Peter Schiff Wanti-wanti Krisis Ekonomi: Dominasi Dolar Berakhir, Emas Jadi Penyelamat
Surakarta, 27 Desember 2025 - Ekonom terkenal Peter Schiff kembali menyuarakan peringatan keras tentang ancaman krisis ekonomi terparah dalam sejarah, yang dipicu oleh kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang diam-diam kembali ke praktik monetisasi utang melalui pembelian obligasi pemerintah AS senilai US$40 miliar setiap bulan. Menurut Schiff, langkah ini bukan hanya stimulus sementara, tapi akan membentuk ekspektasi inflasi yang merusak, mirip dengan kebijakan quantitative easing (QE) pasca-krisis 2008 yang pernah memicu gelembung aset. "Era dominasi dolar AS akan segera berakhir. Emas akan menggantikan posisi dolar AS sebagai aset cadangan utama bank sentral. Hal ini berarti dolar AS akan anjlok terhadap mata uang fiat lainnya, dan era kemudahan Amerika Serikat dalam memanfaatkan keuntungan global akan berakhir. Bersiaplah untuk krisis ekonomi bersejarah," tulis Schiff di akun X-nya pada akhir November 2025. Peringatan ini datang di tengah penurunan indeks dolar AS sebesar 9,93% sepanjang 2025—penurunan terdalam sejak 2003—dan lonjakan harga emas dunia ke rekor tertinggi US$4.383 per ons pada 22 Desember 2025, menandakan erosi kepercayaan global terhadap greenback.
Schiff, yang dikenal sebagai kritikus dolar dan pendukung emas, menyoroti bahwa The Fed sedang melakukan "monetisasi utang" dengan membeli obligasi, yang pada dasarnya mencetak uang baru untuk membiayai defisit pemerintah AS—praktik yang ia anggap akan memicu hiperinflasi dan kolaps sistem keuangan. Dalam wawancara dengan Kitco News pada 24 Desember 2025, Schiff menyatakan bahwa kebijakan ini bertabrakan dengan agenda anti-inflasi Donald Trump, di mana silver juga akan surge sebagai aset safe haven, mirip dengan gold yang sedang naik daun. Ia memprediksi bahwa bank sentral global akan beralih ke emas sebagai aset cadangan, karena dolar AS yang melemah akan memicu "currency crisis" yang bisa erupsi semalam, seperti yang ia katakan dalam podcast Finbold pada 22 Desember 2025. Schiff juga menekankan bahwa gold dan silver sedang "screaming" sinyal krisis, dengan harga emas yang melonjak mencerminkan erosi kepercayaan terhadap dolar dan obligasi pemerintah AS.
Peringatan Schiff ini bukan yang pertama; pada April 2025, ia sudah membahas gelembung ekonomi AS dalam konteks gold breakout, memprediksi collapse mirip dot-com bubble tahun 2000 yang menghapus triliunan dolar nilai pasar. Dalam video YouTube pada 18 Desember 2025, Schiff memperingatkan bahwa Amerika headed for the biggest economic crisis in lifetime, dengan gold sebagai penyelamat utama. Pendapatnya didukung oleh data: indeks dolar turun tajam sepanjang tahun, sementara emas mencapai rekor karena bank sentral seperti China dan India meningkatkan cadangan emas mereka, sinyal akhir hegemoni dolar. Di media sosial, posting Schiff di X dan Instagram pada Desember 2025 menjadi viral, dengan jutaan views, di mana ia menyerukan persiapan untuk "dollar doom" dan historic collapse.
Bagi Indonesia, peringatan ini relevan mengingat ketergantungan pada dolar untuk utang luar negeri dan impor, dengan potensi anjlok rupiah jika krisis terjadi. Ekonom lokal menyarankan diversifikasi cadangan ke emas untuk mitigasi risiko. Meski kontroversial, prediksi Schiff mendorong investor global untuk beralih ke aset safe haven seperti emas, yang terus naik di tengah ketidakpastian ekonomi.
