Presiden AS Umumkan Capai Kesepakatan Dagang dengan Vietnam

7/3/20252 min baca

people walking on park during daytime
people walking on park during daytime

Pada Kamis, 3 Juli 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dagang dengan Vietnam. Pengumuman ini disampaikan melalui platform Truth Social miliknya, menandai langkah penting dalam hubungan perdagangan bilateral antara kedua negara. Kesepakatan ini berhasil dicapai dalam negosiasi menit-menit terakhir menjelang batas waktu kritis pada 9 Juli 2025, dan menjadi salah satu dari tiga perjanjian dagang signifikan yang diamankan oleh pemerintahan Trump sebelum tenggat tersebut, menyusul kesepakatan dengan Inggris dan China [CNN, BBC, Global News].

Ketentuan Kesepakatan Dagang

Berdasarkan perjanjian ini, Vietnam akan membayar tarif sebesar 20% untuk semua barang yang diekspor ke AS, jauh lebih rendah dari tarif 46% yang sebelumnya diancamkan. Selain itu, tarif 40% akan dikenakan pada barang-barang yang dikirim ulang (transshipments)—produk yang melewati Vietnam dari negara lain sebagai upaya menghindari tarif lebih tinggi. Sebagai imbalannya, Vietnam memberikan AS akses penuh ke pasar mereka tanpa tarif, suatu langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh negara tersebut. Trump menyebutnya sebagai "total access" yang akan memungkinkan produk AS, seperti otomotif dan pertanian, masuk ke Vietnam tanpa hambatan biaya tambahan [The Globe and Mail, The Manila Times, Reuters].

Latar Belakang dan Konteks

Kesepakatan ini muncul setelah berbulan-bulan negosiasi intens yang bertujuan untuk mencegah pemberlakuan tarif "timbal balik" yang lebih tinggi. Pada April 2025, Trump mengumumkan tarif sebesar 46% untuk impor dari Vietnam sebagai bagian dari kebijakan perdagangan AS. Tarif tersebut kemudian ditangguhkan selama 90 hari untuk membuka ruang bagi pembicaraan, dengan batas waktu penangguhan berakhir pada 9 Juli 2025. Vietnam, yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Partai Komunis To Lam dalam negosiasi ini, berhasil mencapai kompromi yang mengurangi tekanan ekonomi menjelang tenggat tersebut. Kesepakatan ini juga mencerminkan urgensi negara-negara Asia Tenggara untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan AS di tengah ancaman tarif yang lebih besar [Yahoo Finance, Holland & Knight, The New York Times].

Signifikansi Ekonomi

Vietnam telah menjadi mitra dagang utama bagi AS, dengan nilai perdagangan bilateral mencapai $150 miliar pada tahun 2024. Negara ini kini menjadi pusat manufaktur penting bagi perusahaan-perusahaan Amerika yang mencari alternatif selain China, terutama di sektor pakaian, elektronik, dan alas kaki. Kesepakatan ini diperkirakan akan memperkuat hubungan ekonomi kedua negara, memberikan kerangka kerja untuk kerja sama jangka panjang, sekaligus mengurangi defisit perdagangan AS dengan Vietnam yang mencapai $123 miliar pada tahun sebelumnya. Bagi Vietnam, akses bebas tarif ke pasar AS dapat meningkatkan daya saing produk Amerika di pasar lokal mereka [Global News, The Investor].

Tanggapan dan Kritik

Pemerintahan Trump memuji kesepakatan ini sebagai kemenangan diplomatik dan ekonomi, dengan Trump menyebutnya sebagai "kerja sama yang hebat" yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Namun, tidak semua pihak setuju. Beberapa analis dan kritikus, seperti yang dilaporkan oleh The New Republic, memperingatkan bahwa tarif 20% pada ekspor Vietnam masih cukup tinggi dan dapat meningkatkan harga barang bagi konsumen AS, terutama di sektor impor utama seperti tekstil dan elektronik. Di sisi lain, pendukung kesepakatan ini melihatnya sebagai langkah menuju perdagangan yang lebih adil dan sebagai kompromi yang mengurangi tekanan pada importir AS menjelang pemberlakuan tarif yang lebih besar [The New Republic, India Today].

Langkah Selanjutnya

Meskipun kesepakatan ini telah diumumkan, banyak sumber menyebutnya sebagai "kerangka kerja" (framework) daripada perjanjian final. Negosiasi lebih lanjut diperlukan untuk menyelesaikan detail teknis dan implementasinya. Baik AS maupun Vietnam menyatakan optimisme tentang masa depan hubungan perdagangan mereka, dengan harapan bahwa kesepakatan ini akan menjadi fondasi bagi kolaborasi yang lebih erat. Pemerintahan Trump juga menekankan bahwa kesepakatan ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan global AS [Politico, Supply Chain Dive].