Perwakilan China-AS Gelar Pertemuan Pekan Depan, Bahas Tarif dan Mineral Penting

6/7/20252 min baca

flag of U.S.A.
flag of U.S.A.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang AS Jamie Greer dijadwalkan menggelar pertemuan penting dengan perwakilan China pada Senin, 9 Juni 2025. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan telepon selama 90 menit antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Jumat, 6 Juni 2025. Fokus utama pembahasan adalah ketegangan perdagangan yang meningkat, khususnya terkait tuduhan AS bahwa China membatasi akses mineral dan rantai pasokan penting yang vital bagi industri Amerika.

Latar Belakang Ketegangan

Ketegangan antara AS dan China kembali memanas sejak awal 2025, dipicu oleh kebijakan tarif agresif yang diterapkan Trump. Pada April 2025, AS memberlakukan tarif "reciprocal" terhadap China untuk mengatasi defisit perdagangan yang signifikan. Sebagai respons, China membalas dengan tarif serupa dan memberlakukan pembatasan ekspor mineral langka seperti gallium, germanium, dan rare earth elements. Mineral-mineral ini sangat penting untuk produksi kendaraan listrik, sistem pertahanan, dan teknologi tinggi lainnya di AS.

Pembatasan ini memunculkan kekhawatiran besar di Washington. Menurut laporan Reuters, AS masih bergantung pada China untuk lebih dari 80% pasokan mineral langka tertentu, meskipun upaya diversifikasi rantai pasokan telah dimulai. Industri otomotif AS, termasuk raksasa seperti Ford dan General Motors, serta sektor pertahanan, menghadapi risiko gangguan produksi yang signifikan akibat kebijakan China tersebut.

Panggilan Telepon Trump-Xi: Sinyal De-eskalasi?

Pembicaraan telepon pada 6 Juni 2025 antara Trump dan Xi Jinping menjadi sorotan karena menunjukkan potensi perubahan arah dalam hubungan kedua negara. Dalam panggilan tersebut, Xi dilaporkan menyerukan "kerja sama yang saling menguntungkan" sambil meminta AS untuk menghormati kepentingan China. Sementara itu, Trump menegaskan perlunya "perdagangan yang adil" dan mendesak China untuk mengurangi pembatasan mineral.

Sebagai tanda itikad baik, China baru-baru ini menyetujui lisensi ekspor sementara untuk mineral penting yang dibutuhkan oleh produsen mobil besar AS. Langkah ini, meskipun bersifat sementara, memberikan harapan bagi industri otomotif AS yang bergantung pada mineral tersebut untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.

Agenda Pertemuan 9 Juni

Pertemuan pada 9 Juni 2025 diharapkan akan mencakup beberapa isu utama:

  • Tarif Perdagangan: AS kemungkinan akan mencari komitmen dari China untuk mengurangi pembatasan ekspor sebagai imbalan atas penurunan tarif yang diberlakukan sejak April 2025. China, di sisi lain, diperkirakan akan meminta AS untuk mencabut tarif yang memengaruhi ekspornya.

  • Akses Mineral: AS akan menekan China untuk menghapus pembatasan mineral langka yang berdampak pada keamanan nasional dan industri strategisnya.

  • Stabilitas Rantai Pasokan: Kedua negara akan membahas cara menjaga stabilitas rantai pasokan global yang terguncang akibat konflik perdagangan ini.

Analis dari Bloomberg menyebut pertemuan ini sebagai "ujian kritis" untuk mencegah eskalasi menjadi perang dagang penuh, yang dapat memicu resesi ekonomi global.

Dampak Ekonomi dan Reaksi Pasar

Kabar tentang pertemuan ini disambut positif oleh pasar global. Indeks saham di Asia, Eropa, dan AS mengalami kenaikan, terutama pada saham perusahaan teknologi dan otomotif yang bergantung pada mineral dari China. Namun, para ekonom memperingatkan bahwa kegagalan mencapai kesepakatan dapat memicu volatilitas pasar yang lebih besar dan memperburuk ketegangan ekonomi.

Menurut The New York Times, keberhasilan pertemuan ini dapat menjadi langkah awal menuju pemulihan hubungan dagang. Namun, jika gagal, AS mungkin akan memberlakukan tarif tambahan, yang kemungkinan akan diikuti oleh pembalasan lebih lanjut dari China.

Tantangan ke Depan

Meskipun ada optimisme, tantangan besar masih menghadang. Perbedaan mendasar dalam kebijakan perdagangan, keamanan nasional, dan hak kekayaan intelektual menjadi hambatan utama. Tekanan domestik juga memengaruhi kedua pemimpin: Trump menghadapi kritik atas dampak tarif terhadap konsumen AS, sementara Xi harus menjaga stabilitas ekonomi China di tengah perlambatan pertumbuhan.

Pertemuan ini, bagaimanapun, tetap dilihat sebagai langkah penting menuju dialog yang lebih konstruktif. Dengan keterlibatan pejabat tinggi dari kedua belah pihak, ada harapan bahwa solusi sementara dapat dicapai untuk meredakan ketegangan saat ini.