

Untuk membalikkan tren negatif ini, beberapa langkah strategis dapat diambil:

  • Kejelasan Kebijakan: Pemerintah perlu segera merinci mekanisme insentif PPN DTP agar konsumen dan pelaku industri memiliki kepastian.

  • Perluasan Infrastruktur: Investasi dalam pembangunan stasiun pengisian daya di seluruh wilayah Indonesia harus dipercepat.

  • Edukasi Publik: Kampanye yang menyoroti keunggulan motor listrik dapat membantu mengubah persepsi masyarakat.

  • Inovasi Produk: Produsen diharapkan menghadirkan motor listrik dengan harga lebih terjangkau dan performa yang lebih baik.

Kesimpulan

Penurunan penjualan motor listrik sebesar 10% di awal tahun 2025 menjadi alarm bagi Indonesia. Ketidakjelasan subsidi dan keraguan terhadap ketangguhan produk telah menghambat momentum positif dari tahun sebelumnya. Dengan kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat, tantangan ini dapat diatasi untuk mewujudkan visi transportasi yang lebih hijau dan berkelanjutan.