Perang Dagang AS-China Mereda, Emas Turun ke Rp1,8 Juta, Bitcoin dan Kripto Meroket
Jakarta, 13 Mei 2025 – Harga emas Antam turun drastis sebesar Rp21.000 menjadi Rp1,8 juta per gram pada Selasa (13/05), menyusul meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Penurunan ini mencerminkan pelemahan 7,07% dari puncak harga emas pada 22 April lalu, yakni Rp2.027.500 per gram. Sebaliknya, Bitcoin, yang sering disebut sebagai "emas digital," melonjak 9,90% ke level US$103 ribu, diikuti oleh kenaikan signifikan aset kripto lainnya seperti Ether (38%), Dogecoin (33%), XRP (21%), dan Solana (20%).
Latar Belakang Perang Dagang dan Kesepakatan Terbaru
Perang dagang AS-China, yang dimulai pada 2018, telah menjadi sumber ketidakpastian ekonomi global selama bertahun-tahun. Kedua negara saling memberlakukan tarif tinggi—AS mencapai 145% pada barang China, dan China membalas dengan tarif 125% pada produk AS—yang memengaruhi perdagangan senilai miliaran dolar. Namun, pada Senin (12/05), Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan sementara untuk memangkas tarif tersebut. Tarif AS diturunkan menjadi 30%, sementara China memangkas tarifnya menjadi 10%, berlaku selama 90 hari sebagai bagian dari negosiasi lanjutan.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai "langkah maju untuk mengurangi defisit perdagangan," sementara Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menambahkan bahwa mekanisme konsultasi perdagangan akan dibentuk untuk memastikan kepatuhan. Pengumuman ini disambut positif oleh pasar, dengan nilai tukar yuan China melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan.
Emas Tertekan: Penurunan Permintaan Aset Safe Haven
Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, biasanya dicari investor saat ketidakpastian ekonomi meningkat. Namun, dengan meredanya perang dagang, permintaan emas menurun, menyebabkan harga Antam anjlok ke Rp1,8 juta per gram—level terendah sejak Februari 2025. Secara global, harga emas juga turun hampir 1% menjadi US$3.315,84 per ons pada akhir April, menurut data pasar.
Analis ekonomi memperkirakan tren penurunan ini akan berlanjut selama sentimen risiko tetap tinggi. "Ketika ketegangan geopolitik dan ekonomi mereda, investor cenderung beralih dari emas ke aset yang lebih berisiko seperti saham atau kripto," ujar seorang analis dari Jakarta.
Bitcoin dan Kripto Melonjak: Investor Optimistis
Sebaliknya, pasar kripto menunjukkan performa luar biasa. Bitcoin naik 9,90% ke US$103 ribu, didorong oleh meningkatnya kepercayaan investor pasca-kesepakatan perdagangan. Ether melonjak 38%, Dogecoin 33%, XRP 21%, dan Solana 20%, mencerminkan tren bullish di seluruh sektor kripto. Data pasar menunjukkan bahwa arus masuk dana ke Bitcoin, termasuk melalui ETF, terus meningkat, memperkuat posisinya sebagai alternatif investasi.
Para ahli mengaitkan kenaikan ini dengan dua faktor utama: meredanya ketegangan perdagangan yang meningkatkan selera risiko investor, dan adopsi kripto yang terus berkembang secara global. Investor terkenal Robert Kiyosaki bahkan menyebut Bitcoin sebagai "lindung nilai modern" terhadap ketidakpastian ekonomi, yang semakin memicu antusiasme pasar.
Reaksi Pasar Global dan Dampak di Indonesia
Kesepakatan tarif ini juga memengaruhi pasar global secara luas. Indeks saham Asia, seperti Nikkei Jepang, naik 1,40%, sementara yuan China menguat signifikan. Di Indonesia, penurunan harga emas Antam menjadi perhatian utama, terutama bagi investor ritel yang mengandalkan emas sebagai tabungan. Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa jika kesepakatan 90 hari ini gagal, emas bisa kembali melonjak ke level tertingginya.
Proyeksi ke Depan
Dengan sifat sementara kesepakatan ini, pasar diperkirakan tetap volatile dalam beberapa bulan ke depan. Harga emas kemungkinan akan bertahan di level rendah selama ketegangan mereda, sementara Bitcoin dan kripto lainnya berpotensi melanjutkan tren kenaikan. Namun, investor disarankan untuk memantau perkembangan negosiasi AS-China, karena setiap gangguan dapat mengubah dinamika pasar secara drastis.